Riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan hanya 41,6 masih percaya terhadap integritas KPK. Penyebabnya di antaranya KPK dinilai insubordinat dengan kekuasaan.
Anggota Komisi Hukum DPR RI Eva Kusuma Sundari menilai cukup wajar jika KPK tidak dipercaya oleh publik karena dalam beberapa kasus besar seperti bailout Bank Century, lembaga antikorupsi ini tidak bisa bergerak cepat.
"Ke depan yang paling penting di KPK adalah keberanian. Berani atas intervensi istana, politisi, dan koruptor," tegasnya di gedung DPR, Jakarta, Senin (8/8/2011). Berikut wawancara lengkapnya.
Apa komentar Anda terkait dengan survei LSI yang menungkapkan hanya 41,6 persen publik yang percaya ke KPK?
Kalau survey kan snapshot, persepsi publik. Tapi perlu ditanya apa yang ditanya sama, pengetahuan tentang KPK juga belum sama. Jadi itu tidak bisa sebagai dasar spekulasi untuk itu. Apalagi kalau kita kaitkan dengan data pers, kita masih paling korup.
Sehingga kebutuhan terhadap data itu sangat tinggi. Apa yang kita publish di media kan membuat kita menyimpulkan dari itu. Asumsi survei kalo penanyanya tetap oke. Tapi kalau random belum tentu menjadi dasar. Kalau penurunan pasti ada. Yang menyebabkan KPK sekarang kan orang internal. Pelemahan KPK saat ini beda dengan yang lalu.
Apakah karena ada kepentingan kekuasan?
Isu utamanya kan independensi. Apalagi ada kepentingan istana, siapapun bisa intervensi. Saringan kedua di DPR yang bisa disaring dengan betul.
Bagaimana dengan Pansel KPK?
Masukan ke saya ada nama pak Abdullah Hehamuha, Pak Bambang Widjojanto, Pak Yunus Husein. Kualifikasi, yang pasti jangan ada perkoncoan, jangan sampai kasus ada utang piutang. Yang paling penting menurutku keberanian. Berani atas intervensi istana, politisi, koruptor. [mdr]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar