Sewaktu Menteri Perdagangannya Mari Elka Pangestu, ia membuat kebijakan yang membuka kran import lebar-lebar. Indonesia dibanjiri barang-barang import terutama dari Cina. Semua industri lokal mati.
Banyak kalangan pengusaha menengah yang bangkrut dan gulung tikar. Produk barang Cina sangat murah. Barang buatan dalam negeri tidak lagi dapat bersaing dengan barang import.
Bukan hanya barang-barang manufactur yang gulung tikar, tetapi yang lebih terpukul para petani Indonesia. Mari Elka Pangestu, yang pernah menjadi Direktur CSIS, di zaman Soeharto - CSIS menjadi "dapur pemikir" (think-than) Orde Baru, dipimpin oleh Mayor Jenderal Ali Moertopo, menghancurkan dan melumatkan para petani Indonesia. Tanpa belas kasihan.
Akibat kebijakan Mari Elka Pangestu itu, hasil pertanian dan buah-buhan di Indonesia, habis tak dapat lagi bersaing menghadapi serbuan produk pertanian dan buah-buahan dari luar negeri.
Bayangkan petani kentang di Dieng satu kali panen, mereka harus rugi Rp 567 miliar. Luar biasa. Benar-benar hancur petani di Dieng. Ini akibat dari kebijakan dibukanya kran import pemerintah produk pertanian dan buah-buahan.
Para petani di Dieng tak sanggup lagi hidup dengan kentang mereka. Selama ini kentang mereka dijual dengan harga Rp 8.000 rupiah/'perkilogram. Sedangkan kentang import yang masuk ke Indonesia harganya hanya Rp2.000 - 2.500 rupiah. Akibatnya kentang dari petani Dieng tidak laku. Menumpuk menjadi busuk.
Mari Elka Pangestu, bukan hanya membuat petani Dieng menderita, tetapi para pengusaha dibidang kerajinan yang bahan bakunya dari rotan, ikut mati. Berapa banyak pengrajin rotan, seperti di Cirebon, Kuningan, Demak, dan Jepara serta daerah lainnya, yang bangkrut. Mengapa?
Karena Mari Pangestu, membuat kebijakan yang mengizinkan eksport rotan mentah. Sehingga, pengrajin mebel dan kursi yang terbuat dari rotan, kekurangan bahan baku rotan. Jenis rotan yang baik, semuanya di eksport ke luar negeri. Para pengrajin rotan bangkrut. Kekurangan bahan baku.
Ketika Mari Pangestu digantikan Gita Wirawan yang menjadi menteri perdagangan, kemudian melarang rotan mentah dieksport. Akibatnya, rotan menumpuk dan busuk. Sehingga, para pengusaha rotan, banyak yang bangkrut. Sekarang para pengrajin rotan dan pengusaha rotan, keduanya bangkrut.
Ini baru satu sektor perdagangan yang sudah mempunyai dampak yang sangat luas bagi kehidupan rakyat. Terutama kalangan menengah kebawah. Termasuk petani.
Jepang negara yang sudah sangat maju, tetap melindungi (memproteksi) petaninya. Jepang mengenakan beaya masuk yang tinggi terhadap produk pertanian asing. Bahkan, Jepang melarang masuk produk-produk pertanian asing. Pemerintah Jepang membeli beras rakyat, jika terjadi over produksi. Jepang walaupun ikut menandantangani perjanjian WTO (Perdagangan Bebas), tetap melindungi para petani, dan produk dalam negerinya.
Bulan Mei nanti, pemerintah akan mengalihkan pengguna BBM, yang selama ini menggunakan premium harus menggunakan pretamax. Ini artinya pemerintah akan menaikkan harga BBM dengan cara lain. Pemerintah akan memangkas habis subsidi BBM yang besarnya Rp 170 triliun.
Dapat diprediksi dampak ikutan dari kebijakan kenaikan BBM itu. Pasti akan terjadi multi efek, terutama terhadap harga-harga barang dan kebutuhan pokok. Lalu, bagaimana nasib rakyat menengah dan kecil, sehari-hari? Kenaikan BBM 10-15 persen, pasti akan diikuti dengan kenaikan harga barang-barang dan kebutuhan pokok rakyat yang lebih dari 20 persen. Sementara itu, tingkat penghasilan tidak berubah.
Ada rencana pemerintah akan menaikkan gaji pegawai negeri sipil dan militer. Rata-rata 10 persen. Berapa biaya yang harus dikeluarkan pemerintah dengan kenaikan gaji pegawai negeri itu? RAPBN tahun 2012 ini, sudah 80 persen, yang digunakan untuk rutin (menggaji pegawai), sisanya hanya 20 persen yang digunakan pembangunan. RAPBN Indonsia Rp 1700 triliun, dan 80 persen digunakan menggaji pegawai negeri.
Kenaikan BBM dan gaji pegawai negeri sipil dan militer yang akan segera direalisasikan oleh pemerintah itu, pasti akan mempunyai dampak meningkatnya inflasi. Hal ini akan semakin menambah suramnya kehidupan rakyat dan bangsa ini. Pemerintah tidak memiliki cara-cara selain, mengurangi subsidi BBM, dan meningkatkan pendapat para pegawai dengan meningkatkan gaji mereka.
Dibagian lain. Di sektor jasa angkutan kereta api. PT KAI rencananya akan menghapus kereta KRL ekonomi, yang biasanya hanya dengan harga karcis Rp 1.500 rupiah. Itupun banyak yang tidak mampu membayar, dan mereka naik diatas atap kereta. Tanpa mempedulikan bahaya kecelakaan. Seluruh jenis KRL ekonomi rencananya dihapus, dan digantikan dengan Komuter, yang tarifnya Rp 7.000 rupiah.
Selama ini banyak pegawai yang rata-rata gajinya sebulan Rp 2 juta rupiah memilih KRL ekonomi, dan berdesak-desakan, terkadang sampai terasa sulit bernafas di dalam kereta. Mereka yang miskin atau gajinya pas-pasan memilih menggunakan KRL ekonomi, tetapi PT KAI rencananya akan menghapus. Sehingga, tidak lagi menyisakan bagi kalangan miskin, yang ingin pergi ke pusat kota Jakarta.
Sementara itu, negara semakin ringkih digerogoti korupsi yang dilakukan para birokrat dan pejabat negara. Sejak era reformasi ini, perbuatan korupsi tidak menyusut, tetapi grafiknya terus meningkat dengan drastis.
Indek korupsi di Indonesia secara internasional tidak berubah, dan justru meningkat. Ini berdasarkan penilaian dari transparansi internasional. Dibagian lain, indek kualitas hidup manusia, bertambah menurun. Sedih.
Rakyat terus menuntut keadilan dan hak-hak mereka. Mereka ingin mempertahankan hak-hak mereka, terutama yang menyangkut tanah wulayat. Sehingga, di daerah-daerah terjadi konflik, dan kerusuhan. Tetapi, pemerintah mensikapi dengan cara-cara repressif, menggunakan cara kekerasan. Berapa rakyat yang sudah mati? Akibat ingin mempertahankan tanah milik mereka.
Hukum ibarat pisau, tajam ke bawah dan tumpul keatas. Hukum hanya berlaku bagi rakyat kecil. Kisah di Palu, di mana AAL yang dituduh mencuri sandal seorang anggota polisi, harus dihukum. Sementara itu para koruptor hidup dengan sangat manja dan nikmat. Mereka di vonis ringan. Mereka masih mendapat remisi. Mereka para koruptor benar-benar hidup di surga Indonesia. Karena Indonesia sudah terjerat dalam jebakan korupsi yang sistemik. Banyak pula koruptor yang di vonis bebas.
Rakyat tidak lagi memiliki tempat mengadu dan melindungi mereka. Tidak negara, tidak pemerintah, dan tidak juga wakil rakyat.
Ketika terjadi kekerasan di Timika, Mesuji, dan Sape, rakyat yang dizalimi polisi, tidak ada satupun yang berbicara dan membela rakyat, terutama mereka yang menjadi wakil rakyat. Para anggota DPR tidak ada yang dengan sungguh-sungguh membela rakyat. Memang DPR sudah menjadi alat polisi. Mereka bukan wakil rakyat.
Di tengah-tengah kondisi rakyat dan bangsa yang semakin terpuruk, para pemimpin partai politik, tidak lagi mereka memperhatikan nasib rakyat. Tetapi, mereka sudah benar-benar dirasuki oleh "iblis" kekuasaan.
Karena itu, walaupun pemilihan presiden baru akan berlangsung tahun 2014, sekarang para pemimpin partai sudah sibuk, dan kebelet dengan jabatan presiden.
Para pemimpin partai sibuk dengan berbagai pernyataan mereka tentang siapa bakal dicalonkan menjadi calon presiden. Suara para pemimpin partai politik sangat nyaring tentang calon presiden. Mereka tidak lagi memikirkan nasib rakyat dan kondisi rakyat, yang terus menerus ditimpa kesulitan hidup. Termasuk akhir-akhir ini sering terjadinya bencana alam yang menimpa mereka.
Para pemimpin partai politik berlomba mengeluarkan pernyataan tentang calon-calon yang bakal mereka usung. Padahal, kalau dilihat dari tokoh-tokoh yang muncul, tidak nampak tokoh-tokoh yang memillki kualitas.
Mereka tokoh-tokoh lama yang sudah bangkrut secara moral dan politik. Tetapi, masih berani maju dan mencalonkan diri, di tahun 2014. Termasuk dari kalangan partai-partai Islam.
Mereka para pengejar kekuasaan sampai ke ujung-ujung, tanpa lagi memperdulikan kondisi dan situasi yang dihadapi bangsa Indonesia.
Mereka yang muncul di permukaan yang bakal maju menjadi calon presiden, adalah para "the old man", dan "the old fashion", yang tidak mungkin dapat menjadi bagian solusi masa depan bangsa ini.
Mereka hanyalah para pemburu kekuasaan, tanpa hati nurani, tanpa moral, tanpa keahlian, tanpa komitmen, dan tanpa tujuan.
Mereka ibarat lokomotif yang sudah rusak mesinnya, dan hanya akan membawa kereta Indonesia ke jalan kehancuran. Wallahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar