Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Sabtu, 13 Agustus 2011

Citra SBY Sudah Habis

Dr. H. Ahmad Sumargono, MM
Ketua Umum GPMI

alt
Situasi politik akhir-akhir ini semakin memanas meski suksesi kepemimpinan nasional masih 3 tahun lagi. Banyak yang menginginkan agar Presiden SBY lengser sebelum masa jabatannya habis pada 2014 nanti. Pasalnya, selama 7 tahun ini memerintah negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia ini, kondisi ekonomi  dan politik bukannya semakin membaik malah bertambah menurun. Pengangguran dan kemiskinan terus meningkat, sebaliknya jumlah konglomerat terus bertambah.

Meski Presiden SBY sudah menyatakan akan memimpin sendiri pemberantasan korupsi,  namun ternyata korupsi malah semakin menjadi-jadi. Bahkan ketika pejabat tinggi partainya terlibat korupsi, dia berusaha melindunginya dan tidak menyeretnya ke depan pengadilan sebagaimana koruptor dari partai oposisi. 

Berikut ini wawancara Tabloid Suara Islam dengan Ketua Umum Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI) dan Ketua Pusat Kajian Strategi Politik dan Pemerintahan (PKSPP) Dr. H. Ahmad Sumargono, MM, seputar akhir pemerintahan SBY dan apakah akan mampu bertahan hingga 2014, serta bagaimana nasibnya setelah dirinya lengser dari kekuasan nanti.  

Melihat kondisi sosial politik dan ekonomi seperti sekarang ini, tampaknya masa jabatan SBY sebagai presiden akan segera berakhir. Bagaimana komentar anda?


Kalau secara konstitusional memang kemungkinan itu kecil, kerena ini sistem presidensial. Tetapi itu bukan mutlak, artinya hanya bisa terjadi perubahan jika ada people power. People power bisa terjadi disebabkan karena ketidakpuasan rakyat. Fenomenanya tidak puas terhadap kepemimpinan, terhadap ketegasan, terhadap semangat pemberantasan korupsi yang selama ini muncul. Tetapi justru ada badai yang tiba-tiba menghantam Partai Demokrat (PD) dengan indikasi korupsi. Apalagi Nazaruddin sebagai bendahara umum PD memiliki posisi sangat penting untuk mendanai partai sebagai alat kekuasaan SBY sebagai presiden dan pimpinan partai. Saya kira perlu adanya pengusutan mengenai kemungkinan pemanfaatan APBN untuk kepentingan politik.  

Pertama, Sekarang kepercayaan masyarakat terhadap SBY sudah sangat rendah. Apalagi sekarang sering terjadi money politics terhadap gerakan mahasiswa sehingga mereka menjadi diam dan tidak kritis lagi terhadap pemerintahan SBY. Sebab gerakan mahasiswa bisa dimanfaatkan kekuatan oposisi yang tak suka pada SBY sehingga bisa menjadi people power. 

Tetapi kalau saya melihat proses perubahan yang sering dikatakan beberapa tokoh politik, ternyata tidak semudah itu. Karena rezim SBY juga didukung secara formal oleh kekuatan politik di DPR seperti Setgab meski mereka tidak solid. Tetapi secara formal dan legitimasi, mereka mendukung SBY. 

Kedua, biasanya kalau terjadi people power, kekuatan militer seperti TNI yang merasa tidak puas dan akhirnya terakumulasi, inilah penggerak yang paling utama. Biasanya people power yang terjadi pasti ada korban, seperti Mesir dimana diidentifikasi sebagai pelanggaran HAM. Juga di Libya dimana kekuatan oposisi yang sebetulnya kekuatan politik sampai sekarang belum mampu menjatuhkan rezim Gaddafi sekalipun didukung kekuatan militer Barat. Seperti itulah kalau terjadi tumbang-menumbang dalam satu sistem pemerintahan.  

Kalau saya analisa, kekuatan rakyat sekarang ini sudah tidak percaya lagi kepada pemerintahan SBY. Ini akan menjadi konsekwensi sangat berbahaya kalau nanti kekuatan ini terakumulasi menjadi kekuatan massa yang bisa menjadi ancaman bagi SBY. Seharusnya dia segera mengambil langkah kebijakan terhadap kinerja yang orientasinya kepada kepentingan rakyat. Kebijakan pembantu presiden seperti para menteri terkadang tidak menunjang.

Misalnya terjadinya demo pilot Garuda karena ada unsur asing didalamnya yang tidak memiliki rasa nasionalisme. Seharusnya ini menjadi refleksi sekalipun dalam lingkungan Kemenhub atau Divisi Garuda, tetapi tidak bisa dilepaskan dari kebijakan SBY. Sebagai seorang presiden, seharusnya SBY bisa memanggil Menhub atau Dirut Garuda. Tetapi ini tidak dilakukan karena dia tidak memiliki visi dan misi yang jelas sebagai seorang presiden. 

Kelompok liberal dan sekuler sudah siap menyongsong kejatuhan SBY, sehingga mereka membentuk Partai Nasdem dan Partai SRI. Demikian pula dengan media massa milik Kristen dan sekuler. Apakah kelompok Islam juga sudah siap memimpin negara jika sewaktu-waktu SBY lengser?     


Saya melihatnya dari dua sisi, bagaimana memandang SBY dari kelompok-kelompok ini. SBY merupakan sosok yang dikalangan umat Islam tidak mendukungnya karena perilakunya yang munafik, klenik, paranormal dan sebagainya. Sebab umat Islam melihat SBY suka berbohong, kurang amanah, tidak menepati janji dan sebagainya, itu dari sisi kelompok Islam tertentu. Tetapi bagi kalangan non muslim dan sekuler, dengan model pencitraannya SBY masih dianggap sebagai sosok muslim yang memiliki cita-cita perjuangan Islam. Saya berbicara ini karena persoalan ideologi, sementara kelompok Islam tidak menganggapnya seperti itu.

Memang akhir-akhir ini media massa sebagai corong kelompok Kristen dan sekuler seperti Harian Kompas dan Media Indonesia sering menghantam SBY karena mereka tidak suka pada Islam. Kompas khususnya selama ini mengkritisi SBY ikut terlibat dalam eksploitasi kekayaan negara oleh asing. Secara bertubi-tubi Kompas membongkar potret eksploitasi itu. Namun Kompas tidak pernah memerinci sistem yang Kapitalistik dan Liberalistik sebagai sumber masalah utama yang harus dihentikan. Tampaknya Kompas hanya membuat target penjatuhan SBY dari kekuasaannya tanpa mengubah sistem. Padahal siapa pun yang menggantikan SBY tetapi tanpa mengubah sistem, akan sama saja bahkan akan lebih buruk bagi negara ini.   

Memang selama ini pemberitaan Harian Kompas sebagai corong Kristen Katolik selalu mendiskreditkan umat Islam. Sebagai contoh teroris Kristen Breivik dari Norwegia yang melakukan pembantaian massal dan dengan gamblang menyatakan dirinya anti Islam. Tetapi berita sebesar dan sedahsyat itu oleh Kompas dimuat sekadarnya bahkan dipencilkan di halaman dalam dan motifnya disimplifikasi sekedar anti imigran. Ingat juga bagaimana kurang-ajarnya Kompas mengaburkan kejahatan dan membela mati-matian penjagal muslim Poso, Tibo cs beberapa tahun lalu. Juga bagaimana arogansi Kompas dalam pemberitaan Dirut Bank Mandiri yang Kristen dan terbukti korupsi, ternyata beritanya ditenggelamkan di halaman dalam, nyaris tak dimuat.

Kemudian bandingkan sebaliknya jika seorang muslim yang didakwa korupsi, didakwa mendahului keributan dan lain-lain. Pasti Harian Katolik Kompas menjadikannya sebagai headline berturut-turut selama berhari-hari. Ketika kemudian tak terbukti di Pengadilan, Kompas tidak melakukan rehabilitasi dan tidak pula minta maaf. Tidak perlu terlalu cerdas untuk mengenali keberpihakan tendensius Kompas. Untuk itu saya menghimbau kepada saudara muslim yang berlangganan Harian Katolik Kompas, saya katakan: “Jika berhenti berlangganan Kompasmembuat anda merasa tiak tampak pintar, pikirkanlah anak-anak anda. Apa yang mereka baca akan membentuk mindset dan kepribadian. Kita tentu tidak ingin anak-anak muslim tumbuh menjadi gamang, oportunis, inferior bahkan pengkhianat di negeri sendiri. Jika kini media Islam sudah banyak seperti Suara Islam dan Republika misalnya, mengapa kita tidak memperkuatnya?”        

Apakah keinginan kelompok Kristen dan sekuler memang ingin menjatuhkan SBY sehingga mereka mampu mengendalikan negara ?

Kelompok sekuler dan Kristen menginginkan SBY agar segera jatuh dari kekuasaan. Sebab mereka menganggap secara ideologis SBY adalah sosok Islami karena memiliki majelis dzikir, penampilannya sering dengan baju koko dan fasih berbicara mengenai Islam. Mereka melihat SBY sebagai sosok yang berbahaya jika terlalu lama berkuasa sehingga ingin segera menjatuhkannya. Seperti Soeharto pada akhir kekuasaannya mendekati umat Islam, demikian pula SBY sekarang ini.

Sementara dikalangan umat Islam, mereka menganggap SBY sudah terkontaminasi, sama seperti pandangan kelompok sekuler dan Kristen. Tetapi masih ada kelompok dikalangan ormas Islam terutama Nahdhliyyin yang ingin mempertahankan SBY hingga 2014. Mereka melihat kalau SBY sampai jatuh, maka yang naik bukan kekuatan Islam. Sekarang kelompok Islam seperti 12 ormas Islam siap mempertahankan SBY sampai 2014 untuk mematahkan kekuatan kelompok sekuler dan Kristen. Saya melihat terjadinya suatu konspirasi ideologi. Memang terkadang mereka berbicara pragmatis dan ekonomis, tetapi dibelakangnya sesungguhnya sedang terjadi pertarungan ideologi yang ketat.  

Kalau SBY sampai jatuh, apakah kelompok Islam akan kalah cepat dari kelompok sekuler dan Krsiten dalam mengendalikan negara ? 

Bukan kalah cepat! Kelompok Islam memang tidak ada persiapan untuk menjatuhkan SBY dan hanya sebagai penonton bukan pemain. Jika nanti kelompok sekuler dan Kristen berhasil menurunkan SBY, maka yang akan tampil sama saja bahkan akan lebih buruk dari pandangan Islam. Tetapi dari pandangan pragmatis, mungkin dia akan berhasil dari segi kesejahteraan rakyat tetapi tidak dari segi ideologis.  

Bagaimana seharusnya sikap umat Islam menghadapi fenomena politik seperti ini? 

Pertama, kesadaran politik umat Islam masih kuramg  karena terlalu banyak terfokus pada masalah ideologi. Padahal kita bicara masalah politik dan tidak bisa melepaskannya. Bagaimana Rasululah SAW membebaskan Bilal bin Rabah, membebaskan sistem perbudakan, membebaskan orang-orang dari menyembah berhala, semauanya dengan kekuatan politik kekuasaan. Umat Islam sejak dulu tidak pernah berfikir tentang kekuasaan.

Seandainya SBY mampu bertahan sampai 2014, kira-kira siapa yang akan didukung untuk menggantikannya apakah istrinya, adik iparnya yang KSAD, anaknya atau siapa?


Kalau secara ideologis bisa pragmatis, langsung bicara kesejahteraan rakyat. Secara ideologis dalam kondisi seperti sekarang ini saya melihat citra SBY sudah habis. Dia tidak mungkin lagi untuk maju berdasarkan konstitusi. Sekarang orang mengatakan dia akan mendukung istrinya Ani Yudhoyono untuk maju sebagai Capres. Jelas ini akan ditentang umat Islam Indonesia  karena dia perempuan, sebagaimana ketika Megawati dulu maju sebagai Capres.

Selain itu Ani Yudhoyono tidak memiliki nilai historis seperti Megawati yang anak Soekarno. Dia paling punya nilai historis sebagai anak Sarwo Edhie Wibowo yang tidak terlalu kental politiknya, sedangkan kemampuan politiknya juga tidak menurun karena bukan tokoh politik tetapi militer. Saya yakin jika SBY mendukung istrinya maju sebagai capres, tidak akan berhasil 

Sedangkan siapa yang akan didukung SBY, saya kira proses untuk itu masih Panjang. Sekarang SBY hanya berfikir agar dirnya selamat dari proses tuntutan hukum begitu lengser, sehingga dia tidak akan dikutik-kutik oleh presiden baru nantinya karea dia merasa dirinya bersalah. Tokoh oposisi Rizal Ramli pernah mengatakan nanti satu-satunya mantan persiden di Indonesia yang akan diadili adalah SBY. Seperti kasus Bank Century, kasus mafia pajak, kasus Antasari, semua itu akan terbongkar.    

