Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Selasa, 28 Februari 2012

Surat Merah untuk Presiden


Assalamualaikum Wr Wb, pak Presiden.

Saya harap bapak menjawab salam saya, mengingat bapak adalah sosok yang religius--saya hanya tahu dari semboyan partai Anda yang nasionalis dan religius—juga santun dalam penuturan. Santun itu pula yang Bapak tunjukkan ketika Bapak mengadakan tanya jawab dengan rekan-rekan pers. Satu pertanyaan satu jawaban dan tak boleh ada sanggahan. Waktu itu—saya lupa tanggalnya, yang pasti di bulan Februari 2012, di Istana Negara—bapak menyinggung berbagai hal, salah satunya perihal ormas Front Pembela Islam (FPI).

Perihal FPI, Bapak mengatakan: FPI seharusnya intropeksi diri terkait penolakan FPI di Palangkaraya dan demo kecil di Bundaran Hotel Indonesia yang dihadiri oleh beberapa waria—saya lebih senang menyebutnya bencong, pria bertatoo, cewek perokok, bekas pemimpin majalah seronok dan sutradara liberal.

Pak Presiden Yang Terhormat,

Pagi telah nampak. Sang Raja Hari pun mulai menyemburat sinarnya. Udara pun masih segar. Pun dengan pikiran. Oleh sebab itu, mumpung masih segar, mari mengolah otak, mari kita bermain dengan logika. Logika tentang pernyataan bapak. Jika bapak meminta FPI introspeksi, kalau begitu bapak harus berlaku sama pada yang lain.

Pertama, bapak harus meminta Ahmadiyah harus intropeksi diri juga. Mengingat umat Islam di Indonesia banyak yang menolaknya. Karena Ahmadiyah bukanlah islam, tapi mencoreng kesucian islam.

Kedua, Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Taman Yasmin, Bogor, juga harus intropeksi diri karena masyarakat Bogor menolaknya. Wali Kota Bogor sudah menyiapkan Gedung Harmoni untuk beribadah dengan harga per sekali pakai Rp 2 Juta tapi para jemaat malah mutung dan memilih beribadah di trotoar.
Ketiga, Jamaah Islam Liberal (JIL) juga harus intropeksi diri, karena banyak umat Islam yg menolaknya. Penolakan karena JIL itu nyeleneh cara berpikirnya. Kenyelenahan JIL antara lain;  mendukung gerakan pornografi dan pornoaksi dengan dalih kebebasan berekpresi.  Mendukung pernikahan sesama jenis.  Mengatakan meragukan kandungan AlQuran. Meragukan Kerasulan Muhammad SAW. Mengatakan Allah adalah Tuhan segala agama.

Keempat,  Demokrat harus intropeksi diri, karena semakin banyak yang mencemo'ohnya.  Mencemooh karena  sudah jatuh pada pusaran kasus yang makin membuat, kata Anda, karena nilai setitik rusak susu belanga. Tak jarang rakyat menyebut Demokrat adalah partai bunker koruptor. Antikorupsi yang menjadi jargon partai binaan Anda hanya tinggal ‘kenangan’ belaka. Barang dagangan, thok. Saya yakin Anda dan keluarga tidak terjerat bahkan tidak melakukan tindakan sadis bernama korupsi, akan tetapi Anda terjebak dalam kepungan para bandit uang panas.

Terakhir, maaf, Bapak dan Wakil Bapak yang pendiam, Boediono juga harus introspeksi diri, karena kunjungan Bapak dan Boediono  ke berbagai daerah banyak yang menolaknya. Kenapa menolaknya? Anda sendiri yang lebih tahu jawabannya.
Kuman diseberang lautan jelas kelihatan, gajah dipelupuk mata tak kelihatan mungkin istilah yang cocok untuk Bapak.

Bapak Presiden yang terhormat,

Pada awal kepemimpinan Anda sebagai Presiden RI, imajinasi saya langsung melanglang kemana-mana. Anda tergambar dalam imajinasi saya sebagai sosok perfect. Memiliki segalanya. Karakter yang melodramatik; wajah yang tampan, fisik yang gagah, latar belakang yang tak buruk dan santun tutur kata. Dalam perjalanan imajinasi saya pupus bersamaan dengan pupusnya kewibawaan seorang pemimpin yang Anda sandang.

Sungguh, hingga saat ini Anda memang sangat santun, tetapi kesantunan itu terasa tak memiliki aura. Memandang Anda--artinya mencoba mengerti--saya seperti menatap sebuah potret yang terbingkai. Semu. Penuh pencitraan.

Di balik baju kebesaran Presiden, Anda tidak bisa mengelak sorot mata Anda makin sayu, satu-dua keriput bertambah di wajah Anda. Wajah Anda tak lagi bersinar seperti penguasa.Jika saja Anda bukan presiden, barangkali Anda akan tampak lusuh, layaknya Wak Kambali, tetangga saya di kampung. Badannya hitam legam karena rajin mencangkul di sawah. Yang saya salut dengannya, ia tak pernah mengeluh, tak pernah sibuk ‘memoles diri’.

Bapak Presiden yang selalu ikut prihatin,

Anda pernah mengatakan bahwa pembelian pesawat berjenis 737-800 Boeing Business Jet 2 memang harus dibeli karena memang diperlukan bukan untuk kepentingan pribadi diri Anda. Pernyataan Anda itu tentu saja menyakiti hari rakyat. Harga pesawat kepresidenan senilai 91,2 juta dollar atau Rp 912,09 miliar dengan kurs Rp 10.000 itu bisa untuk pengadaan rumah sederhana 9.121 unit dengan harga Rp 100 juta per unit atau pengadaan sekolah rusak sebanyak 4.560 sekolah dengan biaya perbaikan Rp 200 juta per sekolah.

Pak Beye, dahulu khalifah Umar naik unta bergantian dengan pembantunya saat berangkat ke Palestina untuk menerima kunci Baitul Maqdis, sehingga saat sampai di pintu gerbang negeri itu, orang-orang malah mengelu-elukan pembantunya, yang kebetulan sedang dapat giliran naik unta dan Umar yang menuntunnya.

Alangkah malunya lagi bila tak bisa mencontoh Hasan Al-Banna. Ketika Hasan Al-Banna bepergian untuk berdakwah, konon ada orang yang mengenalinya naik kereta kelas tiga. Sebagai pemimpin tertinggi jamaah Islam terbesar di dunia, rasanya kurang pantas kalau tokoh itu naik kereta kelas kambing. Ada orang bertanya, mengapa naik kelas 3? Beliau hanya tersenyum dan menjawab, karena tidak ada kelas yang lebih rendah lagi.

Renungkanlah Pak Presiden.

Pagi makin benderang,hari makin cerah. Banyak yang ingin saya sampaikan, namun saya harus pergi kuliah. Oh, iya, saya seorang mahasiswa semester 6. Saya juga aktif di kegitan kampus yang tak jarang membicarakan hal-hal ideal dengan rekan sesama mahasiswa.Berharap juga negara ini makin cerah.

Sebelum saya akhiri, saya teringat dengan kicauan seorang dosen di Twitternya—mungkin cocok untuk Bapak; banyak orang pada berebutan untuk jadi RI-1 sebab tidak tahu kelak beratnya pertanggungjawaban di akhirat.
Wassalamualaikum wr wb.

Muhammad Sholich Mubarok
Syiar Humas Badaris BSI, Jakarta

Negara di Tapal Batas

Safril Mubah -
 
Jakarta Di tengah terjangan arus globalisasi yang semakin kencang, Indonesia tampak semakin tertatih-tatih dalam mengarungi kompetisi global.


A. Safril Mubah
Jl. Airlangga 4-6 Surabaya
asafril@gmail.com
03183161068

Sabtu, 25 Februari 2012

Yusril : KPK Bisa Periksa SBY di Kasus Nazar




JAKARTA - Guru besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Yusril Ihza Mahendra, menyatakan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebenarnya sudah punya dasar kuat untuk memeriksa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait kasus korupsi Nazaruddin yang akhirnya menyeret para kader Partai Demokrat. Pasalnya, SBY sempat menemui Nazaruddin sebelum akhirnya kabur ke Singapura dan menjadi buron Interpol.

Menurut Yusril, jika ada nama-nama tertentu yang terungkap dalam persidangan dan terkait dengan pokok dakwaan maka nama-nama tersebut harus ndiperiksa dan dikembangkan oleh penyidik. "Orang yang pernah bertemu dengan terdakwa dalam waktu berdekatan dengan terjadinya tindak pidana itu wajib diperiksa. Cukup alasan bagi KPK untuk memeriksa SBY karena bertemu dengan terdakwa (Nazaruddin) sebelum melarikan diri," kata Yusril saat dihubungi, Kamis (23/2).

Dipaparkannya, jika KPK tidak mau menghadirkan SBY di persidangan maka penasihat hukum Nazaruddin bisa saja meminta kepada majelis hakim untuk menghadirkan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu sebagai saksi di persidangan. Yusril menegaskan, sudah ada putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membatalkan beberapa ketentuan tentang kriteria saksi yang diatur dalam UU KUHAP  

"Gunakan putusan MK tentang saksi yang saya mohon dulu sebagai dasar memanggil SBY ke persidangan," cetus mantan Menteri Sekretaris Negara itu.

Seperti diketahui, Nazaruddin kabur ke luar negeri pada 23 Mei 2010, sebelum ditetapkan sebagai tersangka kasus suap Wisma Atlet. Pria kelahiran 26 Agustus 1978 di Bangun, Sumatera Utara itu  terbang ke Singapura pada 23 Mei malam, setelah menggelar pertemuan di Cikeas.(ara/jpnn)

Silaturahmi DPW PBB provinsi Jawa Barat dengan DPD Golkar Jawa Barat

Pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat periode 2013-2018 akan dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, DPW PBB Provinsi Jawa Barat melalui Tim Khusus Pilkada yang di pimpin oleh Alit Rahmat, telah melakukan persiapan dengan berbagai kemungkinan dukungan untuk para calon dan koalisi usungan calon Gubernur dan wakil Gubernur. dan pada tanggal 25 Pebruari 2012 jam 19.00 wib. DPW PBB provinsi Jawa Barat mengadakan silaturahmi dengan ketua DPD Golkar Jawa Barat Dr.H. Irianto. MS. Syafiuddin di Hotel Horison.
Acara berlangsung kekeluargaan yang dihadiri oleh jajaran pengurus DPD Golkar, Fraksi Golkar, sedangkan dari DPW PBB Provinsi Jawa Barat diantaranya. Ketua DPW. Drs. H. Arief Budiman MSi. Sekretaris DPW. Nanang Romli. SPdI, Ketua Tim . Alit Rahmat, Sekretaris TIm. Achmad Thohari, anggota. Dadan dania, Taufik Gunawan, Zakaria Bar'at.


Selamat Jalan Pejuang Syariat Islam..... Bang Gogon

Seluruh Fungsionaris Partai Bulan Bintang Provinsi Jawa Barat berduka atas wafatnya 

H. Ahmad Sumargono





Innalillahi wa innailaihi rajiun. Kabar duka bagi umat Islam Indonesia. Salah satu tokoh terbaik umat Islam Indonesia yang concern terhadap perjuangan syariat Islam, H. Ahmad Sumargono, dikabarkan telah meninggal dunia.
Seperti diberitakan, Ketua Umum Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI) itu wafat pada Jumat dini hari, pukul 01.30 WIB di Sukabumi, Jawa Barat. Rencananya jenazah akan disemayamkan di rumah duka, di Komplek Dokter Jalan H. Baping, Ciracas, Jakarta Timur.
Ahmad Sumargono adalah salah satu aktivis Islam yang dikenal dalam barisan pejuang penegak Syariah. Lelaki kelahiran Jakarta, 1 Februari 1943 ini pernah duduk sebagai anggota DPR dari Partai Bulan Bintang (PBB) pada periode 1999-2004.
Sebelum akhirnya menjadi anggota Dewan Pertimbangan PPP, Bang Gogon -panggilan akrabnya- adalah Ketua DPW PBB DKI Jakarta. Selain itu Bang Gogon juga aktif di Forum Umat Islam (FUI), pendiri GPMI (Gerakan Persudaraan Muslim Indonesia).  Kesibukan terakhir Bang Gogon adalah sebagai Direktur Eksekutif Pusat Kajian Strategi Politik dan Pemerintahan (PKSPP).
Dalam dunia dakwah, Bang Gogon dikenal sebagai seorang dai, penceramah dan khatib yang ulung. beliau pernah menjadi pengurus di Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, dan sampai sekarang masih tercatat sebagai salah seorang Tim Pengawas LAZIS Dewan Da’wah Pusat.
“Anda punya otoritas yang bisa digunakan untuk mendukung gerakan da’wah. Gunakanlah itu seoptimal mungkin,’’ demikian pesan Ahmad Sumargono kepada Tim Pengurus LAZIS Da’wah Islamiyah Indonesia di rumahnya,  Kamis, 29 Desember 2011 lalu.
Dari sisi keilmuan, Bang Gogon adalah penyandang gelar doktor ilmu pemerintahan dari Universitas Padjadjaran (Unpad).  Ia dianugerahi Rektor Unpad Prof. Ganjar Kurnia sebagai predikat wisudawan dengan usia paling tua dalam Sidang Terbuka Senat Universitas Padjadjaran Wisuda Gelombang II Tahun Akademik 2008/2009, di Grha Sanusi Hardjadinata, Jl Dipati Ukur 35 Bandung, Selasa (24/2/2009) lalu.
Sebelumnya, kakek dengan 10 cucu ini menempuh strata sarjananya di Universitas Indonesia (UI) pada fakultas ekonomi pada 1963. Belum puas dengan pengetahuan yang dimilikinya, ia melanjutkan S-2 di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Belajar Tak Kenal Usia
Tuntutan sebagai politisi menuntun Ahmad Sumargono, lulusan program S-3 Universitas Padjadjaran (Unpad) dianugerahi Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia sebagai predikat wisudawan dengan usia paling tua dalam Sidang Terbuka Senat Universitas Padjadjaran Wisuda Gelombang II Tahun Akademik 2008/2009, Selasa (24/02) di Grha Sanusi Hardjadinata, Jl. Dipati Ukur 35 Bandung.
Prof. Ganjar secara khusus mengapresiasi ketekunan Ahmad Sumargono yang menyelesaikan program doktor Ilmu Pemerintahan dalam usia 65 tahun 11 bulan. Dalam sambutannya, Prof. Ganjar mengatakan, usia bukanlah faktor pembatas bagi seseorang untuk menempuh pendidikan dan hendaknya ini dapat menjadi contoh.

Selasa, 21 Februari 2012

Berpolitik Bagian Dari Dakwah


Sidang Paripurna (presidenri.go.id)dakwatuna.com - Allah SWT. telah menurunkan Risalah terakhir yang merangkum seluruh risalah nabi-nabi sebelumnya. Risalah yang bersifat “syaamilah mutakaamilah” (komprehensif dan integral). Risalah yang tidak ada satupun dimensi kehidupan kecuali ia mengaturnya secara sistemik baik secara global maupun secara spesifik. Oleh karenanya, Allah SWT berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah:208)
“Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu.” (Al-Maidah:48)
Risalah Islam ini sesungguhnya “Risalah Nabawiyah” yang terakhir yang sengaja diturunkan sebagai “way of life” (cara hidup) bagi seluruh manusia. Oleh karenanya ia bicara tentang seluruh dimensi kehidupan manusia. Baik dimensi aqidah, ibadah maupun dimensi akhlak. Dan yang termasuk dalam tiga dimensi ini adalah masalah ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan. Di sini, tidak boleh ada yang melakukan dikotomi dalam ajaran Islam. Tidak ada yang mengatakan: “Islam Yes, Politik No”, dan tidak ada lagi yang mengatakan: “Dakwah Yes, Politik No”. atau mengatakan: “Yang penting adalah aqidah, yang lain nggak penting.”
Selanjutnya bagaimana kita memiliki pemahaman yang komprehensif ini dan memperjuangkannya dalam kehidupan kita. Yang akhirnya lahirlah pencerahan dan perbaikan dalam dunia ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan yang berimpact kepada kebaikan dan maslahat umat.
Tarbiyah Siyasiyah
Tarbiyah siyasiah yang bermakna pendidikan atau pembinaan politik adalah sangat urgent dipahami oleh setiap muslim. Karena pemahaman politik yang sejatinya, tidak sama dengan pemahaman selama ini dalam ilmu politik secara umum, yaitu berpolitik yang hanya dimaksudkan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi kita berpartisipasi dalam politik untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran ilahiah dan memperjuangkan kepentingan masyarakat. Berkuasa untuk melayani umat, dan memimpin untuk memperbaiki sistem yang tidak berpihak kepada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
Oleh karenanya, seluruh aktivitas yang berkaitan dengan gerakan berpartai dan berpolitik, disebut dengan “Jihad Siyasi” (Perjuangan Politik). Dalam bahasa Imam Hasan Al-Banna, perjuangan ini dikatagorikan dalam marhalah “rukun amal” yang disebut “Ishlahul Hukumah” (Perbaikan Pemerintahan).
Keberhasilan dan kesuksesan berpolitik atau jihad siyasi harus berimpact kepada dimensi kehidupan yang lain. Harus berimpact kepada dunia pendidikan dan dakwah. Yang berujung kepada pencerdasan anak bangsa dan pencetakan generasi rabbani. Harus berimpact kepada dunia ekonomi dan sosial budaya. Yang berakhir kepada pemeliharaan aset-aset negara dan pendayagunaan kepada masyarakat yang lebih luas. Begitu juga mampu memelihara identitas atau jati diri bangsa yang bertumpu pada pondasi spirituil dalam aspek sosial budaya.
Seruan dan anjuran kepada umat Islam untuk kembali ke barak atau ke dunia dakwah saja dengan pemahaman yang sempit, karena alasan bahwa dunia politik adalah dunia “rawan dan beranjau”, dunia yang sarat dengan kebohongan, ketidak jujuran, khianat, gunjing-menggunjing, halal menjadi haram, haram menjadi halal, atau menyetujui demokrasi yang merupakan produk Barat, adalah sebuah seruan kemunduran dalam berdakwah. Bukankah seruan ini seperti orang yang mengatakan dulu: “Islam Yes, Politik No”. Sebuah adigium yang dulu merupakan musuh bersama umat Islam dan da’i yang mengajak kembali manusia kepada Islam secara kaffah atau komprehensif.
Dan bila ada sebagian kader yang tergelincir dan terjerumus dalam permainan sistem yang destruktif negatif, maka tugas umat, organisasi massa Islam atau organisasi politik Islam untuk menyiapkan sarana dan prasarana agar setiap yang terjun ke dunia politik tetap istiqamah dalam menjalankan amanah yang dibebankan kepadanya dan  tetap menjaga integritas diri.
Baina Ad-Dakwah Was Siyasah
Apakah ada pertentangan antara dakwah dan siyasah atau politik?. Jawaban pertanyaan ini akan menyelesaikan kerisauan dan kegamangan kita dalam melakukan kerja-kerja dakwah selanjutnya yang bersinggungan dengan dunia politik dan langkah meraih kemenangan “Jihad Siyasi” dalam perhelatan pemilihan wakil-wakil rakyat dan pemimpin negeri ini.
Ayat di atas dan pengertian Islam yang didefinisikan oleh Imam Hasan Al-Banna di bawah ini adalah dalil yang menunjukkan tentang titik temunya amal da’awi dan amal siyasi dalam bingkai keislaman. Jadi tidak ada samasekali pertentangan antara dunia Dakwah dengan dunia Politik. Coba kita renungkan pernyataan Beliau dalam “Risalatut Ta’lim”:
الإسلامُ نِظَامٌ شَامِلٌ يَتَنَاوَلُ مَظَاهِرَ الحَيَاةِ جَمِيْعًا فهو دَوْلَةٌ وَوَطَنٌ أَوْ حُكَُوْمَةٌ وَأُمَّةٌ، وَهُوَ خُلُقٌ وَقَوَّةٌ أَوْ رَحْمَةٌ وَعَدَالَةٌ، وَهُوَ ثَقَافَةٌ وَقَانُوْنٌ أَوْ عِلْمٌ وَقَضَاءٌ، وَهُوَ مَادَّةٌ وَثَرْوَةٌ أَوْ كَسْبٌ وَغَِنىً، وَهُوَ جِهَادٌ وَدَعْوَةٌ أَوْ جَيْشٌ وَفِكْرَةٌ، كَمَا هُوَ عَقِيْدَةٌ صَادِقَةٌ وَعِباَدَةٌ صَحِيْحَةٌ سَوَاءٌ بِسَوَاءٍ
“Islam adalah nidzam (aturan) komprehensif yang memuat seluruh dimensi kehidupan. Ia adalah daulah dan tanah air atau pemerintahan dan ummat, ia adalah akhlak dan kekuatan atau rahmat dan keadilan. Ia adalah tsaqafah (wawasan) dan qanun (perundang-undangan) atau keilmuan dan peradilan, ia adalah materi dan kesejahteraan atau profesi dan kekayaan. Ia adalah jihad dan dakwah atau militer dan fikrah, sebagaimana ia adalah aqidah yang benar  dan ibadah yang shahih ( benar).”
Dakwah yang bertujuan menyeru manusia untuk kembali kepada nilai-nilai Islam secara komprehensif bisa dilakukan oleh kader di manapun ia berada dan apapun profesinya. Apakah ia seorang ekonom, pengusaha, pendidik, teknokrat, birokrat, petani, buruh,  politikus (aleg) dan eksekutif (menetri) bahkan seorang presiden sekalipun.  Jadi dakwah bukan suatu yang antagonis dengan dunia politik, akan tetapi dunia politik merupakan salah satu lahan dakwah.
Semoga tulisan singkat ini mampu memberi energi baru dan gelora semangat bagi kita umat Islam  untuk menguatkan persatuan dan kesatuan untuk menuju Indonesia yang lebih baik, yang diridhoi Allah swt. menuju “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur.” Allahu Akbar Walillahi alhamdu.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2009/03/2141/berpolitik-bagian-dari-dakwah/#ixzz1n0XvCP8G

Ucapan Selamat Rakorwil 2 dari KAPPU Wil

 KAPPU WILAYAH PARTAI BULAN BINTANG PROVINSI JAWA BARAT
Mengucapkan
Selamat dan sukses Rakorwil 2 DPW Partai Bulan Bintang Provinsi Jawa Barat tanggal 21-24 Pebruari 2012 di Hotel Taman Aer Megamendung Kabupaten Bogor. semoga mampu mengevaluasi diri menuju pemilu 2014.

" Bulan Bintang nyandang amanah Juang Pikeun nanjeurkeun Syariat Islam "

Kappu Wil Partai Bulan Bintang Provinsi Jawa Barat

Ketua                                               Sekretaris

                 Alit Rahmat                                 Ahmad Thohari 

              

Sadarlah, Kita adalah Tokoh Sentral



Ilustrasi (donialsiraj.wordpress.com)
dakwatuna.com - Bagaimana jika seorang Rasulullah mengatakan adalah sahabat yang paling mulia dialah Abu Bakar Asshidiq, Abu Bakar meninggalkan barisan ini di waktu itu, membelot apalagi memerangi Islam? Bagaimana jika sahabat sekuat dan setegas Umar bin Khathab meninggalkan barisan ini di waktu itu, membelot apalagi memerangi Islam? Sehebat seorang Khalid bin Walid dalam berperang, Mushab bin Umair yang memiliki karisma luar biasa, berpenampilan menarik idaman wanita di kala itu, meninggalkan barisan ini, melakukan pembelotan apalagi memerangi Islam? Sahabat secerdas Ali bin Abi Thalib, sekaya Abdurrahman bin Auf, sesantun Utsman Bin Affan, pergi dari barisan ini, meninggalkannya lalu berdiri di barisan lain untuk memerangi Islam? Dengan kekuatan mereka, dengan ucapan mereka, dengan pikiran-pikiran mereka, dengan akhlaq mereka, bukankah menjadi suatu hal yang sangat besar membahayakan umat Islam di kala itu jika mereka memerangi Islam? Mereka bukan itu, mereka adalah orang-orang yang mulia, sangat mulia, Allah dan RasulNya memuji mereka dalam banyak firman Allah dan ucapan RasulNya, hingga tak ada hak bagi orang lain untuk menghina mereka.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasul bersabda, “Janganlah kalian mencaci para sahabatku! Demi yang jiwaku di tangan-Nya, seandainya seorang dari kalian berinfak dengan emas sebesar Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (raupan tangan) salah satu dari mereka, bahkan tidak setengahnya. (HR Muslim).
Lalu bagaimana dengan diri kita? Diri yang Allah berikan kelebihan, Allah hadirkan kapasitas pada diri untuk mengisi amanah-amanah yang telah Allah berikan, diri ini mengalami kefuturan, kekecewaan dengan barisan ini, meninggalkannya bahkan memeranginya. Begitu banyak orang-orang yang sudah mengalami itu, insya Allah kita berlindung kepada Allah untuk dihindarkan dari hal tersebut. Diberi amanah, ada permasalahan sedikit atau banyak dari, tidak tegar, putus asa, hingga merasakan masalah itu hanya diberikan kepada dirinya seorang, hingga merasakan masalahnya saja yang paling berat, ketika diberi amanah tidak ada yang memberikan perhatian, tidak ada yang memberi pujian padahal dirinya telah berusaha dengan baik dan benar melakukannya tapi yang datang hanya kritikan bahkan cacian, lelah tidak mau melanjutkan perjuangannya.
Berdiri sendiri saja tidak mampu, tidak mau, tidak punya tekad, apalagi membangun orang lain. Ingin rasanya diberi perhatian, ingin rasanya dirinya yang diberikan pertolongan, mengeluh kenapa orang lain tidak mengerti diri ini, kenapa “saya memberi kebaikan tapi tidak dibalas dengan kebaikan pula oleh mereka”, kenapa orang lain yang lebih dipuji, kenapa orang lain yang lebih diperhatikan, lebih disebut-sebut. Kecewa, bicara mana ukhuwah yang telah digembor-gemborkan? Mencari pelarian, mencari tempat lain, masuk ke dalam barisan lain, mengatakan “barisan itu hanya kumpulan orang-orang omong kosong, mengaku saudara tapi ada kesulitan tidak mau bantu, ada musibah mereka tidak mau tau, berharap di sini tidak seperti itu”.
Saudaraku, sesungguhnya generasi sahabat punya potensi keadaan yang lebih besar untuk kelelahan, untuk kecewa, untuk membelot, untuk memerangi Islam. Ingatkah kisah ketika kaum Anshar dan Muhajirin memenangkan peperangan Hunain (baca sirah perang Hunain)? Harta rampasan perang Rasulullah berikan semua kepada kaum Muhajirin, kepada Quraisy dan kabilah Arab lainnya, tapi kaum Anshar tidak mendapatkan harta rampasan perang hingga ada yang mengatakan, Muhammad telah lupa ketika berkumpul dengan keluarganya (orang-orang Muhajirin). “Rasulullah bersabda Hai kaum Anshar, masihkah ada pada diri kalian kecenderungan pada dunia, padahal aku telah melunakkan suatu kaum agar mereka masuk Islam. Sedangkan, aku telah percaya keislaman kalian. Tidakkah kalian ridha, ketika orang lain pulang membawa kambing dan unta, sementara kalian pulang bersama Rasulullah?”
Para pendahulu, generasi sahabat pertama. Dirinya dan keluarganya terancam bahkan disiksa oleh musuh-musuh Islam, ditinggalkan dan meninggalkan keluarganya bahkan dimusuhi, perhatikan kisah Saad bin Abi Waqash
“Ibu! Sesungguhnya aku sangat mencintai ibu. Tetapi aku lebih cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah! Seandainya ibu memiliki seribu jiwa, lalu jiwa itu keluar dari tubuh ibu satu per satu (untuk memaksaku keluar dari agamaku) sungguh aku tidak meninggalkan agamaku karenanya.”
Ibu sahabat Saad, memintanya untuk kembali ke agama nenek moyangnya, mengancam dan benar-benar melakukan mogok makan, sangat dilema sekali posisi seperti itu, dan turunnya surat QS Luqman ayat 14-15 (baca Al-Qur’an) karena begitu santun Saad bin Abi Waqash menolak ajakan ibunya untuk keluar dari Islam.
Kisah Summayah syahidah pertama, anak dan suaminya dihadapkan dengan kematiannya. Mereka tetap bersabar.
Sabda Nabi,
“Bersabarlah wahai keluarga Yasir! Bersabarlah! Sesungguhnya balasan kalian adalah surga.”
Bagi kalian yang memiliki peranan sentral wahai para pelaku dakwah, dan memang pasti kalian memiliki peranan sentral, bagaimanapun, di manapun dan kapan pun, bukan hanya karena posisi jabatan, bukan hanya karena tidak ada lagi orang dalam amanah tersebut, tapi memang masing-masing diri para pelaku dakwah adalah tokoh sentral, jangan sampai futurnya diri ini, kecewanya apalagi membelotnya diri ini setidaknya menambah satu masalah bagi para pelaku dakwah lainnya. Jadilah pribadi yang menyelesaikan tidak hanya satu masalah, tapi seribu bahkan lebih. Pesan ini untuk kalian yang masih hidup dengan senantiasa memperbaiki diri, dan saya termasuk dalam kalian. Insya Allah
Di saat kasih sayang manusia tak datang kepada kita, apakah ada satu waktu Allah tak memberi kasih sayangNya?
Di saat kepedulian manusia tak datang kepada kita, apakah ada satu waktu Allah tak peduli kepada kita?
Di saat perhatian manusia tak datang kepada kita, apakah ada satu waktu kita lepas dari perhatianNya?
Di saat manusia lupa kepada kita, apakah ada satu waktu Allah lupa kepada hambaNya?
Di saat ada manusia yang meninggalkan kita, apakah ada satu waktu Allah meninggalkan diri ini?
Di saat manusia berpisah dari kita, apakah ada satu waktu terpisahkan antara Allah dengan hambaNya?
Di saat manusia tak mengetahui apa yang terjadi pada diri kita, apakah ada satu waktu Allah tak tau?
Di saat manusia terbatas bantuannya, apakah ada satu waktu yang membatasi Allah?
Di saat manusia begitu sulit berikan maaf kepada kita, apakah ada satu waktu Allah seperti itu?
Di saat ada waktu pada manusia tentang semua itu, tapi tak ada satu waktu pun bagi Allah akan hal itu.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/18251/sadarlah-kita-adalah-tokoh-sentral/#ixzz1n0MzNXon

Senin, 20 Februari 2012

BERPOLITIK BAGIAN DARI JIHAD


Mungkin ada yang bertanya apa hubungan jihad dengan politik? Tentu ada kaitannya. Sebab makna jihad dalam Islam itu luas. Kalau jihad itu diartikan perang melawan musuh, orang-orang kafir. Berpolitik itu juga bicara siapa teman siapa lawan, siapa sahabat siapa musuh. Apalagi jika berpolitik Islam, siapa yang mendukung tegaknya syari’at Islam itu teman seperjuangan, siapa yang tidak itu lawan yang harus dihadapi. Cuma bedanya dalam politik itu perang pemikiran dan otak, walau tidak mustahil ujungnya “adu jotos” bisa terjadi. Hanya bagi kita yang berpolitik Islam tidak tepat melakukan adu jotos, tapi adu argumentasi dan debat melawan lawan politik. Nah ketika kita berpolitik memperjuangkan tegaknya syariat Islam itu berarti kita berjihad, apalagi harus menghadapi lawan-lawan politik, yang tidak mustahil “main kayu” atau menggunakan fitnah, menyebarkan rumors, melakukan pembusukan dan sebagainya.
Kalau jihad diartikan bersungguh-sungguh, nah berpolitik pun kita harus serius, bukan setengah-setengah, apalagi main-main. Sebagai politisi Islam sadarilah bahwa perjuangan atau berjihad dalam menegakkan syari’at Islam itu harus sungguh-sungguh. Karena ita kita yang menjadi aktifis partai Islamya harus serius, kalau tidak bagaimana kita bisa menang. Bagaimana jihad yang kita lakukan dalam upaya menegakkan syari’at Islam bisa berhasil, untuk mendapatkan kursi saja tidak tercapai, sebagaimana terbukti pada Pemilu 2009 yang lalu. Jadi kesungguhan ini harus menjadi bagian dari berpolitik dalam Partai Bulan Bintang. Tanpa keseriusan kita PBB tidak akan mungkin bisa berhasil mencapai izzul Islam wal Muslimin.
Kalau kita membaca sejarah jihad Rasulullah Saw seakan apa yang dilakukan beliau itu tidak ada kaitannya dengan politik. Apalagi ada yang memahami bahwa politik itu tidak perlu, yang penting da’wah, sebab itulah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Padahal jihad yang dilakukan oleh junjungan kita itu justru di dalamnya terdapat keputusan politik dan strategi politik dalam menghadapi musuh dan lawan-lawannya, baik orang-orang Kafir Quraisy, Kaum Musyrikin, maupun kaum Yahudi, Nasrani pada saat melanggar perjanjian yang telah dibuat bersama dan orang-orang munafiq yang menohok dari belakang menggunting dalam lipatan sesuai dengan wataknya yang disebutkan di dalam Al-Qur’an.
Jihad atau perang melawan musuh waktu itu merupakan keputusan politik Nabi Muhammad saw sebagai kepala pemerintahan di Madinah, karena usaha-udaha perdamaian tidak dapat dilaksanakan. Apalagi ummat Islam pada masa itu diserang dan diperangi oleh mereka, maka tidak ada kata lain harus menghadapinya dengan resoki apapun. Keputusan yang diambil oleh Rasulullah itu tidak dapat tidak disebut sebagai sebuah keputusan politik yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Karena itu keberanian dalam  mengambil keputusan politik harus dilakukan oleh setiap pemimpin Muslim, termasuk pimpinan Partai Bulan Bintan (PBB) apapun akibat yang akan ditimbulkannya. Sebab bagi kita keputusan politik itu pun bagian dari jihad kita, apalagi sebagai pimpinan partai Islam yang memperjuangkan tegaknya syari’at.
Selain adanya keputusan politik, jihad yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan para sahabat-sahabatnya itu juga tidak terlepas dari strategi politik, selain strategi militer. Strategi politiknya dapat dilihat pada saat Nabi Muhammad saw menetapkan siapa yang menjadi komandan dalam jihad melawan orang-orang kafir Quraisy. Selain itu beliau saw juga menempatkan para pengintai atau istilah kita sekarang “mata-mata” yang melakukan aktifitas intelejen untuk mengetahui kekuatan musuh dan keberadaannya sehingga strategi militer dalam menghadapinya bisa diatur dengan baik. Karena itu stratgei politik tidak bisa dipisahkan dengan strategi militer sehingga seorang pemimpin Muslim termasuk pemimpin partai Islam perlu mempelajari strategi militer, khususnya yang berkaitan dengan intelejen. Materi ini perlu diberikan dalam pelatihan-pelatihan dan kaderisasi di PBB, sebab ini termasuk yang juga digunakan oleh partai lain.
Selain beberapa hal di atas kita harus pahami bahwa politik itu merupakan salah satu aspek dalam ajaran Islam yang tidak bisa diabaikan dalam hidup dan kehidupan seorang Muslim. Karena memperjuangkan Islam termasuk menghadapi musuh-musuhnya merupakan bagian dari jihad fisabilillah, maka salah satu aspek yang perlu dipergunakan sebagai alat perjuangannya adalah partai politik. Apalagi bagi kita yang hidup di Indonesia, di Negara yang menganut faham demokrasi, maka tidak bisa tidak kita pun harus berjihad di bidang politik diantaranya melalui partai, khususnya partai Islam. Maka karena itulah sudahs eharusnya kita jadikan perjuangan politik kita melalui PBB ini sebagai bagian dari jihad kita di jalan Allah SWT.
Hanya ada satu hal yang harus mendapat perhatian kita di dalam berjihad sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya, bahwa apa yang mereka lakukan itu tidak terlepas dari ibadah kepada Allah SWT dan mencari keridhoan-Nya, bukan untuk kepentingan lainnya, sehingga perjuangan mereka berhasil dan mendapatkan pertolongan dari-Nya. Karena itulah kita perlu jadikan pegangan sebagaimana Mohammad Natsir, mantan Ketua Umum Partai Masyumi jadikan sebagai moto hidupnya yang menunjukkan bahwa berpolitik itu juga bagian dari jihad kita di jalan Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Ankabut: 69).

RAKORWIL 2 PARTAI BULAN BINTANG PROVINSI JAWA BARAT


Di Megamendung Hotel Taman Aer Kab Bogor
21-23 Pebruari 2012
Evaluasi Perjalanan Partai Bulan Bintang
Provinsi Jawa Barat

Seiring pergantian tahun sudah sepantasnya Jajaran Kepengurusan Partai Bulan Bintang  melakukan evaluasi dan introspeksi akan perjalanan Partai Bulan Bintang sejarahnya selaku sebuah Partai Politik yang akan ikut serta pada pemilihan umum 2014.

Partai Bulan Bintang Provinsi Jawa Barat saat ini  sedang menjalani babak keempat perjalanan sejarahnya.yaitu pemilu 1999, 2004, 2009 dan yang akan kita hadapi adalah Pmilu 2014, seudah sejauh mana komitmen para pengurus, infrastruktur dan program yang lain dalam menghadapi Pemilu 2014.
Dalam rakorwil ini mari kita mengevaluasi diri masih adakah kesiapan untuk menghadapi pemilu 2014 atau kita akan tergerus oleh arus politik yang kita hadapi, Partai Bulan Bintang Jawa Barat kalau berkaca pada pemilu sebelumnya  masih ada harapan untuk bangkit. 420 ribu suara yang tercatat suara provinsi adalah modal bagi bangkitnya sebuah partai dibanding dengan partai yang baru berdiri dan akan mengikuti pemilu 2014. Akan tetapi jika kita para pengurus partai saat ini dalam menjalankan amanah partainya tidak 100%, maka yang akan terjadi adalah kita tidak siapnya menghadapi pemilu 2014. Bagaimana infrastruktur terbentuk kalau kitanya hanya setengah hati.
“Ruh-ruh manusia diciptakan laksana prajurit berbaris, maka mana yang saling kenal di antara satu sama lain akan bersatu. Dan mana yang saling mengingkari di antara satu sama lain akan berpisah.” (HR Muslim)

Rabu, 15 Februari 2012

Membangun Kekuatan Umat Islam (Dari Kajian Islam Komprehensif)


Umat Islam di negeri ini sampai hari  kiamat pun tidak akan pernah menikmati kekayaan alamnya yang melimpah,  selama kekuatan Islam tidak memiliki kedaulatan serta hukum-hukum yang ada dibuat  untuk bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Demikian disampaikan H.MS. Ka’ban pada acara Kajian Islam Komprehensif yang dilaksanakan oleh Dewan Da’wah Jawa Barat & Kota Bandung di Jl. Pungkur 151 Bandung, Sabtu, 11 Februari 2012.
Berbicara pada kajian yang mengusung tema tentang “Disintegrasi Bangsa” tersebut, Ka’ban mengawali bahasannya dengan mengungkap bahwa sekarang ini berbagai kekuatan di luar Islam sedang menghimpun diri sehingga mengakibatkan umat Islam sebagai mayoritas tidak berdaya.
Indonesia yang sering diagung-agungkan sebagai satu-satunya negara kepulauan terbesar di dunia, juga selalu diagung-agungkan karena memiliki penduduk mayoritas muslim serta sebagai negara demokrasi terbesar nomor tiga di dunia. Tetapi dari semua itu timbul pertanyaan, apa yang dinikmati oleh Islam?
Menurut MS. Kaban , umat Islam  tidak bisa menghindar dari unsur-unsur  perubahan-perubahan yang sekarang sedang terjadi dimana-mana, sementara kita ini umat yang memiliki satu nilai atau system yang berbeda dengan mereka.  Sebagai kaum  muslimin, jelas Kaban,  kita memiliki system dan nilai-nilai yang terekam dan disederhanakan dalam dua kalimah syahadat.  “Jadi setiap muslim, dia tidak bisa lepas dari komitmen tauhid, yang menjadi pondamen, yang mengikat seluruh aktivitas kehidupan” jelas Kaban.
Beliau mencontohkan, bagaimana Syahid Kutub,  dengan bukunya “Petunjuk Jalan” mampu mendonkrak hegemoni kejumudan para aktivis muslim, sehingga memiliki prinsip, menghayati dan memahami bahwa sebagai seorang muslim, harus hidup hanya mengabdi  kepada Allah SWT, dimana seluruh aktifitas kehidupannya digerakkan, diarahkan untuk membangun sebuah peradaban-peradaban  tanpa titik tolak dari menghilangkan hegemoni dan ilah-ilah yang mendominasi cara berfikiri manusia di dunia ini.
Terkait  proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, H. M.S. Kaban  memaparkan bahwa  para pendiri bangsa Indonesia sepakat negara ini dibangun berdasarkan kepada ketuhanan, bukan berdasarkan filsafat, bukan berdasarkan etnis, bukan berdasarkan kepada suku, tetapi berdasarkan ketuhanan.
Mengapa bisa sampai pada kesimpulan bahwa Negara ini dibangun berdasarkan ketuhanan, hal ini tidak lain mengingat proses panjang untuk mempersatukan Sabang sampai Merauke memang dilandasi dengan semangat religius.
Oleh karenanya,  negara ini juga harus dibangun dengan spirit ibadah, apalagi dengan kalimat “Dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, yakni syariat Islam yang berhubungan dengan urusan-urusan dan hukum yang mengatur negara,.
Menurut Kaban, negara kita ini, apakah bisa utuh atau tidak, sangat tergantung kepada  sampai sejauh mana negara ini bisa mengadopsi, dan menampung aspirasi, kedulatan rakyat dan sejauh mana masyarakat bisa berdaulat dalam membangun hukum di negara ini, semakin dinafikkan maka akan semakin terjadi resistensi, kita tidak bisa memungkiri sunatullah dalam kehidupan ini. Jelasnya.
Ketua Umum PBB itu juga mengungkap tentang adanya penjajahan pikiran dan perasaan yang sangat negative yang dimiliki umat Islam dewasa ini.
Yang pertama, saat ini kita  sedang dijajah oleh  suatu anggapan bahwa  orang-orang  (luar Islam ) kafir, tidak perlu diusahakan untuk diajak  Islam, dengan alasan dan ungkapan  bahwa  “Ah sudahlah, jumlah umat Islam ini sudah begitu banyak, buat apa mikiran yang lain”
Kemudian yang kedua, kalau orang yang sudah memeluk Islam, maka dibangunlah (oleh musuh-musuh islam, red) sebuah situasi dan kondisi serta diberi godaan agar dia tidak melaksanakan ajaran-ajaran Islam, dan dibuatlah berbagai hal seperti Valentine, dan sebagainya.
Dan yang ketiga,  bagi umat Islam yang telah mengamalkan (ajaran Allah dan Rsul-Nya, red) mulai digoda dan dicitrakan berbagai hal negative tentang Islam.
Siapa yang bermain dibalik semua itu? Menurut Kaban, itu semua ada hubunganya dengan pemegang kedulatan. Untuk itu, kata Kaban, tantangan yang paling besar bagi para pelaku da’wah saat ini adalah bagaimana menterjemahkan firman Allah SWT sehingga Umat Islam bisa memiliki kekuatan dan mampu berdaulat untuk  kembali memperbaiki dan memperbaharui jaman ini
Perlu diketahui, bahwa Kajian Islam Komprehensif  merupakan sebuah kajian yang dilaksanakan oleh Dewan Da’wah provinsi Jawa Barat dan Kota Bandung, dengan menghadirkan narasumber dari berbagai kalangan, dari berbagai parpol Islam, dari berbagai disiplin ilmu, dan lain-lain. Selain digelar secara offline KIK ini juga memiliki sebuah  akun group di Facebook, bagi anda yang belum bergabung dipersilahkan bergabung dalam grup tersebut*** (AS)