Jakarta (SI ONLINE) - Gagasan-gagasan Hak Asasi Manusia (HAM) adalah produk asli yang dikeluarkan oleh peradaban Barat. HAM terlahir dari sejarah gelap Eropa di masa pertengahan yang kemudian melahirkan sekulerisme. Dari sekulerisme inilah ide-ide HAM yang diadopsi saat ini berpijak.
"Jadi HAM itu produk peradaban Barat", kata Komisioner Komnas HAM Saharuddin Daming saat menjadi pembicara dalam Coffee Morning di Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII), Jl Daksa V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu pagi (8/2/2012).
Munculnya HAM, kata Daming, merupakan pengalaman gelap Barat yang diawali dengan munculnya sekulerisasi. Sedangkan sekulerisasi sendiri awalnya hanyalah dalam sektor politik. Dalam perkembangannya, sekulerisasi merambah ke semua aspek. Akhirnya peran agama terus terpinggirkan.
"Karena sekuler, semua agama harus dikalahkan", kata Daming sambil mengutip perkataan Francis Bacon yang beraliran rasionalisme empirisme.
Sayangnya, sekulerisme yang berakar dari peradaban Barat karena kaum ilmuwan melakukan pengkritisan terhadap ajaran Bibel, itu kemudian diadopsi ke tengah-tengah umat Islam. Ujungnya, kata Daming, sarjana-sarjana Islam menjadi liberal dan ikut-ikutan mengkritisi Al-Qur'an. "Kemudian muncullah aliran Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme (Sepilis) di masyarakat Islam", kata Daming.
Sepilis inilah yang disebut Daming sebagai penyakit yang sekarang menyerang umat Islam. "Dulu di Muhammadiyah saya diajari bahwa umat Islam diserang penyakit TBC. Tahayul, Bid'ah dan Churafat. Sekarang penyakit umat Islam itu adalah Sepilis", ungkap doktor Universitas Hasanuddin Makasar itu.
Meskipun Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa keharaman paham Sepilis, lanjut Daming, tetapi para aktivis Sepilis terus mengakampanyekan konsep mereka termasuk di tubuh Komnas HAM. "Saya hampir tak berdaya menghadapi mereka yang bergerak dengan rapi", aku Daming.
Saharuddin Daming menjadi pembicara tunggal dalam Coffee Morning yang digelar KB PII. Ia mengaku berbicara dalam kapasitasnya sebagai pribadi, tidak mewakili lembaga.
Dalam diskusi yang berjudul "Mewaspadai Pendangkalan Akidah Melalui Isu-isu HAM" itu hadir Ketua Umum KB PII Sutrisno Bachir, Wakil Ketua KB PII Muchdi Pr, mantan anggota DPR Muttamimul Ula, Ketua LPPD Khairu Ummah Ahmad Yani, Ketua FORSAP Nurdiati Akma, dan sederatan alumni PII lainnya.
"Jadi HAM itu produk peradaban Barat", kata Komisioner Komnas HAM Saharuddin Daming saat menjadi pembicara dalam Coffee Morning di Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII), Jl Daksa V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu pagi (8/2/2012).
Munculnya HAM, kata Daming, merupakan pengalaman gelap Barat yang diawali dengan munculnya sekulerisasi. Sedangkan sekulerisasi sendiri awalnya hanyalah dalam sektor politik. Dalam perkembangannya, sekulerisasi merambah ke semua aspek. Akhirnya peran agama terus terpinggirkan.
"Karena sekuler, semua agama harus dikalahkan", kata Daming sambil mengutip perkataan Francis Bacon yang beraliran rasionalisme empirisme.
Sayangnya, sekulerisme yang berakar dari peradaban Barat karena kaum ilmuwan melakukan pengkritisan terhadap ajaran Bibel, itu kemudian diadopsi ke tengah-tengah umat Islam. Ujungnya, kata Daming, sarjana-sarjana Islam menjadi liberal dan ikut-ikutan mengkritisi Al-Qur'an. "Kemudian muncullah aliran Sekularisme, Pluralisme, dan Liberalisme (Sepilis) di masyarakat Islam", kata Daming.
Sepilis inilah yang disebut Daming sebagai penyakit yang sekarang menyerang umat Islam. "Dulu di Muhammadiyah saya diajari bahwa umat Islam diserang penyakit TBC. Tahayul, Bid'ah dan Churafat. Sekarang penyakit umat Islam itu adalah Sepilis", ungkap doktor Universitas Hasanuddin Makasar itu.
Meskipun Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa keharaman paham Sepilis, lanjut Daming, tetapi para aktivis Sepilis terus mengakampanyekan konsep mereka termasuk di tubuh Komnas HAM. "Saya hampir tak berdaya menghadapi mereka yang bergerak dengan rapi", aku Daming.
Saharuddin Daming menjadi pembicara tunggal dalam Coffee Morning yang digelar KB PII. Ia mengaku berbicara dalam kapasitasnya sebagai pribadi, tidak mewakili lembaga.
Dalam diskusi yang berjudul "Mewaspadai Pendangkalan Akidah Melalui Isu-isu HAM" itu hadir Ketua Umum KB PII Sutrisno Bachir, Wakil Ketua KB PII Muchdi Pr, mantan anggota DPR Muttamimul Ula, Ketua LPPD Khairu Ummah Ahmad Yani, Ketua FORSAP Nurdiati Akma, dan sederatan alumni PII lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar