Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Kamis, 27 Juni 2013

Parpol Perebutkan Swing Voters Untuk Pemilu 2014

JAKARTA, (PRLM).-Partai Politik diperkirakan akan memanfaatkan tingginya suara masyarakat yang belum menentukan pilihan (swing voters) untuk dijadikan dukungan pada Pemilu 2014. Pasalnya, suara swing voters sangat menentukkan kemenangan parpol dalam setiap pemilu.
Berdasarkan hasil survei pra-Pemilu 2014 oleh pusat penelitian politik (P2P) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dilakukan pada 10 hingga 31 Mei 2013 terungkap bahwa setidaknya ada 31 persen masyarakat pemilih masih memungkinkan merubah suaranya dan hanya 34 persen yang sudah mantap akan pilihan parpolnya. Artinya, siapa yang mampu merangkul swing voters maka akan memenangkan Pemilu 2014.
"Menanggapi Swing Voters yang besar di Indonesia itu ibaratkan seseorang dengan mudah mengganti baju. Itulah problem politik kita dimana parpol belum bisa meyakinkan masyarakat untuk memilihnya," ucap Peneliti Politik LIPI Wawan Ichwanuddin di Jakarta, Kamis (27/6/2013).
Wawan menambahkan, swing voters di Indonesia pun terjadi karena masyarakat merasa tidak memiliki kedekatan dengan partai politik. Dari hasil survei LIPI menunjukkan bahwa 58,8 persen masyarakat merasa tidak dengan dengan parpol.
Bahkan, yang lebih mengejutkan adalah dari 12 parpol politik peserta Pemilu 2014 tak ada satupun parpol ada yang merasa dekat dengan masyarakat hingga diatas 20 persen. PDIP yang memang dikenal mengedepankan kaderisasi, kata dia, menempati urutan pertama dengan 10,2 persen.
Disusul Partai Golkar 8,4 persen, Partai Demokrat 4,8 persen, Partai Gerindra 4,2 persen. Dan tiga terbawah ditempati Partai Amanat Nasional (PAN) dengan 0,9 persen, Partai Bulan Bintang (PBB) dengan 0,5 persen, serta Partai Keadillan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dengan 0,2 persen.
"PDIP dan Partai Golkar berada pada peringkat teratas perolehan suara jika pemilu diselenggarakan saat survei dilaksanakan. PDIP akan mendapatkan pemilih mencapai 14,9 persen, Golkar 14,5 persen, Demokrat 11,1 persen, Gerindra 7,4 persen, PKB dengan 5,6 persen, PPP dengan 2,9 persen, PKS dengan 2,6 persen, PAN dengan 2,5 persen, Nasdem dengan 2,2 persen, Hanura dengan 1,9 persen, PBB dengan 0,6 persen, dan PKPI dengan 0,3 persen," ucapnya.
Menurut dia, modal utama PDIP untuk mendapatkan suara karena pemilihnya yang relatif setia, begitu juga dengan Partao Gerindra. "Lebih dari 60 persen responden mengaku memilih PDIP atau Gerindra pada Pemilu 2009 kembali akan memilih partai yang sama.
Namun, kata dia, dalam jangka waktu satu tahun yang tersisa pergeseran suara pemilih masih sangat mungkin terjadi, terutama jika melihat besarnya kemungkinan pemilih mengganti pilihan partainya.
Pengamat Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk mengatakan, terjadinya swing voters disebabkan oleh banyaknya parpol yang harus dipilih masyarakat. Akibatnya, masyarakat menjadi apatis dengan Pemilu ini.
"Kita gagal untuk membuat pemilih itu nyaman. Artinya, sistem multi partai secara psikologis membuat masyarakat pusing," ujarnya.
Untuk itu, dia pun menyarankan agar kedepannya jumlah parpol diciutkan. Pengurangan parpol, kata dia, bukan berarti mengabaikan aspirasi masyakat untuk berdemokrasi.
"Kedepan partai tidak perlu banyak. Cukup lima parpol saja. Parpol yang sedikit bukan berarti mengabaikan demokrasi," tuturnya. (A-194/A-89)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar