Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Selasa, 26 Juli 2011

Awas, Bahaya Vaksinasi Mengancam !


Posted by K@barNet pada 23/07/2011

Faktanya dalam praktik di lapangan, banyak kematian dan cacat pada bayi, anak, bahkan orang dewasa, akibat dari penanaman virus-virus tersebut

Pemberian vaksin dan imunisasi yang selama ini telah berlangsung, seyogyanya perlu diteliti dan dikaji ulang. Efektivitas dari penggunaan vaksin dan imunisasi juga belum terbukti secara masal mampu membuat tubuh kebal terhadap serangan penyakit.
Hal ini diungkapkan dalam pertemuan remaja Masjid Petamburan, Rabu, 20/07/2011, yang juga dihadiri ketua umum Front Pembela Islam (FPI), Habib Muhammad Rizieq Syihab bersama Ibu Hj. Ummu Salamah, Hajjam, SH. Beliau mengatakan bahwa fakta-fakta buruk di lapangan terhadap efek samping pemberian imunisasi maupun vaksinasi perlu segera dicari tahu penyebabnya. Dalam hal ini pemerintah harus mampu menjelaskan secara ilmiah fakta tersebut.
Coba renungkan dengan seksama, jamaah haji, calon pengantin wanita, ibu hamil, bayi dan anak-anak tidak berdosa dan dalam kondisi sehat, harus diberi virus-virus itu dengan maksud agar mereka menjadi kebal terhadap penyakit. Faktanya, dalam praktik di lapangan, banyak kematian dan cacat pada bayi, anak, bahkan orang dewasa, akibat dari penanaman virus-virus tersebut, ungkap penulis buku Imunisasi Dampak, Konspirasi dan Solusi Sehat Ala Rasulullah ini.
Ummu Salamah sendiri pernah mengalami dampak pemberian vaksin tersebut. Menurut pengakuannya, 30 menit setelah dipaksa vaksin meningitis, dirinya mengalami kejang dan kelumpuhan. Hal tersebut juga diperkuat pengakuan beberapa pasien yang mengalami hal serupa.
Masih banyak orang yang mengalami dampak buruk dari pemberian vaksin. Mungkin mereka tidak merasa atau tidak sadar dan enggan mengungkapkan. Dengan fakta tersebut masihkah kita menutup mata dan acuh saja. Harusnya kita mendorong pemerintah untuk melakukan tindakan, imbuh Ketua Pondok Sehat An Nabawiyah Jakarta ini.
Senada dengan Salamah, DR. Tauhid Nur Azhar, dalam salah satu seminar pernah menyatakan, sudah banyak bukti memperlihatkan bahwa vaksinasi pada anak-anak balita yang dilakukan hampir dua belas kali dengan vaksin yang berbeda ketika sistem sedang berkembang, menyebabkan gangguan imun yang kronis.
Dosen Fakultas Kedokteran Unisba ini juga menambahkan, untuk memperkuat sistem imun maka menghindari obat-obatan dan mengurangi konsumsi antibiotik adalah cara terbaik. Tubuh memerlukan bakteri umum untuk mengenal kuman baru.Produk antibakteri hanya membuat bakteri menjadi kebal, imbuh doktor imunologi ini.
Untuk itu Salamah menganjurkan umat muslim kembali mempratikan imunisasi ala Rasulullah dan meninggalkan imunisasi konvensional tersebut. Selain diragukan kehalalannya, vaksinasi juga tidak menyehatkan dan tidak memberi efek positif pada tubuh.
Namun Salamah kurang setuju jika vaksin atau imunisasi diberikan pada tubuh yang sehat. Kalau tubuh kita sudah sehat ya tidak perlu divaksin. Kita tinggal mengaktifkan sistem imun dalam tubuh kita, imbuh praktisi Thibbun Nabawi ini.
Di sisi lain keduanya sepakat bahwa pemerintah harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pemberian dan menyediakan makanan bergizi serta terjangkau, sehingga jika pemenuhan akan kebutuhan gizi dan kualitas makanan terpenuhi, maka masyarakat akan sehat dengan sendirinya. Jika masyarakat sendiri tidak sehat, misalnya gizi yang buruk, maka pemberian vaksin pun akan sia-sia dan tidak berefek menyehatkan.
Ibu Salamah kembali menegaskan, terjadinya banyak penyakit di tengah masyarakat sekarang ini akibat tidak dilaksanakan aturan Allah SWT di dalam kehidupan individu, masyarakat, dan negara. Untuk memperbaiki suatu kondisi yang terjadi di masyarakat ini, tentu kita harus memahami akar permasalahannya.
Islam telah memberikan konsep dan solusi kesehatan pada masyarakat yang berkualitas, dalam tatanan kehidupan yang sudah diatur dan dijamin oleh Allah SWT. Jangan cari solusi dan konsep di luar Islam, ajaknya .
Benarkah Imunisasi Termasuk Agenda Barat?
Dari definisi umum, imunisasi selama ini dikenal sebagai suatu tindakan memberikan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin sehingga bila kelak dia terpapar hanya akan sakit ringan. Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan. Maka imunisasi juga dikenal dengan sebutan vaksinasi.
Pertanyaannya kemudian adalah betulkah defiinisi vaksinasi atau imunisasi selama ini seperti yang sudah diceritakan bahwa ia mampu memberikan kekebalan terhadap tubuh? Atau mungkin imunisasi hanya mitos dari Barat untuk menyehatkan masyarakat dunia?
Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat Vaksinasi, pernah mengatakan bahwa vaksin atau imunisasi bertanggung jawab terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan sistem imun dan syarat, hiperaktif, kelemahan daya ingat, asma, sindrom keletihan kronis, lupus, artritis reumatiod, sklerosis multiple, dan epilepsi. Bahkan AIDS yang tidak pernah dikenal dua dekade lalu, menjadi wabah di seluruh dunia saat ini.
Dalam kasus pholio misalnya, Dr. Bernard Greenberg, dalam sidang kongres AS tahun 1962, mendelegasikan bahwa kasus polio menjadi meningkat secara cepat sejak program vaksin dijalankan. Terjadi peningkatan sebesar 50% pada tahun 1957-1958 dan peningkatan menjadi 80% pada tahun selanjutnya.
Dengan begini kita akan menyambung pada pertanyaan anda selanjutnya tentang apakah imunisasi sendiri berasal dari Barat? Saya ingin menambahkan bahkan kegiatan penciptaan imunisasi yang disokong oleh WHO, berasal dari Rockefeller, sebuah dinasti luhur dalam tradisi Zionisme. Hal ini diperkuat oleh Dr. Leonard Horowitz yang menyatakan:
The UN’s WHO was established by the Rockefeller family’s foundation in 1948 – the year after the same Rockefeller cohort established the CIA. Two years later the Rockefeller Foundation established the U.S. Government’s National Science Foundation, the National Institute of Health (NIH), and earlier, the nation’s Public Health Service (PHS).
Rockefeller memang sangat berpengaruh dalam dunia bisnis. Ia mencakup berbagai lini bisnis apa saja yang bisa dimanfaatkan oleh Yahudi. System ini kemudian yang disebut oleh Ahmad Thompson dalam bukunya Sistem Dajjal (Dajjal The Antichrist dalam edisi aselinya) sebagai sebuah system yang tak lebih menerapkan kebijakan produsen konsumen dimana sebuah praktik kesehatan sebagai ajang untuk mengeruk keungtungan.
Makanya itu kemudian program imunisasi menjadi bagian dan agenda penting WHO dari tahun ke tahun. Penyelenggaraan program imunisasi mengacu pada kesepakatan-kesepakatan internasional untuk pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas sesuai dengan anjuran WHO sebagai upaya global dalam rangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang konon dapat dicegah dengan imunisasi yaitu tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2003, penyelenggaraan program imunisasi di Indonesia telah mengacu kepada kesepakatan The Millennium Development Goals (MDGs), sebuah hasil Deklarasi Milenium yang diadopsi oleh 189 negara dan ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000.
Oleh karena itu, kita seharusnya tidak mudah percaya atas program-program yang diancang-ancang oleh WHO dan telah terbukti tidak mampu menyehatkan masyrakat, dan justru membuat sakit.  Mari kita mulai dari diri kita, keluarga kita, orang-orang yang kita cintai disekeliling kita agar anak kita tidak mudah untuk di imunisasi begitu saja.
Buku Mengupas Tuntas Vaksin, Penting Dimiliki!
Sebuah buku berjudul “IMUNISASI Dampak & Konspirasi Solusi Sehat Ala Rasulullah SAW” yang mengupas tuntas vaksin, imunisasi dari sisi dampak dan konspirasinya. Penulis juga memberikan solusi sehat ala Rasulullah SAW, yang saat ini dikenal dengan istilah Thibun Nabawi. Sangat bermanfaat dan dibutuhkan umat!
Pengalaman Pribadi Penulis
Penulis, Hj. Ummu Salamah, SH., Hajjam, menulis buku berdasarkan beberapa pengalaman pribadi terkait kesehatan. Berikut ceritanya :
Pada tanggal 9 Juni 2008, saya diundang oleh dr Flora Eka Sari, SpP. Di RSPAU Halim Perdana Kusuma, untuk ikut berdiskusi dengan PT Glaxo Smith Kline membicarakan tentang vaksin meningitis. Pada saat itu yang hadir dari pihak PT Glaxo adalah dr Indrajit, dr Carina dan dr Frans. Sedangkan dari pihak Dr Flora adalah Dr Rini dari FORMIT, saya Ummu Salamah SH, Hajjam dan Ibu Siti Fatonah dari Pondok Sehat Nabawiyah. Pembicaraan diawali dengan pertanyaan dari dr Flora “pada kemasan keterangan vaksin meningitis MENCEVAX ACWY ada keterangan “5.3. PRECLINICAL SAFETY DATA, NOT APPLICABLE, apa maksudnya ? Mertua saya Ibu Suistinah, sehari setelah divaksin divaksin meningitis mengalami lumpuh sebelah kanan, tidak bisa bicara normal (pelo) jadi linglung hingga sekarang, bisa jalan sedikit-sedikit tetapi dibantu kursi roda”.  Teryata mertua dari dr.Flora mengalami hal yang sama seperti saya.
Jawaban yang didapat tentang “5.3. PRECLINICAL SAFETY DATA, NOT APPLICABLE, pada kemasan vaksin menginitis MENCEVAX ACWY,” Intinya adalah vaksin meningitis tidak diujicobakan di hewan, kalaupun diujicoba tidak berarti sama hasilnya dengan pada manusia. Dan kondisi ini memang sama pada hampir semua vaksin”. Jadi kesimpulan akhir yang dapat saya ambil, bahwa Imunisasi adalah metode pencegahan penyakit trial and error.
Pendapat Para Dokter
Di back cover buku tersebut, beberapa komentar menarik disampaikan oleh para dokter dan pemerhati sekaligus praktisi Thibun Nabawi.
Dr. Muhammad Ali Toha Assegaf. Anggota IDI dan juga anggota Ikatan Dokter Akupuntur Indonesia menyatakan : “Apa yang disampaikan Ibu Ummu Salamah dalam buku ini adalah kegelisahan seorang penterapi karena sampai hari ini belum ada transparasi dari produsen vaksin, belum ada ketegasan dari pembuat kebijakan dan belum ada respon dari masyarakat kedokteran tentang tiga hal penting : Halalkah vaksin yang ada di negeri ini? Perlukah vaksinasi ? dan Amankah?
Kegelisahan beliau adalah kegelisahan saya sebagai dokter dan kegelisahan jutaan orang yang meyakini sabda Rasul SAW : “Allah tidak menciptakan kesembuhan dari hal yang diharamkan atas kalian”. Juga “Allah tidak menjadikan barang haram sebagai obat bagi umatku” Juga keyakinan mereka yang menjaga hidupnya agar selalu berpegang pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW.”
Dr. Zaidul Akbar. Pemerhati dan Praktisi Thibun Nabawi memberikan komentarnya sebagai berikut : “Sungguh agama ini adalah agama yang sangat sempurna, dalam bidang apapun tiada keraguan lagi di sana, termasuk dalam hal pengobatan. Rasulullah merupakan manusia paripurna yang juga mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan penyakit, langsung ataupun tidak langsung. Pada masa sekarang ada hal penting yang belum terlalu diperhatikan dalam pengobatan yaitu unsure halal dan haram dalam pengobatan dan juga termasuk di sini imunisasi. Salah satu hal yang belum terpecahkan di sini adalah aspek kehalalan yang masih patut dipertanyakan, karena agama Islam sangat memegang teguh prinsip halal haram ini. Karena bisa jadi do’a atau ibadah yang dilakukan bisa tidak diterima Allah SWT. Adanya semangat dari penulis untuk memaparkan hal apa saja di balik imunisasi adalah suatu proses pembelajaran bagi umat Islam untuk bersikap kritis dalam hal kehalalan di bidang pengobatan masa kini. Wallahu’alam.”[berbagai sumber]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar