Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Senin, 13 Februari 2012

Hilangnya Ghiroh dan Murtad?


Semuanya ikut dalam suasana Natal. Tidak terkecuali. Barangkali hanya masjid, yang tidak ada pohon Natal, dan ikut larut dalam suasana kehidupan gerejani.
Umat Islam seperti sudah menjadi bagian kehidupan itu. Secara tidak langsung  maupun langsung. Inilah kondisi di Indonesia, yang umatnya Islamnya sudah kehilangan "ghirah" (rasa cemburu). Lalu, setiap tahun berapa banyak umat Islam yang sudah murtad?
Kantor-kantor, plaza, mall, hotel, pasar, bandara, dan pusat-pusat hiburan, semuanya menyambut Natal, dan di tempat-tempat seperti itu, selalu ada pohon Natal.
Semantara itu, umat Islam ikut sibuk menyambutnya. Tak kurang-kurang, biasanya setiap tahun, selalu ada Ormas Islam, yang menyediakan diri menjaga Gereja saat berlangsung upacara Natal.
Pemimpin Islam dan pejabat sibuk menghadiri misa di Gereja, dan tempat-tempat upacara Natal, dan ini sebagai bentuk "tasamuh" (toleransi). Seperti tidak lengkap bagi tokoh dan pemimpin Islam kalau tidak menunjukkan dengan terbuka sikap "tasamuh", dan sikap yang dapat membuat kalangan Nasrani bergembira di hari Natal itu.
Pemerintah juga sangat sibuk melakukan pengamanan di seluruh Gereja, dan  mendapatkan perhatian secara khusus, serta pengamanan yang sangat ketat.
Setiap orang  yang ada di perhatikan dan diawasi. Apakah mereka itu "teroris" yang membahayakan jemaah Gereja atau bukan.
Pasti setiap menjelang Natal, selalu ada pernyataan dari pejabat keamanan, yang nadanya "warning" terhadap mereka yang dicurigai sebagai "teroris". Sehingga, suasana perayaan Natal, selalu lekat dengan situasi keamanan, dan menggambarkan sepertinya Gereja selalu dalam ancaman.
Telivisi dan radio sudah sibuk, jauh sebelum Natal. Menyuguhkan acara-acara Gerejani. Iklan-iklan di telivisi, radio, koran, dan majalan, semuanya dipenuhi dengan lembaran-lembaran menyambut Natal. Sangat luar biasa.
Plaza, mall, dan jasa transportasi, memberikan potongan harga, yang sangat luar biasa, menjelang Natal. Semuanya menyambut Natal. Padahal, berapa penduduk Indonesia yang menganut agama Nasrani? 
Di sebuah toko buku di Depok, seorang pelayan toko, menawarkan buku Imam Gazali, dan yang satunya lagi, menawarkan kitab Bukhari, sementara, pelayan itu menggunakan topi "merah" khas Sinterklas.
Sengaja toko buku itu, si pelayan yang sudah menjadi "Sinterklas" itu menawarkan buku-buku Islam. Maksdunya, "Wahai umat Islam, ketahuilah, bahwa Sinterklas sudah mau menjajakan buku al-Gazali dan Bukhari".
Maka, toko buku itu, secara langsung sudah mendidik agar umat Islam, juga memiliki sikap "tasamuh" terhadap golongan Nasrani. Jangan lagi bersikap fanantik, dan tidak mau bersikap "tasamuh". 
Di plaza, mall, dan toko-toko, banyak pelayan, dan bagian kasir yang menggunakan topi sinterklas "merah". Ada bagian pelayan dan kasir, yang menggunakan kerudung (jilbab), tetapi juga menutup kepalanya dengan topi "merah" Sinterklas. Ini berlangsung di mana-mana. Bukan hanya di Jakarta.
Setiap tahun "ghirah" dan "aqidah" umat Islam digerus-terkikis, dan kemudian kehilangan "ghirah" Islamnya. Tidak lagi peka. Tidak lagi sensitip. Melihat semuanya menjadi lumrah. Tidak lagi menjadi masalah.
Mereka menerima dengan ridha dan hati yang lapang. Sehingga, Natal berada di hati-hati umat Islam. Umat Islam walaupun tidak ikut berbondong-bondong dalam misa di Gereja-Gereja, tetapi umat Islam, tidak lagi menganggap itu sebagai perbuatan syirik, yang dosanya tidak diampuni oleh Allah Rabbul Alamin.
Berapa banyak umat Islam yang sudah tidak lagi memiliki "ghirah"? Hilangya "ghirah" itu, menjadi pintu seseorang menjadi murtad dari agamanya.
Dengan setiap tahun berlangsung perayaan Natal, dan seluruh media massa, dan tempat-tempat bisnis, kantor, dan tempat keramaian, diciptakan suasana menyambut Natal, berapa banyak umat Islam yang sudah murtad dari Islam?
Tidak lagi layak umat Islam membanggakan diri sebagai umat yang mayoritas di Indonesia.
Fakta-fakta menunjukkan umat Islam di Indonesia umat yang minoritas. Dalam segala aspek kehidupan. Karena umat Islam "ghirah"nya sudah mati. Wallahu'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar