Posted by K@barNet pada 13/08/2011
Laba bersih 142 perusahaan pelat merah pada semester I pada tahun ini tercatat Rp 69,36 triliun. Angka itu naik 38,86 persen dibanding Rp 49,95 triliun semester I 2010.
Sebenarnya bukanlah suatu prestasi yang yang membanggakan karena laba bersih dari 142 BUMN itu lebih banyak ditoponga oleh BUMN sector perkebunan, Sektror tambang dan migas serta sector telekomunikasi dan sector perbankan , kenaikan laba BUMN dari keempat sector tersebut karena diuntungkan dengan keadaan situasi dunia khususnya dengan tingginya harga minyak dunia di ikuti dengan naiknya harga emas , untuk sector BUMN pertambangan jelas mendapatkan keuntungan yang luar biasa karena banyak perusahaan di dunia yang mengantikan kebutuhan energinya dari minyak bumi menjadi mengunakan batubara .
Begitupula dengan BUMN perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit yang menghasilkan CPO keuntungannya juga tidak terlalu membanggakan karena jika dibandingkan dengan perusahaan swasta yang bergerak dibidang perkebunan sawit justru laba yang dinikmati oleh perusahaan swasta lebih tinggi dari BUMN perkebunan sawit , artinya masih banyak kebocoran di perkebunan sawit milik BUMN , begitu juga untuk sector BUMN penghasil Gula keuntungan mereka lebih karena penghasilan yang didapat dari hasil jualan import Gula saja ,
BUMN perkebunan sawitpun diuntungkan karena adanya issue go green dan tingginya harga minyak dunia sehingga banyak CPO digunakan untk menjadi bahan bakar . Sedangkan untuk BUMN sector perbankan , siapapun yang menjalankan pasti akan untung karena keuntungan perbankan BUMN masih ditopong dari bunga rekap yang setiap tahunya didapat dari APBN, sedangkan untuk core bisnisnya laba yang didapat dari sector kredit komsuismsi saja seperti pengunaan kartu kredit oleh masyarakat , kredit barang barang komsusmsi , tetapi kalau mau jujur perbankan BUMN sebenarnya telah gagal menjalankan fungsi intermediasi bank ,dimana seharusnya Perbankan BUMN lebih bisa diharapakan mendapatkan labanya dari sector kredit usaha datau korporasi.
Untuk sektotr telekomunikasi pun keuntungan yang didapat karena TELKOM lebih banyak ditopang untuk mendapatkan keuntunganya dari anak perusahaan nya yaitu Telkomsel , sedangkan dari sector usaha yang lainya tidak terlalu signifikan .
Dan perlu diingat bahwa laba dari 142 BUMN juga lebih didominasi oleh Dari 18 BUMN yang sudah go public yaitu Telkom mencatat laba bersih tertinggi (Rp 8,02 triliun), Bank BRI (Rp 6,8 triliun), disusul Bank Mandiri (Rp 6,3 triliun), PGN (Rp 3,2 triliun), Bank BNI (Rp 2,7 triliun), Semen Gresik (Rp 1,8 triliun), Bukit Asam (Rp 1,6 triliun), Krakatau Steel (Rp 1,09 triliun), dan Aneka Tambang (Rp 996,7 miliar).Artinya bahwa laba tersebut tidak sudah penuh didapatkan oleh pemerintah.
Untuk BUMN sector kontruksi khususnya ADHI Karya , dengan banyak proyek yang didapatkan perusahaan tersebut baik dari proyek pemerintah sendiri sebenarnya dari laporan labanya yang hanya mendapatkan Rp 21,6 miliar , perlu dilakukan audit investigasi oleh KPK , apalagi BUMN ini disinyalir banyak mengelontorkan uang untuk broker broker proyek pemerintah dari Pratai Demokrat seperti ucapan Nazzarudin yang mengaku mendapatkan hampir 200 milyar dari proyek pembangunan pemusatan atlit dari Menpora. sehingga dengan begitu sudah dapat dijadikan bukti akibat Adhi Karya memberikan jumlah uang yang cukup besar bagi Nazzarudin maka laba yang didapat menjadi lebih kecil karena bengkaknya biaya siluman untuk hangky panky pada petinggi petinggi partai Demokrat .
Karena itu KPK dan Kejaksaan Agung harus melakukan suatu sistim investigasi gaya baru untuk meyelidik terjadinya tindak pidana korupsi di BUMN dengan membandingkan antara laba yang didapat BUMN dengan produksi yang dilakukan BUMN , serta asset dari BUMN itu sendiri.
Arief Poyuono,S.E
Tidak ada komentar:
Posting Komentar