Jika ini dibongkar dan SBY sudah tidak punya kekuasaan, maka dia perlu orang yang berkuasa untuk meredamnya. Kemungkinan untuk itu, yang jelas secara garis nepotisme adalah adik iparnya yang sekarang jadi KSAD nanti dipersiapkan menjadi Panglima TNI dan akhirnya dipersiapkan menjadi Presiden pada 2014. Kalau mempersiapkan Ani Yudhoyono akan sangat berat, apalagi SBY pernah mengatakan tidak akan ada keluarga saya yang menjadi Capres. Kalau dia melanggarnya akan jadi munafik karena telah berubah pendirian.  

Tetapi tampaknya para Jenderal purnawirawan TNI AD sudah tidak suka pada SBY? 

Memang banyak Jenderal purnawirawan yang tidak suka pada SBY. Tetapi mereka sekarang sudah tidak memiliki legalitas kekuasaan dan dianggap tidak lagi memiliki suatu kekuatan. Mereka hanya menyebarkan  isyu dan melakukan manufer yang mendorong ke arah situ. Sebab di dalam praktek people power, yang paling utama adalah mahasiswa dan kelompok militer aktif seperti zaman Soekarno dulu dimana ada Arief Rahman Hakim, pasukan Cakrabirawa, pasukan Kostrad dan sebagainya. 

Jika SBY sampai jatuh, apakah Partai Demokrat akan ikut hancur?


Ya otomatis! Partai Demokrat sudah tidak punya tokoh lagi karena hanya mengandalkan SBY. Tadinya Anas, dimana dia punya kekuatan. Tetapi orang orang disekitarnya sudah mengisyukan sebagai calon presiden dan rumahnya yang mewah dipersiapkan seperti Cikeas. Banyak orang mempertanyakan dana pembangunannya dari mana, sehingga justru menjadi boomerang bagi dirinya. Setelah itu tidak akan ada lagi tokoh yang akan dicalonkan sebagai Capres dari Partai Demokrat. Jadi begitu Anas diisyukan sebagai Capres untuk menggantikan SBY, maka banyak yang memusuhinya dan akhirnya mental. Apalagi setelah dihantam Nazaruddin  dengan kasus korupsi, membuatnya semakin tipis kemungkinannya untuk majus ebagai kandidat Capres dari PD. 

Dalam menghadapi situasi politik sekarang ini, bagaimana nasehat anda kepada umat Islam Indonesia?


Kelemahan umat Islam Indonesia selalu terjerumus pada perpecahan. Umat Islam seharusnya menghindari perpecahan, karena bisa menjadi kelemahan kita bersama, di mana ada banyak mahzab dan aliran. Klau umat Islam terus begini, maka akan semakin lemah. Kalau kita sadar, seharusnya semua unsur umat Islam bisa menyatu menjadi satu kekuatan yang tangguh.

Selain itu umat Islam harus sadar akan pentingnya berpolitik. Tentunya ideologi menjadi mutlak karena kita punya ghiroh. Kalau kita diam dan tak tahu perkembangan politik bahkan tak tahu perkembangan situasi yang sebenarnya, maka akan sangat berbahaya. Jadi seharusnya  ada tokoh yang mampu mempersatukan umat Islam, artinya mengeliminir kemungkinan perpecahan yang akan melemahkan umat Islam Indonesia.  
Kedepannya, kita tidak boleh buta politik sambil terus mengasah dan memperdalam ideologi kita. Sedangkan implementasinya kepada ijtihad dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk dalam memakmurkan rakyat memberantas kemiskinan dan mencerdaskan umat. Jadi tidak sekedar dengan tabligh akbar saja. Menang saya akui program yang digerakkan umat sekarang ini sudah bagus, seperti adanya Bank Muamalat, rumah singgah untuk kaum miskin dan sebagainya. Tetapi sentuhan politik bagi umat Islam wajib berperan secara nyata sehingga hasilnya juga bisa dilihat secara nyata. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar