Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Kamis, 13 September 2012

Renungan Politik



Oleh: Habib Muhammad Rizieq Syihab, MA
Ini hanya sebuah catatan kecil dari hasil interaksi penulis dengan berbagai kalangan akar rumput masyarakat Jakarta. Bukan analisa mendalam, apalagi kajian ilmiah. Namun bisa menjadi bahan renungan politik cukup menarik.

Sejumlah Lembaga Survey tingkat nasional ternama “disewa” dengan biaya mahal untuk pemenangan Foke dalam Pilkada DKI Jakarta. Lalu laporan para pendekar survey “sewaan” tersebut membuat Foke yakin menang satu putaran. Foke pun tidak turun dalam kampanye terbukanya, cukup diwakilkan dengan cawagubnya. Faktanya, Foke kalah dalam putaran petama, walau masuk putaran kedua. Selanjutnya, para pendekar survey tersebut mengeluarkan sejuta dalih agar tidak disalahkan.
Tugas utama sebuah Lembaga Survey “Bayaran” dalam suatu Pemilu, baik tingkat pusat mau pun daerah, bukan hanya menghitung dan memprediksi hasil pemilu, tapi juga harus mampu membentuk opini positif bagi kepentingan pihak yang membayarnya untuk menang.
Dalam upaya pembentukan opini positif, Lembaga Survey seharusnya mampu memberi masukan dan arahan kepada Tim Sukses kliennya untuk melakukan terobosan-terobosan menarik dan simpatik. Lembaga Survey dan Tim Sukses harus sinergis, karena keduanya merupakan Tim Pemenangan, hanya bedanya yang satu “Tim Gelap” sedang yang lainnya “Tim Terang”. Namun faktanya kampanye Foke di putaran pertama tidak menarik, bahkan sebagian besar iklan kampanyenya di media tidak simpatik.
Tim Survey dan Tim Sukses Foke harus terampil dan cekatan dalam mencegah apa saja yang berpotensi merugikan sang klien di mata publik. Karena itu, semestinya jangan membiarkan sejumlah orang yang “bermasalah” tampil dalam baliho atau iklan atau panggung kampanye Foke. Apalagi orang yang ditengarai terlibat korupsi atau dekadensi moral lainnya. Itu akan jadi “musibah besar” buat Foke.
Tim Survey dan Tim Sukses Foke mesti kreatif dan inovatif dalam mensosialisasikan keunggulan kliennya. Apalagi klien yang diperjuangkan pemenangannya adalah calon incumbent yang selama kepemimpinannya tentu banyak prestasi yang diraihnya, walau pun ada banyak kekurangan yang tidak bisa dipungkiri. Tugas Tim Survey dan Tim Sukses membuka “kelebihan” sang klien, bukan membuka “kekurangan” sang klien.
Tim Survey dan Tim Sukses Foke mestinya mengangkat dan menginformasikan seluas-luasnya berbagai prestasi Foke sejak menjadi Sekda hingga Gubernur DKI Jakarta dalam iklan-iklan kampanye di media cetak mau pun elektronik, walau dalam durasi singkat, tapi dalam frekwensi penayangan sesering mungkin. Karenanya, muncul sejumlah pertanyaan terhadap Tim Survey dan Tim Sukses Foke tentang hal tersebut.
Pertama, kenapa Tim Survey dan Tim Sukses Foke tidak mengangkat dalam bentuk iklan dokumenter singkat tentang peristiwa banjir besar dan parah di Jakarta pada tahun 2006 / 2007? Dimana berkat kerja keras Pemda DKI Jakarta dengan percepatan pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) dan Banjir Kanal Barat (BKB) bisa teratasi, sehingga sampai saat ini tidak pernah terulang lagi peristiwa tersebut, kecuali banjir lokal di beberapa tempat karena BKT dan BKB belum selesai. Setidaknya menginformasikan kepada publik tentang keseriusan Foke mengatasi banjir.
Kedua, kenapa Tim Survey dan Tim Sukses Foke tidak juga mengangkat dalam iklan dokumenter singkat tentang keterlibatan Foke sejak menjabat Sekda hingga Gubernur DKI dalam penutupan sejumlah lokalisasi pelacuran seperti Kramat Tunggak dan Boker serta lainnya? Padahal, ini point penting untuk menunjukkan bahwa Foke punya perhatian serius untuk mengentaskan lokalisasi pelacuran dari Jakarta.
Ketiga, kenapa Tim Survey dan Tim Sukses Foke tidak membuat film dokumenter singkat tentang kepedulian Pemda DKI Jakarta dalam program pemberian jaminan makan bagi jama’ah haji Jakarta selama musim haji mulai beberapa tahun terakhir?
Keempat, kenapa Tim Survey dan Tim Sukses Foke tidak juga membuat iklan dokumenter singkat tentang program Pemda DKI Jakarta terkait sertifikasi guru, bantuan sekolah dan madrasah, bantuan biaya kesehatan, pembangunan masjid, serta kedekatannya dengan para Habaib dan Kyai, dan sebagainya?
Kelima, kenapa pula Tim Survey dan Tim Sukses Foke tidak memproduksi iklan animasi tiga dimensi tentang Jalan Layang, Monorel dan MRT serta lainnya yang memberi gambaran jelas bahwa Foke sedang bekerja keras untuk mengatasi kemacetan ?
Nah, dengan tidak diangkat secara serius masalah-masalah di atas oleh Tim Survey dan Tim Sukses Foke, padahal serangan lawan politik Foke justru berputar dalam permasalahan tersebut, membuat publik “curiga”. Jangan-jangan ada yang “menggunting dalam lipatan” dalam Tim Survey dan Tim Sukses Foke, sehingga tidak serius memenangkan kliennya ?! Akibatnya, Foke selama ini hanya beli mimpi dari mereka dengan harga sangat mahal !  Wallaahu A’lam.
Kini di tengah masyarakat terbentuk stigma bahwa Foke “sombong”, sedang lawannya “tawadhu”, sehingga si sombong dihalang dan si tawadhu digadang. Maka, kini saatnya Foke harus segera mengubur dalam-dalam “kesombongannya” dan menggantinya dengan sikap tawadhu yang tulus dan ikhlas.
Untuk itu, Foke harus berjanji kepada masyarakat untuk membangun pemerintahan yang bersih tanpa korupsi. Foke harus berkomitmen kepada umat untuk gusur ma’siat, bukan gusur rakyat. Foke harus bertekad jadikan Jakarta sebagai Kota Religius sebagaimana cita-cita Fatahillah saat mendirikan Jakarta dengan nama Jayakarta yang artinya “Kemenangan Nyata” yang diambil dari ungkapan Al-Qur’an yaitu “Fathan Mubiinan”. Foke harus lebih memperhatikan nasib Guru dan Buruh, serta terus memperjuangkan kesejahteraan yang pantas dan layak bagi mereka.
Selain itu, Foke masih punya lima utang besar kepada umat Islam Ibukota, yaitu : Pertama, pelarangan Ahmadiyah. Kedua, penarikan saham Pemda DKI dari pabrik Bir. Ketiga, pembersihan wilayah Sentra Ekonomi Mancanegara Tanah Abang dari pelacuran. Keempat, melenyapkan patung Dewa Hindu Bali di pintu gerbang Ibukota Jakarta dari arah Bandara Soekarno-Hatta dan menggantinya dengan tugu Mush-haf Al-Qur’an, karena Jakarta kota umat Islam yang didirikan oleh Fatahillah dan Ulama. Kelima, membangun Masjid Agung Jakarta, karena Istiqlal itu Masjid Agung Negara sedang Masjid Agung Jakarta belum ada hingga kini. Karenanya, Foke harus tancapkan niat dan bulatkan tekad untuk melunasi utang ini demi memenangkan dan memuliakan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Barangsiapa yang memenangkan dan memuliakan Allah SWT dan Rasul-Nya, niscaya Allah SWT pasti akan memenangkan dan memuliakannya. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak memenangkan dan memuliakan Allah SWT dan Rasul-Nya, niscaya Allah SWT pasti tidak akan memenangkan dan memuliakannya.
Semoga catatan ini menjadi perhatian bagi Foke dan Tim Survey serta Tim Suksesnya. Selamat berjuang, semoga menang !

DAFTAR KE KPUD BUKTIKAN PBB PARTAI BESAR



Oleh: Drs. Mursin MK. MSc.
(Ketua MPW PBB Jawa Barat)

        Alhamudlillah, Subhanallah, itulah ucapan yang tepat untuk mengungkapkan rasa syukur, gembira dan bahagia pengurus DPW PBB Jawa Barat, karena DPC-DPC PBB se Jawa Barat secara serentak telah mendaftarkan diri sebagai Peserta Pemilu 2014 pada tanggal 5 September 2012, ke Komite Pemilihan Umum Daerah (KPUD) di daerahnya masing masing.
       Yang cukup menarik adalah, dari kegiatan itu ada DPC PBB yang masuk dalam berita Koran di daerahnya, sekaligus dengan fotonya saat penyerahan berkas ke KPUD, seperti yang terjadi di Cianjur. Bisa jadi yang menarik perhatian wartawan bukan saja karena yang mengantarkan berkas langsung Ketua DPC yang juga anggota DPRD setempat, yang sudah dikenal sebagai wakil rakyat yang vocal, melainkan juga karena rombongan PBB diantar oleh 100 kader sekaligus diiringi Grup Marching Band. Kreatifitas seperti ini menjadi berita menarik yang perlu dicontoh oleh DPC DPC lainnya dalam menggerakkan partai ke depan. Dengan kreatifitas dalam berbagai kegiatan akan menjadi berita gratis bagi wartawan untuk disiarkan ke korannya. DPC PBB lainnya yang juga masuk Koran antara lain Majalengka dan Kota Bogor.
Sebut PBB Partai Besar
       Dari berita ini tentu memberi makna yang besar, antara lain bagi kader dan pimpinan PBB, bahwa kerja keras dan kerja cerdas yang mereka lakukan selama ini tidaklah sia sia. Dengan kenyataan ini juga menunjukkan bahwa kader dan Pimpinan PBB di daerah daerah ternyata tetap masih eksis dan aktif menggerakkan partai dengan cara dan kemampuan masing masing. Salah satu contoh yang dapat diungkapkan di sini adalah, dalam pengumpulan anggota yang memiliki KTA, hampir seluruh DPC PBB se Jawa Barat berhasil mendapatkannya hingga 1000 lebih. Bahkan yang lebih menarik lagi adalah, ada dua DPC PBB yang baru dibentuk, seperti Kabupaten Purwakarta dan Kota Cirebon, dalam waktu singkat dapat mengumpulkannya jumlah anggota sebanyak itu.
       Allahu Akbar. Padahal selama ini, PBB selalu dipandang sebelah mata, apalagi dianggap sebagai partai kecil yang tidak punya wakil di DPR RI, antara lain oleh mass media cetak maupun elektronik, sehingga tidak ada yang tertarik memberitakan keberadaan dan kegiatannya. Namun dengan adanya pendaftaran sebagai peserta pemilu 2014 secara serentak ini ada hal yang unik di Purwakarta, yang dapat dikatakan bahwa PBB partai besar, sebagaimana diceritakan oleh Gunawan Mansyur, Wakil Ketua DPW PBB Jawa Barat yang menjadi caretaker pembentukan pengurus DPC setempat, pada saat mendaftar di KPUD.
      Dikatakannya, berkas PBB diserahkan dengan dijilid, sementara ada DPC partai besar yang memiliki “tanduk”, menyerahkan berkasnya hanya dengan map, jadi siapa yang partai besar. Ada benarnya apa yang dikatakan Nia Kurniasari, Wakil Ketua DPW PBB yang juga Ketua Muslimat, agar kader dan pimpinan PBB tidak lagi menyebut partainya sebagai partai kecil, tapi katakanlah, “PBB Partai Besar”.
      Memang motivasi seperti itu sungguh sangat diperlukan, antara lain dalam rangka menggerakan kader dan pimpinan PBB se Jawa Barat agar tidak pesimis dan patah semangat dalam memperjuangkan PBB mencapai tujuannya, khususnya dalam menghadapi Pemilu 2014. Motivasi juga perlu dilakukan dengan cara mengunjungi kader dan pimpinan DPC langsung oleh Ketua dan Sekretaris DPW PBB. Sebab terbukti seperti yang dilakukan Arif Budiman sebagai Ketua DPW dan Alit Rahmat sebagai wakilnya, DPC Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka dan Tasikmalaya tergerak untuk mampu mengumpulkan KTA dalam waktu singkat dalam jumlah lebih dari 1000 dan berhasil mendaftarkan diri ke KPUD setempat.
Perlu Motivasi Pimpinan
      Kedatangan DPW PBB Jawa Barat ke DPC DPC, terutama DPC yang dinilai kurang berkembang juga sungguh diperlukan, antara lain guna memberikan motivasi dan perhatian, sehingga kader dan pimpinan DPC tersebut bangkit dan bersemangat untuk menggerakkan partai. Hal ini terbukti, seperti yang dialami oleh Asep Deni, yang ditugaskan memberikan motivasi kepada DPC PBB Sukabumi, sehingga ikut mendaftar juga ke KPUD sesuai instruksi DPP. Namun yang disayangkan adalah, ketidak mampuan oknum DPW PBB Jawa Barat yang sudah dibiayai oleh partai dalam melakukan motivasi ke DPC yang dtugaskannya, karena hingga tulisan ini diketik, belum ada khabar, apakah sudah mendaftar ke KPUD atau tidak, antara lain DPC Kabupaten Indramayu dan Kota Depok.
      Kasus ini pun dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita semua sebagai Pengurus DPW PBB yang aktif bahwa dalam perjuangan itu akan dan masih ada saja kendala dan batu ujian, baik yang menyangkut Sumber Daya Manusia (SDM) maupun manajemen. Ke depan SDM dan manajemen partai harus lebih ditingkatkan lagi agar kader dan pemimpin PBB, terlebih mereka yang duduk di DPW PBB memiliki kualitas baik, dan termasuk pengorban yang tinggi, bahwa apa yang dikerjakan dan diperjuangkan itu adalah amanah, bukan saja dari partai, tapi juga dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab perjuangan dalam Partai Islam itu berbeda dengan Partai Sekuler, dan PBB itu partai yang memperjuangkan cita cita: “tegaknya syari’at Islam”. Karena itulah, seluruh kader dan pimpinan PBB, hendaknya selalu berusaha, antara lain meluruskan niat dalam perjuangannya. Jika niat tidak lurus,maka hal itu dapat diketahui dari hasil yang dikerjakan maupun amanah yang diembannya.
      Namun terlepas dari itu, secara keseluruhan apa yang dilakukan DPC-DPC PBB se Jawa Barat yang melakukan pendaftaran sebagai peserta pemilu secara serempak ke KPUD pada tanggal yang sama, telah memberikan kesan yang mendalam, bahwa PBB yang selama ini dipandang oleh partai lain lemah, apalagi ada partai yang menghembuskan bahwa PBB tidak akan bisa ikut Pemilu lagi, terbukti masih tetap solid dan terus bergerak di lapisan bawah. Bahkan hal ini juga membujktikan, bahwa kader dan pimpinan PBB benar benar “tak kenal menyerah” dalam memperjuangkan partainya agar berhasil ikut dan menang dalam Pemilu 2014, walau dalam dua pemilu sebelumnya tidak berhasil meraihnya.
Tetap waspada dalam berjuang
      Hanya saja ada yang perlu tetap diwaspadai adalah, kita tidak perlu cepat berpuas diri dan
bergembira karena sudah berhasil mendaftar ke KPUD, yang menunjukkan kesiapan PBB akan menjadi peserta Pemilu 2014. Kita masih harus tetap berjuang, kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan berkorban yang lebih besar lagi dalam menghadapi tantangan dan rintangan yang akan datang sebelum PBB betul betul lolos menjadi peserta pemilu 2014, apalagi benar benar berhasil meraih suara bukan hanya melebihi PT 3,5%, tapi bisa masuk dalam DPR RI, DPRDJawa Barat dan DPRD di daerah masing masing dengan jumlah yang signifikan. Jika ini yang berhasil diraih PBB, maka kita dapat memperjuangkan cita cita partai dalam pemerintahan pusat dan daerah di waktu yang akan datang. Selain ikhtiar, hendaknya kita tidak lupa berdo’a, bermunajat dan bertawakal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.Ingatlah firman-Nya:
     “Apabila telah selesai mengerjakan sesuatu pekerjaan, maka lanjutkan dengan pekerjaan yang lain (dengan yang lebih baik), dan hanya kepada Tuhan (Allah)lah hendaknya kamu berharap (hasilnya)”. (QS. Alam Nasyrah: 7-8).