Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Selasa, 22 Februari 2011


Ketika ‘Wasit’ Hijrah Jadi ‘Pemain’

Posted by K@barNet pada 23/06/2010
Jakarta - Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Andi Nurpati membuat keputusan mengejutkan. Saat masih menjabat, Andi memilih untuk hijrah menjadi politisi di partai pemenang Pemilu 2009, Partai Demokrat (PD). Keputusan Andi ini menuai prasangka.
Berbagai tuntutan agar Andi mundur datang dari berbagai penjuru. Mulai dari anggota DPR, elit partai hingga menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II.
“Ya harus mundur kalau dia pilih di situ (Demokrat) kan, supaya jadi wasit yang adil,” kata Mendagri Gamawan Fauzi di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (21/6/2010) lalu.
Secara logika, menurut Gamawan, seorang anggota KPU tidak boleh berpolitik praktis. Karena bisa mengurangi netralitas lembaga penyelenggara pemilihan umum itu.
“Logikanya, wasit tidak boleh ikut di partai,” tambah Gamawan.
PDI Perjuangan bersuara lantang atas pilihan Andi Nurpati. Wajar saja partai banteng moncong putih ini curiga. Sebab, entah disengaja atau tidak, dua kali anggota KPU telah hijrah ke partai besutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut. Sebelumnya, Anas Urbaningrum bergabung dengan PD setelah sukses menyelenggarakan Pemilu 2004.
“Jelas dalam perundangan, KPU itu harus netral. Artiannya bukan hanya lembaganya, tapi juga orang-orangnya. Itu menjadi suatu hal yang harus dipertanyakan,” kata Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di sela-sela acara gerak jalan memperingati Bulan Bung Karno, di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (20/6/2010) lalu.
Fenomena masuknya anggota KPU ke partai politik usai pemilu pun memicu adanya usulan suatu aturan yang melarang anggota KPU menjadi pengurus parpol sampai pemilu berikutnya terselenggara. Usulan ini disampaikan oleh Direktur Reform Institute Yudi Latif. Menurut dia, paling tidak ada klausul yang menyebutkan tidak boleh jadi pengurus partai hingga pemilu berikutnya.
Sementara Partai Demokrat menganggap tidak ada yang salah dengan pilihannya ‘meminang’ Andi Nurpati. Menurut Ketua Umum PD, Anas Urbaningrum, sudah pasti Andi Nurpati akan mundur dari KPU. Anas menampik keras tudingan jika dipilihnya Andi sebagai balas jasa atas kemenangan Demokrat dan SBY dalam Pemilu 2009.
“No. Tidak sama sekali,” elak Anas usai menggelar silaturrahmi dengan pengurus baru Partai Demokrat di Hotel Gran Sahid Sabtu lalu.
Menyikapi polemik ini, Andi Nurpati membela diri. Menurutnya, apa salahnya jika dia melakukan hal-hal baru dalam hidupnya, termasuk pilihannya untuk terjun di dunia politik. Bahkan, dia mengungkapkan, selain Demokrat, ada juga partai besar yang yang juga meminang Andi. Namun waktu itu tawaran tersebut dia tolak.
“Kalau diberhentikan 2011 (dari KPU) kan tinggal sekian bulan. Jadi why not saya kemudian menentukan pilihan posisi saya ketika ada sesuatu yang saya pikirkan,” Andi membela diri.
Menurut wanita berjilbab ini, apa yang dia pilih saat ini adalah normal dan wajar. Sehingga tak perlu diperdebatkan berkepanjangan.
“Apa yang saya lakukan masih normal, wajar saja. Saya mungkin sudah tepat dalam menentukan hidup saya,” tutup Andi. [detikNews]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar