Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Minggu, 27 Februari 2011


Presiden Kenyang dengan Pepesan Kosong

AP
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
BOGOR, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta seluruh jajarannya membuat rencana induk atau master plan yang konkret dan memiliki sasaran yang jelas dilengkapi dengan analisis kuantitatif dan kualitatif, rencana kerja yang jelas, jumlah investasi dan lapangan kerja yang dapat diserap, serta lainnya. Selain itu, Presiden juga menekankan pentingnya implementasi pada penyusunan rencana induk.
"Saya kenyang sekali mendengar banyaknya komitmen. Yang berkomitmen membangun transportasi di Jakarta, infrastruktur di DKI. Luar biasa banyaknya pada 10 tahun belakangan ini. Semuanya pepesan kosong. Tidak jalan. Barangkali di daerah seperti itu juga. Tidak jalan seperti di DKI. Kita tidak mau dimaster plan hanya komitmen," kata Presiden ketika membuka rapat kerja pemerintah dengan badan usaha milik negara (BUMN) terkait dengan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2025, Senin (21/2/2011) di Istana Bogor.
Turut hadir pada rapat tersebut semua kepala daerah di Indonesia, jajaran anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, anggota Dewan Pertimbangan Presiden, jajaran Komite Ekonomi Nasional dan Komite Inovasi Nasional, para staf khusus Presiden, jajaran Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), unsur pimpinan lembaga pemerintahan nonkementerian, serta pejabat eselon satu terkait.
Pada kesempatan tersebut, Presiden berharap nilai investasi pada proyek infrastruktur dan noninfrastruktur selama 10 tahun mendatang dapat mencapai 200 miliar dollar AS atau mencapai Rp 2.000 triliun. Investasi ini diharapkan datang dari BUMN, pihak swasta dalam negeri dan luar negeri, mitra negara sahabat, dan lainnya.
Nilai sebesar tersebut diperlukan agar investasi benar-benar bermakna dan memiliki implikasi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi serta peningkatan tenaga kerja. "Saya ingin BUMN menjadi pilar dan kontributor utama," katanya.
Dikatakan, BUMN harus pandai menjalankan bisnis yang memanfaatkan peluang serta tak mengandalkan BUMN. BUMN juga diminta tak serakah dalam menjalankan proyeknya. Jika tak mampu menjalankan keseluruhan proyek, BUMN dapat berbagi dengan pihak swasta.
Kemudian rencana induk percepatan dan perluasan ekonomi Indonesia dipaparkan. Menteri BUMN Mustafa Abubakar akan memberikan paparannya di bidang ekonomi. Setelah itu jajaran Komite Ekonomi Nasional dan Komite Inovasi Indonesia memberikan paparan mereka.
Selanjutnya, peserta rapat akan dibagi ke dalam tiga kelompok dan berdiskusi mengenai rencana induk percepatan dan perluasan ekonomi Indonesia. Keesokan harinya, setiap kelompok akan melakukan presentasi yang disusul sesi tanya-jawab.
Seusai sesi tanya-jawab, Presiden akan diberi laporan mengenai hasil diskusi. Setelah mendengarkan hasil diskusi, Mustafa akan melaporkan komitmen BUMN dalam melakukan percepatan dan perluasan ekonomi Indonesia.

Presiden Bersikaplah
Editor: Jimmy Hitipeuw



Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga Ketua Sekretariat Gabungan Koalisi Partai Politik Pendukung Pemerintahan perlu segera menyikapi polemik di seputar koalisi pemerintahannya. Dinamika seputar koalisi telah mengganggu kinerja pemerintah selama 1,5 tahun ini.

”Presiden Yudhoyono hanya punya sisa waktu 3,5 tahun untuk menunjukkan kinerjanya dan menyelamatkan Partai Demokrat. Jika di waktu tersisa ini Presiden berhasil memaksimalkan pembangunan, rakyat akan puas dan memperbesar kemungkinan Demokrat untuk kembali menang di Pemilu 2014,” kata Arbi Sanit, pengajar Ilmu Politik Universitas Indonesia, dalam diskusi tentang nasib koalisi pemerintahan dan perombakan kabinet di Jakarta, Sabtu (26/2/2011).
Hadir sebagai pembicara lain adalah Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Saan Mustopa, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Happy Bone Zulkarnaen, dan Ketua Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nasir Djamil.
Nasib koalisi kembali marak dibicarakan setelah sejumlah petinggi Partai Demokrat mengatakan akan mengevaluasinya. Pernyataan itu dipicu sikap Partai Golkar dan PKS—yang mendukung hak angket mafia pajak— yang berbeda dengan empat anggota lain, yaitu Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebelumnya, Partai Golkar, PKS, dan PPP juga berbeda sikap dalam hak angket Bank Century.
”Dalam koalisi boleh beda pendapat, tetapi jangan beda sikap politik,” ujar Arbi. Untuk itu, yang dibutuhkan sekarang adalah mengefektifkan koalisi. Caranya, antara lain, merombak kabinet dan membuat aturan main lebih jelas di Setgab.
Jika dilakukan, ujar Saan, perombakan kabinet tidak hanya memakai pertimbangan politik, tetapi juga pertimbangan obyektif rasional. Untuk itu, perombakan juga akan dilakukan dengan memerhatikan kinerja masing-masing menteri yang selama ini antara lain dipantau Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan.
Menurut Nasir Djamil, perbedaan sikap politik anggota koalisi tidak perlu dipermasalahkan selama tidak mengganggu pemerintahan. Happy Bone menambahkan, perbedaan dan sikap kritis itu dimaksudkan untuk menambah baik pemerintahan Yudhoyono.

Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufrie yang juga kader PKS, Sabtu di Yogyakarta, mengatakan, perbedaan pandangan itu diharapkan menjadi pelajaran bersama untuk tetap menyukseskan program pembangunan hingga 2014. (ABK/NWO
)

Yusril Yakin Golkar dan PKS Tak Didepak


Yusril Yakin Golkar dan PKS Tak Didepak

Add caption
PERSDA NETWORK/BIAN HARNANSA
Yusril Ihza Mahendra


JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah hiruk-pikuk politik pascaputusan hak angket perpajakan di DPR RI, sikap Demokrat terhadap Golkar dan PKS yang sebelumnya dianggap 'nakal' dinantikan. Namun, tak banyak yang yakin, Demokrat akan berani mendepak keduanya.

Termasuk menurut pandangan pakar hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra. "Saya melihat bahwa SBY biasanya ragu-ragu dan tidak tegas. Kalau PKS diminta untuk keluar, seingat saya dari KIB lalu yang 2004-2009, seingat saya Pak SBY sudah beberapa kali bicara bahwa PKS kita tinggalkan. Tapi, kenyataannya enggak juga. Jadi, saya tidak begitu yakin itu akan benar-benar terjadi," ungkapnya di lapangan Monas, Minggu (27/2/2011).
Mantan Menteri Hukum dan HAM ini mengatakan koalisi memang tidak permanen karena tergantung pada kepentingan. Namun, semua bisa terjadi sesuai dengan kondisi yang ada, termasuk ketegasan pimpinan koalisi. Perlu diingat, lanjut Yusril, mengganti partner dalam koalisi tidaklah mudah. Apalagi, Yusril menilai stabilitas pemerintahan sangat penting bagi SBY.
"Karena itu, kalau pecah ada suatu upaya menyusun formasi kekuatan politik baru. Itu biasanya akan dilakukan negosiasi politik yang panjang," tambahnya. Sementara itu, untuk tambahan kekuatan koalisi dari luar, Yusril memperkirakan kecil kemungkinan untuk bergabung dengan PDI-P. "Kalau Gerindra bisa saja," tandasnya
.

Kamis, 24 Februari 2011

Tanda Husnul Khatimah yang Bisa Dirasakan Orang yang Akan Meninggal


Tanda Husnul Khatimah yang Bisa Dirasakan Orang yang Akan Meninggal

Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah untuk hamba dan Rasul-Nya, Muhammad bin Abdillah beserta keluarga dan para sahabatnya.
Bergantinya tahun bukanlah menambah panjang hidup, tapi sesungguhnya menambah cepat datangnya ajal. Karenanya, bagi seorang muslim harus lebih giat lagi mempersiapkan bekal untuk mengarungi perjalanan panjang sesudahnya. Dan bekal terbaik adalah takwa kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197) Dan siapa yang berbekal takwa di dunia, maka takwa tersebut akan memberikan manfaat baginya kelak di akhirat.
Dan bekal terbaik adalah takwa kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Ingat, Kematian Pasti Datang!
Tumpukan harta, gemerlapnya dunia, dan kesibukan mencari materi sering melupakan kita akan kematian. Padahal kematian adalah suatu kepastian. Tak seorangpun yang bisa lepas darinya. Ke mana saja kita berlari, di mana kita sembunyi, dan di benteng mana kita berlindung tetaplah kematian pasti akan menemukan kita.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan’.” (QS. Al-Jumu’ah: 8)
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Dan datanglah sakaratulmaut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaaf: 19)
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. Al-Nisa’: 78)
Kondisi Insan Saat Kematian Datang
Keadaan seseorang saat tutup usia memiliki nilai tersendiri, karena balasan baik dan buruk yang akan diterimanya tergantung pada kondisinya saat tutup usia. Sebagaimana dalam hadits yang shahih :
إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَـوَاتِيْمُ
Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya.” (HR. Bukhari dan selainnya)
Saat itu, manusia ada pada satu dari dua kondisi. Yaitu husnul khatimah atau su’ul khatimah. Siapa yang mendapat hunsul khatimah (akhir hayat yang baik), sungguh dia berbahagia dengan kondisi setelahnya. Ia menghadapai kematian dengan tenang dan rindu bertemu dengan Rabb-nya yang senantiasa dia agungkan. Sebaliknya, siapa yang berada di atas su’ul khatimah, dia akan menderita sesudahnya. Sedangkan kematian yang ada di hadapannya menjadi sesuatu yang sangat menakutkan baginya.
Sementara itu, kondisi seseorang pada detik-detik terakhir kehidupannya ini, tergantung amal perbuatan pada masa lampau. Barangsiapa yang mengisi hidupnya dengan berbuat baik, -Insya Allah- akhir hidupnya baik. Dan jika sebaliknya, maka sudah tentu kejelekan yang akan menimpanya. Allah tidak akan pernah menzhalimi para hamba-Nya, meskipun sedikit.
. . . kondisi seseorang pada detik-detik terakhir kehidupannya ini, tergantung amal perbuatan pada masa lampau. Barangsiapa yang mengisi hidupnya dengan berbuat baik, -Insya Allah- akhir hidupnya baik.
Tanda Husnul Khatimah yang Dirasakan Oleh yang Sedang Meninggal
Pastinya setiap kita berharap husnul khatimah. Namun itu bukanlah hal yang mudah. Oleh sebab itulah, seorang hamba Allah yang shalih sangat merisaukannya. Mereka melakukan amal shalih tanpa putus, merendahkan diri kepada Allah agar Allah memberikan kekuatan untuk tetap istiqamah sampai meninggal. Mereka berusaha merealisasikan wasiat AllahAzza wa Jalla,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri)”. (QS. Ali Imran: 102)
Husnul khatimah memiliki banyak tanda-tandanya. Sebagiannya bisa diketahui oleh orang lain yang ada disekitarnya (walaupun tidak bisa dijadikan sebagai suatu kepastian). Dan sebagian yang lain, hanya bisa diketahui dan dirasakan oleh orang yang menghadapi kematian tersebut.
Tanda husnul khatimah yang diketahui dan dirasakan oleh yang orang yang akan meninggal dunia adalah bisyarah(kabar gembira) mendapat ridha Allah dan kemuliaan dari-Nya saat kematian tiba. Hal sebagaimana yang Allah 'Azza wa Jalla firmankan,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu".” (QS. Al-Fushilat: 30)
Dan bisyarah ini bagi orang-orang mukmin ketika menghadapi kematian, ketika berada di kuburnya, dan saat dibangkitkan dari kubur-kubur mereka pada hari kiamat. (Dinukil dari Khalid Bin Abdurrahman al-Syayi’ dalam makalahnya, “‘Alamaat wa Asbab husnil Khatimah wa Su’il Khatimah”.)
Dalil lain yang menguatkannya adalah hadits yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya,  dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
Siapa yang suka bertemu dengan Allah, maka allah pun suka bertemu dengannya. Sebaliknya, siapa yang benci bertemu Allah, maka Allah juga benci bertemu dengannya.
Lalau Aisyah bertanya, “Wahai Nabi Allah, Apa maksud benci kematian itu, padahal kami semua benci kematian?” Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab,
لَيْسَ كَذَلِكِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللَّهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ فَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللَّهِ وَسَخَطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ
Bukan seperti itu (maksudnya). Akan tetapi, seorang mukmin, apabila diberi kabar gembira tentang rahmat dan ridha Allah serta janah-Nya, maka ia akan suka bertemu Allah. Dan sesungguhnya orang kafir, apabila diberi kabar tentang azab Allah dan kemurkaan-Nya, maka ia akan benci untuk bertemu Allah, dan Allah-pun membenci bertemu dengannya.
Imam Abu ‘Ubaid Al-Qayim bin Salam rahimahullaahmenjelaskan makna hadits ini, “Menurutku maknanya bukan membenci kematian dan kedahsyatannya, karena tak seorangpun bisa menghindarinya. Tetapi yang dicela dari semua itu adalah mengutamakan dunia dan cenderung kepadanya serta membenci untuk kembali kepada Allah dan negeri akhirat.” Beliau rahimahullaah mendasarkan penjelasannya tersebut pada firman Allah Ta’ala yang mencela suatu kaum karena mencintai kehidupan dunia.
إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آَيَاتِنَا غَافِلُونَ  أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 7-8)
Al-Imam al-Khatthabi rahimahullaah juga menjelaskan mengenai maksud hadits di atas, “Maksud dari kecintaan hamba untuk bertemu Allah, yaitu ia lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Karenanya, ia tidak senang tinggal terus-menerus di dunia, bahkan siap meninggalkannya. Sedangkan makna kebencian adalah sebaliknya”.
Orang yang suka bertemu dengan Allah: Ia lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Karenanya, ia tidak senang tinggal terus-menerus di dunia, bahkan siap meninggalkannya. Sedangkan makna kebencian adalah sebaliknya
Imam Nawawi rahimahullaah berkata,”Secara syari’at, kecintaan dan kebencian yang diperhitungkan adalah saat dicabutnya nyawa yang saat itu taubat tidak lagi diterima. Maka pada saat itu, setiap orang akan diberi kabar tentang tempat kembalinya dan apa yang telah disediakan untuknya, dan akan disingkapkan semua itu kepadanya. Karenanya,Ahlus Sa’adah (orang-orang yang berbahagia) mencintai kematian dan suka bertemu dengan Allah serta berpindah kepada apa yang dijanjikan untuk mereka. Dan Allah-pun suka bertemu dengan mereka, maknanya: akan memberikan balasan yang banyak dan kemuliaan. (Sebaliknya) orang-orang yang menderita (celaka) membenci bertemu dengan Allah karena mengetahui tempat buruk yang akan ditinggalinya. Sehingga Allah juga benci bertemu dengan mereka, maknanya: menjauhkan mereka dari rahmat dan kemuliaan-Nya . . “ (Disarikan dari Syarah Shahih Muslim)
Penutup
Semoga Allah memilih kita menjadi hamba-Nya yang dikaruniakan husnul khatimah. Dia mengutus malaikat-Nya untuk memberi kabar gembira kepada kita saat ajal menjemput. Sehingga kita senang bertemu dengan Allah dan mendapatkan kabaikan yang telah Dia janjikan.
Namun, kondisi seperti itu tidak datang dengan sendirinya. Perlu ada usaha untuk merealisasikannya. Yaitu dengan menjaga Iman dan melaksanakan tuntutannya berupa istiqamah (kontinyu dan ajeg) menjalankan ketaatan dan ketakwaan. [PurWD/voa-islam.com]

Abu Bakar Ba'asyir Melawan Proyek 'Perang Melawan Terorisme' Amerika


Abu Bakar Ba'asyir Melawan Proyek 'Perang Melawan Terorisme' Amerika

Oleh: Ali Mustofa Akbar
Persidangan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sudah mulai digelar. Tentu kita mengharapkan keadilan bagi sosok ulama kharismatik asal Ngruki ini. Jangan hanya karena tekanan dari berbagai pihak, terutama asing dalam rangka War On Terrorism (WOT), kemudian pengadilan kembali mendzalimi beliau.
Tentu kita masih ingat beberapa waktu yang lalu, Amir JAT ini harus “mondok” di rutan Salemba selama 4 tahun, cuma gara-gara soal identitas paspor. Di pengadilan, terbukti bahwa beliau tidak terlibat dengan aktivitas terorisme. Kita juga masih ingat, perlakuan semena-mena Densus 88 terhadapnya saat penangkapan di Banjar Patroman, Agustus tahun lalu, padahal seyogianya tidak perlu diperlakukan seperti itu, cukup dipanggil, beliau pasti datang. Asal tahu saja, beliau tidak sedang dalam pelarian.
Seperti diketahui bersama, kali ini pengasuh Ponpes Al Mukmin ini kembali dikait-kaitkan dengan aktivitas terorisme di Indonesia. Sesuatu yang bertolak belakang dengan pernyataan-pernyataan ulama yang terkenal begitu mukhlis ini, di mana beliau di beberapa kesempatan mengatakan tidak sepakat dengan tindakan ‘terorisme’ (pemboman di Indonesia, dll). Menurutnya, Indonesia sekarang ini bukan bumi Jihad, bukan daerah konflik. Terus pertanyaannya, apa mau mereka?
Perang Ideologi
Penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir merupakan salah satu bagian dari War on Terrorist.  Sedangkan WOT sendiri sejatinya hanyalah topeng untuk memerangi Islam, hal ini terbukti dari beberapa fakta yang terekam di lapangan, bahwa AS lebih banyak menginvasi ke negeri-negeri Islam, daftar teroris mayoritas adalah umat Islam. Sangat aneh ketika Israel yang jelas-jelas melakukan tindakan teror terhadap warga Palestina tidak dicantumkan ke daftar teroris, sedangkan Hamas dalam mempertahankan negerinya untuk mengusir penjajah Zionis dimasukkan dalam daftar teroris mereka. Bukti lain, mayoritas korban adalah masyarakat Islam, mereka juga sering menggunakan istilah; teroris Islam, militan Islam, Radikal Islam. Hal yang tidak disematkan kepada teroris Yahudi (Israel), teroris Hindu (Macan Tamil), bahkan kalau mereka mau jujur, mereka sangat layak menyandang gelar teroris Kristen.
Pasca runtuhnya komunis yang dipimpin Uni Soviet, satu-satunya ancaman terhadap dominasi Amerika Serikat terhadap dunia dengan Ideologi kapitalismenya, otomatis hanyalah tinggal Islam, dengan catatan Islam diterapkan sebagai sebuah Ideologi. Samuel P hatington dalam bukunya “who are you?” mengatakan ” bagi barat, yang menjadi musuh utama bukanlah fundamentalis Islam, tapi Islam itu sendiri”. Sedangkan menurut mereka Ideologi Islam memiliki beberapa kriteria, yakni seperti yang diungkap Mantan PM Inggris Tony Blair saat kongres buruh (16/ Juli/2006). Ia menjelaskan ”Islam sebagai Ideologi Iblis: ingin mengeliminasi Israel, menjadikan syariat sebagai sumber hukum, menegakkan khilafah dan bertentangan dengan nilai-nilai liberal.”
Maka dari itu, untuk membendung potensi pesaing ini, Amerika Serikat melakukan berbagai cara guna menaggulanginya. Bermacam kebijakan mereka tempuh, salah satunya dengan melakukan invasi militer secara langsung terhadap negeri-negeri Islam, selain itu, mereka juga melancarkan perang pemikiran (ghazwul fikri) secara masif sehingga terbukti lumayan ampuh membuat umat Islam sendiri meninggalkan Ideologinya, termasuk menanamkan antek-anteknya di berbagai negara untuk memuluskan niat jahat mereka.
Kebijakan perang fisik mereka gunakan untuk melumpuhkan seteru-seteru Ideologi mereka dikawasan Timor tengah dan lainnya, sedangkan kebijakan perang non fisik (perang pemikiran) ditempuhnya di seluruh negeri Islam, baik yang diduduki secara militer maupun tidak.
Di Indonesia, pemikiran Amerika (barat) telah berhasil merengsek masuk ke berbagai sendi kehidupan ( ekonomi, sosial, budaya, politik, dan seterusnya). Untuk menyukseskan upayanya ini mereka juga menciptakan kader-kader intelektual dari tubuh kaum Muslim itu sendiri yang telah di cuci otaknya sehingga mindset berpikirnya pun telah berubah menjadi mindset berpikir yang bukan lagi Islam, melainkan pro terhadap Amerika dan bahkan cenderung memusuhi Ideologi Islam.
Saking pentingnya perang pemikiran ini, sekretaris menteri pertahanan AS Wolfowitz merekomendasikan: ”saat ini, kita sedang bertempur dalam perang melawan teror, perang yang akan kita menangkan. Perang yang lebih besar yang kita hadapi adalah perang pemikiran, jelas suatu tantangan. Tetapi yang (ini) juga harus dimenangkan”. Bermacam sarana dan prasarana mereka gunakan, di antaranya dengan mengintervensi pendidikan, yakni mengatur kurikulum pendidikan yang berbasis sekulerisme, termasuk kurikulum-kurikulum pesantren yang sudah banyak digembosi melalui dana-dana bantuan yang mereka salurkan.
Stigma Teroris
Apa kaitannya penangkapan Abu Bakar Ba’asyir dengan War On Terrorism?. Sifat setiap ideologi yang berkuasa adalah mempertahankan kekuasannya, maka ia tidak akan membiarkan apabila ada potensi Ideologi lain yang akan merongrongnya. Jika dikolerasikan dengan Indonesia, negeri berpenduduk muslim terbesar ini pastinya dipandang menjadi ancaman serius terhadap Ideologi kapitalisme pimpinan Amerika apabila Ideologi Islam bangkit di negeri ini.
Karena itu, perlu dihalangi siapa saja baik individu maupun jamaah Islam yang jelas-jelas memperjuangkan tegaknya Ideologi Islam. Salah satunya adalah memberikan stigma teroris padanya agar umat menjauhinya, yang kemudian diharapkan menjauhi apa saja yang disuarakannya.
Dalam kasus ini, kita tahu Ustadz Abu Bakar Ba’asyir adalah sosok yang begitu lantang menyuarakan agar syariah Islam diterapkan secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Maka sudah sewajarnya jika pihak yang tidak senang dengan hal itu perlu untuk menjebaknya, berusaha mengaitkannya dengan aktivitas terorisme.
Mendambakan media yang objektif
Media massa punya kontribusi besar dalam mempengaruhi hati dan pemikiran masyarakat, kebanyakan media massa sekarang ini mayoritas dikuasai oleh kaum sekuler dan seringkali dalam pemberitaannya menyudutkan Islam dan kaum Muslim.
Columbus dan Wolf dalam tulisannya (Pengantar hubungan Internasional hal.186-187) mengatakan ” salah satu fungsi bisnis propaganda adalah memonitor, mengklasifikasi, mengevaluasi, dan mempengaruhi media massa. Para wartawan, kolumnis, komentator, dan pembuat opini yang dianggap bersahabat biasanya diundang ke kedutaan besar. Pihak kedutaan besar biasanya memberikan informasi eksklusif, bila perlu menawarkan bonus. Di negara-negara barat, peran dinas propaganda luar negeri sangat luar besar. Hal ini mengingat opini publik, kelompok penekan, dan media massa terlibat terus menerus untuk mempengaruhi kebijakan sebuah negara”.
Ariel Cohen Ph.d (pengamat) juga pernah merekomendasikan ”AS harus menyediakan dukungan kepada media lokal untuk membeberkan contoh-contoh negatif dari aplikasi syariah)”. Sedangkan ide-ide yang harus terus menerus diangkat ialah menjelekkan citra Islam: perihal demokrasi dan HAM, poligami, sanksi kriminal, keadilan Islam, minoritas, pakaian wanita, kebolehan suami untuk memukul istri. (Cheril Benard, Civil Democratic IslamPartners, Resources, and Strategies, the Rand Corporation, halaman 1-24). Kami berharap, semoga saja media segera tersadarkan akan hal ini.
Umat Islam sudah seharusnya mengambil langkah-langkah strategis untuk meminimalisir dampak-dampak negatif dari war on teroris yang dilancarkan Amerika Serikat dan sekutunya ini.
Pula harus bersama berjuang menegakkan dienul Islam. Amerika dan sekutunya merupakan kekuatan yang global, oleh sebab itu harus dihadapi dengan kekuatan yang global pula. Harapan bagi umat Islam masih ada ketika pertolongan dari Allah datang melalui perjuangan kita dalam membentuk kekuatan yang luar biasa, yang mampu menandingi adidaya Amerika. Apalagi kalau bukan Khilafah? Wallahu a’lam bi ash shawab.

Rabu, 23 Februari 2011

Bangsa Pembohong!


Bangsa Pembohong!

Oleh Saif Al Battar pada Selasa 18 Januari 2011, 05:12 PM

KEBOHONGAN didefinisikan sebagai suatu perbuatan memalsukan informasi untuk menipu orang atau memberikan penekanan yang salah kepada yang lain dan merupakan perbuatan yang jauh dari kebenaran. Secara umum bohong dikenal sebagai perbuatan yang salah baik secara moral maupun secara agama.
Secara luas dapat dipahami bahwa seseorang yang berbohong adalah seseorang yang tidak dapat dipercaya dan kebohongan yang tersebar luas dapat menciptakan kecurigaan, kekacauan dan kerusakan di antara umat (masyarakat). Bukan suatu yang aneh lagi ketika mempelajari kehidupan masyarakat Barat yang penuh kebohongan, para pembohong tersebar dimana-mana dan itu sudah menjadi jalan hidup mereka.
Anak-anak masyarakat Barat dididik dengan kebohongan sebagai bagian dari materi didikan mereka. Secara terus-menerus anak-anak itu hidup bersama mereka, diasuh mereka dengan ide-ide yang salah. Anak-anak mulai dari usia dini dipengaruhi oleh kebohongan-kebohongan dan inilah yang akan memainkan peranan kelak. Anak-anak diajari dengan cerita-cerita bohong/ dan monster-monster, mereka membaca kisah-kisah khayal dari buku-buku yang tidak berguna yang dibangun atas dasar kebohongan dan muslihat yang seharusnya dibuang dan dijauhkan dari pikiran generasi muda.
Mereka kemudian mulai percaya pada cerita-cerita tentang Drakula dan Frankenstein yang tidak ada hubungannya dengan realita kehidupan. Anak-anak diberikan idealisme untuk menjadi model-model yang dapat dilihat dan dipertontonkan. Sebuah kepribadian uang dibentuk oleh Hollywood atau artis dan budaya olah raga, meniru mereka dan mencurahkan waktu berusaha mempelajari segala hal tentang mereka.
Kebohongan terbesar dari semuanya adalah tentang Natal dan Santa Claus. Anak-anak dari usia muda belajar tentangnya dan dibantu untuk mempraktekkannya. Pengajaran itu mendorong anak-anak muda maupun yang dewasa untuk merayakannya (seperti apa yang mereka pelajari). Kebenaran yang ada yaitu bahwa Natal adalah sebuah perayaan yang tidak akan dikerjakan selain bersama dengan perayaan kelahiran Yesus atau perayaan umat Kristen, bahkan perayaan ini merupakan kelanjutan dari festival para penganut paganisme (para penyembah banyak tuhan) yang diketahui oleh banyak orang.
Anak-anak terus diajarkan kebohongan di sekolahnya sebagai bagian dari pendidikan mereka, dimana mereka mengajarkan tentang evolusi manusia yang berasal dari kera. Mereka mengajarkan sebagai sebuah fakta yang harus diterima dan adanya bumi beserta sebuah eksistensinya datang dari sebuah teori Big Bang dengan tujuan menjauhkan masyarakat dari keimanan kepada pencipta.
Tipe didikan seperti ini secara alami akan menghasilkan pribadi pembohong. Seseorang akan melihat bahwa tidak ada bahaya (ketakutan) dalam mengatakan tentang kebohongan atau menciptakan kebohongan kepada yang lain. Inilah kenapa film, drama, komedi dan novel-novel begitu populer di tengah-tengah masyarakat karena mereka adalah pembohong yang membuat cerita-cerita palsu dan memerankannya kepada yang lain untuk membuat cerita dalam rangka menyuguhkan hiburan kepada masyarakat. Dalam waktu yang tidak begitu lama tatkala masyarakat menikmati sarana hiburan yang penuh dengan kebohongan ini, maka walaupun mereka tidak mengerjakan kebohongan akan tetapi mereka akan menerima ini (kebohongan) sebagai suatu yang wajar dalam masyarakat.
Berdasarkan pendekatan melalui penelitian yang cermat hal ini bisa menjadi suatu bukti bahwa seperti itulah pengajaran yang disebarluaskan diseluruh aspek kehidupan diantara masyarakat Barat (kufur). Bukan merupakan hal yang aneh lagi kalau kita temukan semua industri-industri seperti jurnalistik didasarkan atas kebohongan dan penipuan dimana mereka dengan sengaja menyimpangkan dan memalsukan berita dalam rangka untuk membodohi masyarakat dan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Berita-berita gaul yang terbit setiap harinya didasarkan atas media kemungkinan, apakah itu media elektronik atau yang lain, menyebarkan berita kebohongan atau fitnah secara terus menerus. Masyarakat akan membelanjakan uang dan mencurahkan waktunya setiap hari untuk membeli, membaca, dan melihat apa-apa yang telah dipalsukan oleh para jurnalis.
Pada faktanya para jurnalis tersebut bermaksud untuk membohongi dan menyimpangkan kejadian-kejadian di seputar dunia untuk kepentingan dan manfaat pemerintah mereka yang disebut dengan “propaganda hitam” dan bahkan membayar orang-orang di negara asing untuk menyebarkan kebohongan tersebut. Mirip dengan politik yang penuh dengan kebohongan, penipuan dan hubungan skandal untuk tujuan memperoleh dukungan atau untuk memfitnah yang lain.
Peraturan-peraturan itulah hukum yang ada di negara-negara maju (Barat) yang mendidik individu-individu di dalamnya, yang dapat ditandai dengan melihat bagaimana mereka menyelesaikan urusannya di masyarakat dan itulah fakta yang diterima bahwa mereka adalah pembohong, penipu dan pemfitnah. Bukan suatu hal yang aneh lagi jika mendengar bagaimana orang seperti Tony Blair, George Bush, Obama, Gordon, berbohong kepada dunia tentang senjata penghancur massal untuk pembenaran serangan mereka melawan umat muslim di Iraq. Karena mereka adalah produk sebuah masyarakat yang didasarkan atas kebohongan dan kepalsuan. Bagaimana mereka melanjutkan kebohongannya, mencoba untuk menutupi kebenaran tentang pembunuhan massal atas umat muslim baik laki-laki, wanita, dan anak-anak di Iraq dan Afghanistan, membunuh tentara-tentara mereka sendiri di negara tersebut, menyiksa orang-orang Muslim dalam tahanan, menggunakan toksin dan kimia dalam persenjataan mereka, menangkapi orang-orang Muslim di tahanan-tahanan rahasia, kegagalan intelijen-intelijen mereka, kegagalan mereka di Iraq dan Afghanistan dan masih banyak lagi yang lain, belum lagi pihak pemerintah yang meneruskan kebohongan ke masyrakat mereka dan meneruskannya ke dunia. Mulai dari lahir hingga dewasa mereka diajarkan dengan kebohongan, kemudian bersama-sama dengan para pembohong lainnya menjadi bagian dari masyarakat yang mendasarkan pada kebohongan dan kepalsuan. Inilah norma dalam masyarakat dan menjadi bagian integral dari fungsi masyarakat. Bagaimana mungkin seseorang dari masyarakat ini dapat dipercaya ? dan bagaimana mungkin kita dapat mempercayai sebuah bangsa yang didasarkan atas kebohongan ?
Islam mengajarkan bahwa bohong adalah dosa dan bukanlah merupakan sifat dari orang yang beriman dengan benar. Oleh karena itu pendidikan dalam Islam akan memberikan jaminan (kepastian pada anak) bahwa mereka tidak disubyekkan pada konsep-konsep kehidupan yang tidak berguna dan tidak eksis (fantastis/khayal) seperti didikan Barat. Mereka tidak diajarkan pada cerita-cerita yang tidak ada hubungannya dengan realita. Mereka akan diajarkan hidup dari perspektif syari’ah. Mereka akan diajarkan tentang keimanan dan peranan iman dalam kehidupan ini. Mereka akan belajar tentang sejarah Islam yang sesuai dengan realita kehidupan, tidak seperti yang dibuat oleh Hollywood.
Mereka akan diajari fakta-fakta dan tidak akan dibodohi untuk mempercayai ide-ide yang salah. Pendidikan dalam Islam terbebas dari kebohongan dan penipuan. Karena memproduksi individu-individu yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya serta menjadi orang yang takut hanya pada Allah swt semata. Pribadi muslim adalah orang yang terhormat dan mulia yang akan mendorong dirinya untuk berkata benar. Inilah kenapa muslim yang benar adalah orang yang tidak hanya menahan diri dari berbohong akan tetapi memastikan bahwa kebenaran itu dapat disampaikan dan ditegakkan di sekitarnya.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah”(QS Fushilat (41) : 33)

Hadiah Terindah Untuk Muslimah - Arrahmah.com

Hadiah Terindah Untuk Muslimah - Arrahmah.com

Melawan kerakusan penguasa

Oleh: Ustadz Irfan S. Awwas
Semakin lama rezim SBY berkuasa, ancaman kemiskinan, dekadensi moral, kriminalitas, dan tentu saja korupsi, semakin keras mendera kehidupan rakyat Indonesia. Segala retorika apologis yang dikemukakan penguasa, menghadapi kritik rakyat, justru disikapi dengan rasa muak dan sumpah serapah masyarakat. Bahkan sejumlah tokoh lintas agama, menyerukan tahun 2011 sebagai tahun perlawanan terhadap kebohongan penguasa.
Setelah terbukti pemerintahan SBY tidak efektif memberantas korupsi dan menyejahterakan kehidupan rakyatnya, bahkan sebaliknya memperpuruk kondisi negeri. Maka Indonesia sepanjang masa reformasi, seakan ditakdirkan nasib binasa dan nista. Dalam hal ini SBY telah menjadi penguasa dari rezim durjana yang digambarkan dalam Al-Qur'an:
"Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru manusia ke neraka dan di hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami ikutkanlah la'nat kepada mereka di dunia ini, dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orangyang dijauhkan dari rahmat Allah." (Qs. Al-Qashas, 28:41-42).
Lahirnya pemimpin yang tidak becus mengurus negara, pejabat-pejabat yang rakus, tidak bermoral, mati rasa dan kesat hati, menjerumuskan rakyatnya kelembah nista dan teraniaya, merupakan tanggungjawab rakyat yang memilihnya. Dosa terbesar justru ditanggung oleh rakyat karena pemimpin durjana seperti itu lahir dari pilihan langsung oleh rakyat atas nama demokrasi.
Jika sekarang, penguasa yang mereka pilih, ternyata tidak peduli dengan nasib pemilihnya, lalu apa yang akan diperbuat? Bayangkan, apa yang ada diotak SBY, jajaran eksekutif dan juga legislatif. Ketika rakyatnya dalam kondisi sengsara, menderita gizi buruk, ditimpa bencana, hidup ditenda darurat, kekurangan gizi, langka air bersih. Para nelayan berhenti melaut karena badai, petani berhenti bertani karena gempa, tsunami, maupun lahar dingin merapa. Eeh, tiba-tiba SBY curhat, sudah tujuh tahun gajinya tidak dinaikkan. Sebelumnya ketua DPR RI Marzuki Ali ngotot membangun gedung mewah. Bahkan zalimnya mereka, usulan pengadaan mobil mewah bagi tamu penting DPRD DKI, juga disetujui untuk anggaran 2011.
Masya Allah, apa yang ada di otak mereka anngota wakil rakyat, dan apa yang bersemayam di hati Presiden SBY? Tidak ada rasa malu dan tak ada pula kesedihan menyaksikan derita rakyatnya. Sabda Nabi Saw, agaknya tepat bagi mereka. " Idza lam tastahi' fashna' ma syi'ta (Jika rasa malu sudah tidak ada, maka berbuatlah sesukamu)."
Prilaku hedonistik, berfoya dalam kemewahan, gembira di atas penderitaan rakyat, adalah karakteristik pejabat negara RI, sehingga mereka tidak sungkan menjadi koruptor. Mereka diserahi amanah mengurus kepentingan rakyat, tapi malah menjarah harta rakyat. Benarlah mahfudzat yang menyatakan: "Hamiha haramiha, mereka penjaganya mereka pula malingnya."
Ancaman kehancuran menghadang Indonesia masa depan, yang lebih dahsyat dengan apa yang menimpa sekarang. Apabila tidak ada perbaikan serta kesadaran obyektif rakyat Indonesia, maka Nasib bangsa Indonesia seperti digambarkan dalam wahyu Ilahy:
"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati perintah Allah). Tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadap mereka ketentuan Allah. Niscaya Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (Qs. Al-A'raf, 17:16).
Hari ini SBY minta naik gaji, gedung DPR dibangun dengan biaya 300 trilyun, dan DPRD DKI bertekad beli mobil mewah. Sedang kaum agamawan, kaum intelektual dan rakyat mayoritas mengoreksi dan menasihati penguasa, agar hidup hemat, sederhana. Jangan biarkan terus menerus rakyat hidup melarat, ternyata tidak digubris juga. Lalu, apa yang akan terjadi nanti?.

    Melawan kerakusan penguasa

    Selasa, 22 Februari 2011


    Ketika ‘Wasit’ Hijrah Jadi ‘Pemain’

    Posted by K@barNet pada 23/06/2010
    Jakarta - Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Andi Nurpati membuat keputusan mengejutkan. Saat masih menjabat, Andi memilih untuk hijrah menjadi politisi di partai pemenang Pemilu 2009, Partai Demokrat (PD). Keputusan Andi ini menuai prasangka.
    Berbagai tuntutan agar Andi mundur datang dari berbagai penjuru. Mulai dari anggota DPR, elit partai hingga menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II.
    “Ya harus mundur kalau dia pilih di situ (Demokrat) kan, supaya jadi wasit yang adil,” kata Mendagri Gamawan Fauzi di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (21/6/2010) lalu.
    Secara logika, menurut Gamawan, seorang anggota KPU tidak boleh berpolitik praktis. Karena bisa mengurangi netralitas lembaga penyelenggara pemilihan umum itu.
    “Logikanya, wasit tidak boleh ikut di partai,” tambah Gamawan.
    PDI Perjuangan bersuara lantang atas pilihan Andi Nurpati. Wajar saja partai banteng moncong putih ini curiga. Sebab, entah disengaja atau tidak, dua kali anggota KPU telah hijrah ke partai besutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut. Sebelumnya, Anas Urbaningrum bergabung dengan PD setelah sukses menyelenggarakan Pemilu 2004.
    “Jelas dalam perundangan, KPU itu harus netral. Artiannya bukan hanya lembaganya, tapi juga orang-orangnya. Itu menjadi suatu hal yang harus dipertanyakan,” kata Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di sela-sela acara gerak jalan memperingati Bulan Bung Karno, di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (20/6/2010) lalu.
    Fenomena masuknya anggota KPU ke partai politik usai pemilu pun memicu adanya usulan suatu aturan yang melarang anggota KPU menjadi pengurus parpol sampai pemilu berikutnya terselenggara. Usulan ini disampaikan oleh Direktur Reform Institute Yudi Latif. Menurut dia, paling tidak ada klausul yang menyebutkan tidak boleh jadi pengurus partai hingga pemilu berikutnya.
    Sementara Partai Demokrat menganggap tidak ada yang salah dengan pilihannya ‘meminang’ Andi Nurpati. Menurut Ketua Umum PD, Anas Urbaningrum, sudah pasti Andi Nurpati akan mundur dari KPU. Anas menampik keras tudingan jika dipilihnya Andi sebagai balas jasa atas kemenangan Demokrat dan SBY dalam Pemilu 2009.
    “No. Tidak sama sekali,” elak Anas usai menggelar silaturrahmi dengan pengurus baru Partai Demokrat di Hotel Gran Sahid Sabtu lalu.
    Menyikapi polemik ini, Andi Nurpati membela diri. Menurutnya, apa salahnya jika dia melakukan hal-hal baru dalam hidupnya, termasuk pilihannya untuk terjun di dunia politik. Bahkan, dia mengungkapkan, selain Demokrat, ada juga partai besar yang yang juga meminang Andi. Namun waktu itu tawaran tersebut dia tolak.
    “Kalau diberhentikan 2011 (dari KPU) kan tinggal sekian bulan. Jadi why not saya kemudian menentukan pilihan posisi saya ketika ada sesuatu yang saya pikirkan,” Andi membela diri.
    Menurut wanita berjilbab ini, apa yang dia pilih saat ini adalah normal dan wajar. Sehingga tak perlu diperdebatkan berkepanjangan.
    “Apa yang saya lakukan masih normal, wajar saja. Saya mungkin sudah tepat dalam menentukan hidup saya,” tutup Andi. [detikNews]

    MENYIAPKAN REVOLUSI ISLAM


    Ini mengindikasikan bahwa di setiap zaman dan tempat pasti akan selalu ada para rijalud dakwah, yaitu pejuang yang konsisten menyeru manusia ke jalan yang benar dan diridhai Allah. Mereka berjuang untuk menata negara dan rakyatnya hingga menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Sebuah negara yang makmur dan rakyatnya mensyukuri nikmat Allah. Negara jauh dari praktik ketidakadilan, korupsi, penyelewengan amanah dan pelanggaran-pelanggaran lainnya.
    Kebatilan dan pengingkaran memang akan senantiasa muncul. Dan ini pada dasarnya merupakan sebuah pesan dari Allah agar kita konsisten dalam ber-amar makruf dan nahi’anil munkar. Kita tidak mungkin melihat dunia tanpa kebatilan sedikitpun. Karena ini juga merupakan bagian dari sunnatullah. Yang menjadi kewajiban kita sebagai muslim adalah terus melawan kebatilan tersebut. Dan untuk itulah kita dilahirkan ke dunia.
    Dalam konteks Indonesia, semua ketimpangan yang terus terjadi hari ini, baik pada tatanan pemerintahan maupun masyarakat, bisa jadi ini disebabkan karena upaya kita untuk mengimbangi kemungkaran tersebut belum semaksimal mungkin. Sehingga kebatilan terus saja menjadi nahkoda perahu bangsa kita. Semestinya, antara kebenaran dan kebatilan tidak boleh seimbang. Kebenaran harus mendominasi sehingga kebatilan menjadi terjepit. Harus banyak segmentasi masyarakat Indonesia yang menjadi pelopor perubahan di masyarakat.
    Rasulullah dalam salah satu haditsnya mengingatkan kepada kita tentang perkembangan dunia Islam sejak era beliau hingga munculnya kekhilafahan Islam berdasarkan minhaj nabawi di akhir zaman. Hadist shahih yang diriwayatkan oleh Hudzaifah ini lengkapnya berbunyi; “Masa kenabian akan terjadi di tengah-tengah kalian seperti yang dikehendaki Allah. Kemudian, Allah menghapusnya jika Ia menghendakinya. Setelah itu, akan ada Khilafah yang tegak di atas manhaj kenabian, lalu Khilafah itu menjadi seperti yang dikehendaki Allah. Kemudian, Allah menghapusnya jika menghendaki. Setelah itu akan ada kerajaan yang memegang teguh Islam, lalu kerajaan itu menjadi seperti yang dikehendaki Allah. Kemudian, Allah menghapusnya sesuai kehendakNya. Setelah itu, akan ada kerajaan para diktator, lalu kerajaan itu menjadi seperti yang dikehendaki Allah. Kemudian, Allah menghapusnya sesuai kehendaknya. Setelah itu, Khilafah akan kembali tegak dengan berjalan di atas manhaj kenabian”. Setelah itu, Nabi Muhammad Saw terdiam (HR Ahmad).
    Era kenabian merupakan periode yang paling utama dalam sejarah Islam karena adanya Nabi Muhammad Saw yang membimbing manusia menuju jalan kebenaran. Masa Khulafaur Rasyidin merupakan masa dimana umat Islam dipimpin oleh para khalifah yang adil berdasarkan manhaj nabawi. Masa kerajaan yang memegang teguh Islam merupakan masa dimana umat Islam dipimpin oleh para raja. Masa ini dimulai sejak berdirinya Daulah Bani Umayah tahun 41 H, Daulah Bani Abasiyah tahun 132 H s/d 656 H, kemudian Islam dipimpin oleh Daulah-daulah yang lainnya.
    Masa raja yang diktator yaitu masa dimana umat Islam mayoritas, namun dikuasai oleh para penguasa yang zalim yang selalu menindas rakyatnya dalam semua sendi kehidupan. Inilah masa yang sedang kita saksikan saat ini. Mulai dari Jazirah Arab hingga ke berbagai wilayah lainnya sampai ke Indonesia, umat Islam dipimpin oleh pemimpin yang zalim. Mulai dari raja Tunisia yang baru saja ambruk, raja Yordania, raja Arab Saudi, raja Mesir, presiden Tajikistan dan sebagainya.
    Sedangkan periode terakhir adalah masa dimana kekhalifahan Islam akan muncul kembali sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Swt. Ini periode yang paling dinantikan umat Islam pasca runtuhnya daulah Islamiyah Turki Usmani pada tahun 1924 yang merupakan era awal dimana umat Islam terombang-ambing bagai buih di lautan.
    Dari redaksi hadist di atas memang tidak dijelaskan bahwa pergantian periode dari kepemimpinan raja zalim menuju kekhalifahan Islam akan berlangsung secara revolusioner (cepat dan mendasar). Namun membaca hadist selanjutnya, kita akan menangkap sebuah pesan bahwa upaya untuk menggantikan rezim yang zalim secara revolusioner juga bisa menjadi salah satu alternatif model perjuangan bagi umat Islam untuk melakukan perubahan.
    Sabda Nabi, “Sungguh, sepeninggalku akan ada para penguasa negara yang mementingkan diri sendiri dan membuat kebijakan-kebijakan yang tidak kalian sukai.” Para Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami ketika mengalami peristiwa tersebut?” Beliau menjawab, “Tunaikanlah kewajiban kalian dan mintalah hak kalian kepada Allah.” (HR. Muslim). Dengan demikian, perubahan secara revolusiner bisa terjadi dimana saja sesuai dengan kondisi daerah tersebut. Bahkan di Indonesia sekalipun jika syarat-syaratnya telah terpenuhi.
    Hadist tersebut kemudian juga diperkuat oleh firman Allah berikut ini; “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang kafir sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.(QS. An-Nuur: 55).
    Membaca ayat di atas, tersurat secara jelas janji Allah bahwa pada suatu saat cahaya Islam pasti akan menang. Allah tidak mungkin mengingkari janjiNya. Dengan demikian, pertanyaan yang selayaknya kita ajukan kepada diri kita semua, dimanakah posisi kita saat Islam sedang dalam upaya mencapai puncak kejayaannya?. Kita hanya punya dua pilihan, menjadi bagian dari pejuang kebangkitan Islam atau berada di pihak yang menentang cahaya Islam?. Pada situasi ini, kita tidak memiliki pilihan tengah. Satu golongan dijanjikan syurga oleh Allah, sedangkan satu golongan lagi juga dijanjikan balasan oleh Allah berupa neraka.
    Maka disini, sebagai umat Islam sudah menjadi kewajiban agar kita terus berbenah diri untuk menjadi pribadi rabbani yang berkarakter Qur’ani yang dengan iman yang kuat ia selalu mengabdi kepada Tuhannya, ia mampu menahan hawa nafsu, godaan harta, tahta maupun wanita. Pembenahan diri ini merupakan fondasi yang sangat mendasar untuk pembangunan negara dan menyambut kekhalifahan Islam yang pasti akan muncul di akhir zaman. Kemudian membangun keluarga yang sakinah ma waddah wa rahmah. Setelah itu membangun masyarakat yang terpancar didalamnya cahaya Islam. Masyarakat yang bersatu diatas tali Islam, saling menolong diatas kebaikan dan taqwa, mengamalkan ayat-ayat dan Tuhannya dan hadist RasulNya.
    Setelah pembenahan tiga segmetasi ini, dengan sendirinya kita telah berupaya membangun fondasi dasar kekhalifahan Islam. Setelah itu, masyarakat ini harus memilih pemimpin yang sesuai dengan kriteria Islam, meningkatkan kemampuan berbagai disiplin keilmuan, ekonomi, militer dan sebagainya. Karena tidak mungkin revolusi yang sesuai dengan sunnatullah akan bisa diwujudkan jika perangkat-perangkatnya belum siap dan matang. Jikapun dipaksakan, maka hasil dari revolusi itu niscaya bukan untuk kemunculan kekhalifahan Islam. Revolusi Mesir dan Tunisia insya Allah akan memberikan kita jawaban apakah perangkat-perangkat ini sudah disiapkan oleh umat Islam disana. Wallahu a’lam bishshawab.

    Umat Islam Ultimatum Presiden SBY

    Posted by K@barNet pada 21/02/2011

    …”Umat Islam Sudah Mengultimatum Presiden SBY, Jika Sampai 1 Maret Belum Mengeluarkan Keppres Untuk Membubarkan Ahmadiyah, Maka Puluhan Ribu Umat Islam Akan Berusaha Menduduki Istana Negara”…

    Kalau rakyat Mesir memulai revolusi untuk menjatuhkan kediktatoran Presiden Housni Mubarak pada 25 Januari dan baru berhasil pada 11 Februari (18 hari) lalu, maka umat Islam Indonesia tidak mau kalah dengan umat Islam Mesir.

    Umat Islam Indonesia akan memulai Revolusi Islam untuk mendesak Presiden SBY turun dari jabatannya jika tidak bersedia membubarkan Ahmadiyah pada 1 Maret nanti, bertepatan dengan peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap Kolonial Belanda di Kota Yogyakarta.
    Umat Islam sudah mengultimatum Presiden SBY, jika sampai 1 Maret belum mengeluarkan Keppres untuk membubarkan Ahmadiyah, maka puluhan ribu umat Islam akan berusaha menduduki Istana Negara hingga berhari-hari sampai Presiden SBY mengeluarkan Keppres Pembubaran Ahmadiyah atau mengundurkan diri dari kursi kepresidenan. Jadi pada tanggal 1 Maret itulah dimulainya Hari Revolusi Islam untuk menjatuhkan pemerintahan pelindung dan pendukung Ahmadiyah tersebut.
    “Jika sampai 1 Maret nanti Presiden SBY belum mengeluarkan Keppres Pembubaran Ahmadiyah, maka puluhan ribuan umat Islam akan siap menduduki Istana Negara untuk memaksa Presiden SBY membubarkan Ahmadiyah atau lengser dari jabatannya,” seru Sekjen Forum Umat Islam (FUI), Ustadz Muhammad Al-Khaththath yang disambut dengan takbir ribuan massa umat Islam yang memadati Bundaran Hotel Indonesia (HI) dalam demo Pembubaran Ahmadiyah, Jum’at (18/2/2011) kemarin.
    Apel Siaga Umat Islam untuk Pembubaran Ahmadiyah itu diikuti berbagai ormas dan partai Islam yang tergabung FUI, seperti Front Pembela Islam (FPI), PPP, Syarikat Islam, Hizb Dakwah Islam (HDI), Laskar LEPAS, Al Ittihadiyah, Al Washliyah, Majelis Mujahidin, Forsap, Sharia4Indonesia, GPI, GARIS, KMKI, Dibo Piss, STAI PTDI, Majelis-Majelis Taklim dan Sholawat serta Dzikir, Pondok Pesantren dan lain-lain. Mereka memadati Bundaran HI sehingga sempat memacetkan arus lalu lintas.
    Dalam pernyataan yang dibacakan Ustadz Muhammad Al-Khaththath, FUI menuntut Presiden SBY segera mengeluarkan Keppres Pembubaran Ahmadiyah, Mabes Polri segera menangkap para pemimpin Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan memprosesnya secara hukum, Mendagri agar segera mencabut surat izin Keormasan JAI, pemerintah agar menindak LSM Sepilis dan Komprador yang memprovokasi Ahmadiyah sehingga memunculkan instabilitas nasional dan umat Islam agar bersatu menghadapi musuh-musuh Allah subhanahu wataala.
    Setelah menggelar orasi kurang lebih dua jam di bundaran HI, ribuan massa umat Islam bergerak ke Kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhari, Menteng, jakarta Pusat sejauh kurang lebih 2 km dari Bundaran HI. Massa menuntut agar Komnas HAM bersikap obyektif dan adil serta jangan terus menerus memojokkan umat Islam dengan dalih HAM, seperti dalam kasus Ahmadiyah di Pandeglang. Padahal sesungguhnya umat Islamnya yang dilanggar HAM nya oleh jamaah kafir Ahmadiyah dengan menodai kesucian Islam dan menghina Nabi Muhammad SAW. FUI meminta agar Komnas HAM menghentikan pembelaannya terhadap aliran sesat Ahmadiyah.
    Jika Komnas HAM terus menerus menfitnah umat Islam, maka FUI berjanji akan mengerahkan massa lebih banyak lagi untuk menduduki kantor Komnas HAM, yang saat ini dikendalikan para tokoh pro Sepilis seperti Ketuanya Ifdhal Kasim dan Ridha Saleh. Sehingga mereka mampu memanfaatkan Komnas HAM untuk terus menerus mendiskreditkan umat Islam Indonesia.

    Negara Kebohongan


    Negara Kebohongan

    Negara ini tak bisa dipimpin oleh kebohongan. Sekali kita menggunakan kebohongan sebagai cara meraih dan mempertahankan kekuasaan, manipulasi dan destruksi menjadi tak terelakkan sebagai praktek memimpin. Hasil akhir tindak kebohongan ini adalah pengabaian rakyat dan ketidakpercayaan secara berkelanjutan.
    Kasus Gayus Tambunan memperlihatkan secara terang benderang bahwa darah dan tulang negara ini tidak lagi merah dan putih, melainkan hitam di sekujur tubuhnya. Kita tidak tahu lagi pihak mana yang bisa dipercaya, karena seluruh rangkaian kasus ini dan usaha penanganannya penuh dengan rekayasa kebohongan.
    Dengan kebohongan dan korupsi sebagai pilar utama negara, setiap usaha memperjuangkan pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel seperti menegakkan benang basah. Kehidupan publik tidak memiliki landasan untuk bisa saling percaya. Tiap warga berlomba mengkhianati negara dan sesamanya; rasa saling percaya lenyap karena sumpah dan keimanan disalahgunakan; hukum dan institusi lumpuh tidak mampu meredam penyalahgunaan kekuasaan.
    Krisis multidimensi membayangi kehidupan negeri. Sejak 1952, Soekarno telah mengingatkan tentang lima macam krisis yang bisa mematikan perkembangan demokrasi. Pertama, krisis politik, yang membuat banyak orang tidak percaya lagi kepada demokrasi. Kedua, krisis alat-alat kekuasaan negara. Ketiga, krisis cara berpikir dan cara meninjau. Keempat, krisis moral. Kelima, krisis gejag (kewibawaan otoritas).
    Kelima macam krisis itu seakan berdaur ulang memaguti kehidupan negeri. Bertahun-tahun pemerintahan demokratis diperjuangkan dengan keringat dan darah. Namun, ketika kesempatan itu diraih, politik tak berkhidmat bagi kepentingan orang banyak; aparatur negara gagal menegakkan hukum dan ketertiban; politisi dan pejabat negara miskin visi dan wawasan; perilaku politik dan birokrasi tercerabut dari moralitas seperti terpisahnya air dengan minyak; adapun orang-orang yang menggenggam otoritas justru berlomba menghancurkan gejag.
    Mengenai musabab krisis, Soekarno mengingatkan untuk tidak begitu mudah mengalamatkan semua itu pada kehidupan perekonomian yang belum beres. “Lihatlah pada waktu pendudukan Jepang. Adakah satu waktu di dalam sejarah kita belakangan ini yang perekonomian kita lebih kocar-kacir, lebih morat-marit, lebih berantakan daripada di zaman pendudukan Jepang itu?”
    Lagi pula, perekonomian para pejabat negara sekarang ini tidak bisa dikatakan serba-kekurangan. Tidak ada alasan untuk terus mengeluh. Bukankah gaji dan aneka tunjangan terus dilambungkan tanpa rasa malu di sela-sela memburuknya perekonomian rakyat?
    Alhasil, pokok masalahnya bukanlah kekurangan, melainkan tidak dikuasainya bahasa terpenting pejabat publik, yakni “amanah”. Tanpa sifat amanah, pejabat negara didominasi oleh para pemimpin yang munafik: apabila berkata, mereka berdusta; apabila berjanji, mereka ingkar; dan apabila dipercaya, mereka berkhianat.
    Usaha pemulihan krisis negara ini harus menyentuh simpul terlemah, yang menjadi pangkal kemerosotan sekaligus kunci pertobatan. Mengikuti resep pemulihan Nabi Muhammad, dalam jalan pertobatan hal-hal negatif masih bisa dimaafkan sejauh tidak melakukan “kebohongan”. Celakanya, pada titik inilah jantung krisis kenegaraan kita bermula.
    Di negara ini, kebohongan koruptif bukan saja telah menjelma menjadi kategori moral tersendiri, melainkan juga menjadi pilar utama negara. Kebohongan itu kini memperoleh mantelnya dalam mistik proseduralisme yang mengabaikan esensi. Dalam meloloskan berbagai undang-undang yang mengabaikan nalar publik, dalam absurditas pengucuran dana kepada Bank Century, dan dalam pembiaran terhadap para penjarah keuangan negara, otoritas terkait kerap menutupi kebohongannya dengan dalih yang sama, “sudah sesuai dengan prosedur”.
    Kini, para pejabat negara sedang beradu siasat untuk menyempurnakan negeri ini menjadi negeri kebohongan. “Korupsi setiap pemerintahan,” kata Montesquieu, “selalu dimulai dengan korupsi terhadap prinsip dan aturan permainan.” Kebohongan memperoleh akarnya pertama kali justru ketika aturan bisa dikorup setiap saat demi pragmatika politik.
    Keterbukaan pemerintahan tidak cukup dengan keterbukaan proseduralisme. Kita memerlukan proses penyingkapan yang lebih dalam, dalam kemampuan untuk menjangkarkan kepentingan pada nilai. Bahwa kekuasaan manusia adalah amanah Tuhan yang harus diemban secara bertanggung jawab, bukan saja melalui akuntabilitas prosedural, melainkan juga akuntabilitas di hadapan Tuhan. Kalaupun pejabat bisa membohongi rakyat lewat selubung prosedur, mereka tidak akan bisa lolos dari pengawasan Yang Maha Menyaksikan.
    Saatnya semua kalangan berdiri melawan kebohongan. Kebenaran segera datang dan kebohongan akan sirna, dan sesungguhnya kebohongan itu pasti akan binasa!
    Penulis: Yudi Latif
    Cendekiawan Muslim