Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Senin, 23 Juli 2012

14 TAHUN, KENANGAN DAN KEMENANGAN PBB



Oleh: Drs. Muhsin MK. MSc. (Ketua MPW PBB Jawa Barat)

        Hari ini, 14 tahun lalu, tepatnya 17 Juli 1998, Partai Bulan Bintang (PBB) berdiri. Sejarah mengingatkan kita bahwa PBB didirikan oleh 22 tokoh sentral Ormas Islam. Dari Dewan Da’wah (Dr. Anwar Harjono SH), Persis (Bambang Setyo MSc), Syarikat Islam Indonesia (KH. Ohan Sujana), PUI (H. Anwar Saleh), Muhammadiyah (Hartono Marjono, SH), Keluarga Besar PII dan GPI (KH. Abdul Qadir Jaelani) dan lainnya. PBB dirancang di Masjid Al-Furqan, Jl. Kramat Raya 45, Jakarta Pusat, dahulu Kantor pusat Partai Islam Masyumi, dan dideklarasikan di Masjid Agung Al Azhar, yang didirikan dan dibangun oleh para tokoh Masyumi.
       Sejarah mencatat, Dr. Amin Rais MA yang pertama kali diminta menjadi Ketua Umum PBB dan Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra sebagai Sekretaris Jendralnya. Namun yang terjadi adalah, Amin Rais tidak bersedia memimpin PBB. Dia mendirikan partai “sekuler multi agama”, dengan alasan yang sinis, “Partai Islam ibarat baju yang sempit”. Dr. Anwar Harjono, SH, merasa kecewa atas sikapnya itu. Yusril lah yang dikukuhkan sebagai Ketua Umum, dan HMS Ka’ban sebagai Sekjennya.
Jatuh bangun PBB
      Dalam Pemilu 1999, PBB berhasil meraih 13 kursi. PBB terbesar ke 3. Trio Yusril, Hartono dan Hamdan Zulfa (sekarang Hakim Mahkamah Konstitusi) membuat DPR RI hidup dan dinamis. Ketiganya memberi solusi konstitusi di dalam sidang sidang DPR RI. Bahkan dalam sidang MPR RI, PBB mendapat perhatian luar biasa dengan sikap tegasnya dalam amandemen Undang Undang Dasar(UUD) 1945. PBB menghendaki Pasal 29 ayat 1 dalam UUD 45 dikembalikan pada rumusan Piagam Jakarta. Yakni Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syari’a Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Namun mayoritas anggota MPR RI yang nota bene Muslim, diantaranya dari Partai Keadilan (Sekarang PKS) menolaknya. Meski demikian, juru bicara PBB, KH. Najih Ahjat, dengan tegas menyatakan, “Kami tidak akan surut, sampai mati tetap memperjuangkannya”.
     Ketika itu ada hal yang menarik perhatian publik. Dalam Sidang Umum MPR RI, saat Pemilihan Presiden, Yusril nyaris terpilih menjadi Presiden atau Wakil Presiden RI. Namun karena berbagai desakan dan pertimbangan, masih ada kesempatan di lain waktu, jabatan Presiden diberikan kepada Abdurrahman Wahid dan Megawati sebagai wakilnya. Yusril pun menyatakan dengan jiwa besarnya, “Kami tidak ingin mengecewakan NU untuk yang kedua kaii, dan untuk menjaga persatuan ummat Islam”.
      Yusril sendiri kemudian diangkat menjadi Menteri Kehakiman dan HAM. Namun karena sikap kritis dan teguh pendirian menolak kebijakan Gus Dur yang bertentangan dengan Konstitusi, membuat dirinya diberhentikan. Namun dalam Era Megawati, yang menggantikan Gus Dur setelah diberhentikan sebagai Presiden, dia diangkat kembali menjadi Menteri Kehakiman sampai akhir pemerintahan.
     Dalam Pemilu 2004, PBB tidak lolos Eelecotaral Treshoold (ET), walau mendudukan wakilnya 11 orang. PBB berhasil membentuk fraksi bersama partai partai kecil lain dengan nama Fraksi Bintang Demokrasi Nasional (FBDN) dan menjadi Ketuanya. Walau gagal dalam Pemilu legislatif, namun PBB berhasil menang mengusung Susilo Bambang Yudoyono (SBY) bersama Partai Demokrat (PD) dan Partai Kebangsaan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dalam Pemilu Presiden menjadi Presiden RI. Yusril diangkat menjadi Menteri Sekretaris Negara (Mensekneg) dan HMS Ka’ban sebagai Menteri Kehutanan (Menhut). Namun dalam perjalanan pemerintahan SBY, atas desakan kelompok sekuler, neo liberal dan Islamofobia yang didukung Barat, Yusril didepak dari kabinet, dianggap membahayakan kepentingan mereka.
      Dalam Pemilu 2009, PBB tidak lolos Parliamentary Treshoold (PT) 2,5%, sehingga tidak berhasil masuk di DPR RI. Peristiwa ini merupakan pukulan cukup menyakitkan bagi PBB. Masalahnya bukan pada kurangnya kesungguhan dan pengorbanan para kader dan pimpinan partai dalam berjuang, tapi karena PBB dipecundangi oleh partai besar. Karena PBB tidak dapat mengawal suara, maka sejumlah suara berpindah tangan ke partai besar. Kejadian ini memang cukup memukul semangat dan motivasi kader dan pimpinan untuk melanjutkan perjuangan, namun PBB masih bersyukur. Di beberapa daerah PBB masih memiliki wakil wakilnya di DPRD I dan DPRD II yang cukup besar significan. Potensi yang ada ini tentu menjadi modal penting dalam membangun dan membangkitkan kembali keberadaan partai untuk menghadapi Pemilu 2014.
Hikmah dan harapan
       Dalam kondisi PBB tidak duduk di parlemen dan pemerintahan, tiba tiba Yusril dijadikan bulan bulanan pemerintahan SBY. Melalui tangan Jaksa Agung Hendarman Supanji,  dirinya ditetapkan sebagai tersangka “Korupsi Sismibakum (Sistem Pelayanan Administrasi Badan Hukum)”. Namun Yusril pun tidak tinggal diam. Dia melakukan perlawan keras dan hati dan otaknya terhadap kezhaliman rezim SBY. Tuduhan korupsi itu dipandang sebagai kezhaliman yang merusak nama baik diri, partai dan profesinya. Tuduhan itu tidak terlepas, karena Yusril dianggap lawan politik saingan berat SBY.
       Menghadapi tuduhan Yusril mengatakan, “Mati satu mati semua, ente jual ane beli”. Genderang perang hukum pun ditabuh. Dengan kepiawaiannya dalam bidang hokum dia melihat, posisi Hendarman lemah sebagai Kejagung. Kedudukannya tidak didukung Surat Keputusan (SK) pengangkatan yang kedua, padahal masa kabinet SBY I sudah berakhir.
       Yusril menggugat keabsahan jabatan Hendarman ke Mahkamah Konstitusi (MK). Gugatannya diterima. Hendarman terguling. Namun kasus Sismibakum tidak otomatis berhenti dan terus dilanjutkan oleh wakil Jaksa Agung, Darmono. Orang ini pun bernafsu akan mengajukan Yusril ke pengadilan. Cekal pun dijatuhkan hingga dua kali 6 bulan. Yusril kembali menggugat ke MK. Gugagatnnya dikabulkan. Cekal lepas. Sehingga dia dapat berpergian ke luar negeri.
       Meski begitu cap sebagai tersangka kasus korupsi tetap masih menempel pada diri Yusril. Terjadi periswa diluar dugaan, dia diminta bertemu oleh SBY di rumahnya, Cikeas. Setelah itu, walau dia tidak meminta SBY ikujt campur mendesak Kejagung agar mencabut kasusnya, kasusnya sebagai tersangka korupsi Sismibakum dinyatakan dicabut (SP1), karena “tidak cukup alat bukti”. Disinilah kemenangan dan keberhasilan dirinya, sehingga dia pun mengatakan, “Hukum menang atas kekuasaan”.
Momentum Meraih Kemenangan
     Peristiwa yang dialami Yusril Ihza Mahendra, Ketua Majlis Syuro PBB ini, merupakan momentum yang sangat penting bagi PBB untuk kembali bangkit. Kemenangan Yusril atas kezhaliman rezim SBY dan sympati masyarakat terhadap dirinya yang semakin meluas dapat dijadikan momentum untuk meraih kembali kesempatan emas yang hilang dimasa lalu.
     Pada Hari Bangkit PBB ke 14 inilah hendaknya kita jadikan sebagai gunung pijak untuk melompat jauh ke depan dengan mengusung ikon PBB, Yusril, sebagai gerbong perubahan pada bangsa yang sedang sakit ini. Hari Bangkit harus kita maknai dengan semangat baru dan tekad kuat untuk menggerakkan, membesarkan dan memperjuangkan PBB agar berhasil meraih kemenangan dalam Pemilu 2014 dan Pemilihan Presiden yang akan datang.
     Memang PBB tidak masuk parlemen dan pemerintahan pada era SBY sekarang ini. Namun hal itu bukanlah sebuah kegagalan, melainkan sebuah ibrah (pelajaran) yang sangat berharga. Sebab apalah artinya kita masuk dalam parlemen dan pemerintahan yang bobrok sekarang ini dengan terjadinya berbagai krisis dan pelanggaran konstitusi, serta maraknya kasus korupsi?
     Oleh karena karena itu kepada segenap para kader, eksponen dan pemimpin PBB mulai saat ini dan saat menghadapi Pemilu 2014 dan pemilihan Presiden nanti hendaknya lebih focus pada tugas masing masing di setiap jenjang kepemimpinan. Hendaknya tetap berusaha melakukan kerja keras, kerja sama dan kerja cerdas dalam melaksanakan jihad menegakkan syari’at Islam di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Kita ingin dapat melanjutkan perjuangan para pendahulu kita pendiri Negara ini dalam merumuskan Piagam Jakarta yang memasukkan kata-kata “atas berkat rahmat Allah dan syari’at Islam” di dalam Mukadimah dan Batang Tubuh Undang Undang Dasar 1945, hanya kemudian ada yang mencoretnya.
      Melalui Hari Bangkit ke 14 ini mari kita mulai mempererat ukhuwah, memperkuat soliditas dan solidaritas, meningkatkan kesungguhan dan disiplin berpartai, mempergiat berbagai kegiatan PBB yang pro rakyat. Kita juga harus mempertinggi semangat jihad dan perjuangan, serta memperbesar pengorban harta dan jiwa, dengan landasan iman, ilmu, amal dan tawakal kepada Allah Subhanhu Wa Ta’ala. Semoga dengan semua itu PBB berhasil mencapai kemenangan dan kejayaan, serta dalam meraih cita citanya yang mulia. Amien, Insya Allah. (17 Juli 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar