Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Rabu, 26 Januari 2011

MAKNA PARTAI POLITIK ISLAM BAGI UMMAT ISLAM

Oleh : Alit Rahmat

Politik dalam bahasa arab dikenal dengan istilah siyasah, oleh sebab itu, di dalam buku-buku para ulama salafus shalih dikenal istilah siyasah syar’iyyah, misalnya. Dalam kamus bahasa arab siyasah berakar kata sasa-yasusu, dlam kalimat sasa-yasusu siyasatan berarti qama’alaiha wa radlaha wa addabaha ( mengurusinya, melatihnya dan mendidiknya) bila dikatakan sasa al-amra artinya dabbarahu ( mengurusi/ mengatur perkara).
Jadi asal makna siyasah (politik) tersebut diterapkan pada pengurusan dan pelatihan urusan-urusan manusia. Dalam realitas bahasa arab dikatakan bahwa ulul amri mengurusi (yasusu) rakyatnya saat mengurusi urusan rakyat., mengaturnya dan menjaganya.
Dengan demikian Politik merupakan pemeliharaan (ri’ayah), perbaikan (islah), pelurusan (taqwim), pemberian arah petunjuk (irsyad), dan pengadaban (ta’dib). Rasulullah Saw menggunakan kata politik (siyasah) dalam sabdanya :

“ Adalah Bani Israil, mereka diurusi urusannya oleh para nabi ( tasusuhumul anbiaya). Ketika seorang nabi Wafat, nabi yang lain datang menggantinya, tidak ada nabi setelahku, namun akan ada banyak para khalifah.” ( HR Muslim)

Politik (siyasah) itu makna awalnya adalah mengurus urusan masyarakat. Berkecimpung dalam politik  berarti memperhatikan kondisi kaum ,muslimin dengan cara menghilangkan kedhaliman penguasa pada kaum muslimin dan melenyapkan kejahatan musuh kafir dari mereka. Untuk itu perlu mengetahui apa yang dilakukan penguasa dalam rangka mengurusi urusan kaum muslimin, mengingkari keburukannya, menasehati pemimpin yang mendurhakai rakyatnya, serta memeranginya pada saat terjadi kekufuran yang nyata (kufran bawahan). Seperti ditegaskan dalam banyak hadits, Ini adalah perintah Allah SWT melalui Rasulullah SAW berkaitan dengan persoalan ini rasulullah SAW bersabda :

“ Siapa saja yang bangun pagi dengan gapainya bukan Allah maka ia bukanlah (hamba) Allah, dan siapa saja yang bangun pagi namun tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka ia bukan dari golongan mereka ( HR. Bukhari).

“ Penghulu para syuhada adalah Hamzah dan orang yang berdiri dihadapan penguasa durhaka, lantas ia menasihatinya dan iapun dibunuhnya “ ( HR. Ahmad)

Pada saat ini realitas politik menjadi pudar saat terjadi kebiasaan umum masyarakat  dewasa ini baik perkataan maupun perbuatannya menyompang dari kebenaran Islam yang dilakukan oleh mereka yang beraqidahkan sekulerisme, baik dari kalangan non muslim atau dari kalangan umat Islam . Jadilah politik disifati dengan kedustaan, tipu daya dan penyesatan yang dilakukan para politisi maupun penguasa. Penyelewengan para politisi dari kebenaran Islam, kedhaliman mereka kepada masyarakat, sikap dan tindakan semberono mereka dalam mengurusi masyarakat memalingkan makna lurus politik tadi. Bahkan, dengan pandangan seperti itu jadilah penguasa memusuhi rakyatnya bukan sebagai pemerintahan yang shalih dan berbuat baik. Hal ini memicu propaganda kaum sekularis bahwa politik itu harus dijauhkan dari agama(islam). Sebab, orang yang paham akan agama itu takut kepada Allah SWT sehingga tidak cocok berkecimpung  dalam politik yang merupakan dusta, kedhaliman, penghianatan, dan tipu daya. Cara pandang demikian, sadar atau tidak mempengaruhi  sebagian kaum muslimin yang juga sebenarnya ikhlas dalam memperjuangkan islam. Padahal propaganda tadi merupakan kebenaran yang digunakan untuk kebathilan. Benar dikarenakan seorang muslim mutlak harus menjadi muslim yang melaksanakan Islam secara sempurna dan menyeluruh, jauh dari segala perkara yang bertentangan dengan hukum-hukumnya baik di dalam urusan pribadinya maupun dalam interaksi –interaksi umum dengan sesama manusia. Setiap muslim sungguh tidak diperbolehkan Islam melakukan kedustaan, kedhaliman, pengkhianatan, menipu rakyat, dan menyerukan aqidah dan syariat bukan islam seperti yang dilakukan kalangan sekularis. Tetapi juga Bathil dikarenakan propaganda tersebut melarang muslim yang terikat dengan hukum syara dan paham akan agamanya mengambil peran dalam memperbaiki masyarakat dengan dasar hukum-hukum Islam.

Padahal, seperti disebut dalam hadits-hadits terdahulu, hal ini merupakan kewajiban setiap muslim. Begitu pula propaganda itu digunakan untuk menutup-nutupi kesesatan dan penyesatan mereka dari mata masyarakat umum. Karenanya, kewajiban orang yang sekarang masih menyerukan penjauhan Islam dari persoalan politik dengan bersandar pada argumentasi tadi, semestinya adalah menyerukan  bila mereka benar-benar jujur-pelurusan-penyelewengan dalam persoalan serta makna politik dan memperbaiki kebengkokan yang ditempuh para politisi dewasa ini. Selain itu , harus pula politik dikembalikan pada aturan-aturan Islam hingga politik kembali kepada makna yang mulia, mengatur, memperbaiki, mengurusi, dan memberi petunjuk. Dengan demikian , muslim yang berkecimpung dalam politik berarti muslim tersebut harus mengatur , memperbaiki dan mengurusi urusan masyarakat dengan hukum-hukum Islam, dan memberi petunjuk   Islam kepada masyarakat. Dalam pernyataan lain, Politiknya seorang muslim adalah menerapkan dan menegakkan ajaran Islam dalam segala aspeknya itu sendiri. Bila tidak demikian dan tetap menjauhkan Islam dari politik berarti ; Pertama : Mereka telah menyimpang dari perintah Allah SWT untuk mengurusi dan memperhatikan urusan kaum muslimin ; Kedua : melegalisasi bahwa politik itu seperti apa yang digambarkan ideologi kapitalisme dan sosialisme padahal politik demikian adalah politik yang bertentangan dengan politik Islam seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW . ketiga ; Melarang sesuatu yang merupakan perintah Allah SWT dan rasulullah Nya. Jadi sikap yang diambil bukannya Islam diasingkan dari politik atau politik tidak diatur oleh ajaran Islam melainkan justru islamlah yang harus digunakan untuk mengatur dan memelihara urusan masyarakat. Islamlah satu-satunya  sumber politik seorang muslim. Politik atas dasar ajaran Islam adalah mengimplementasikan seluruh hukum-hukum Islam dalam setiap aspek kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar