Oleh: Drs. Muhsin MK.
MSc. (Ketua MPW PBB Jawa Barat)
Hari ini, 14 tahun lalu, tepatnya 17
Juli 1998, Partai Bulan Bintang (PBB) berdiri. Sejarah mengingatkan kita bahwa
PBB didirikan oleh 22 tokoh sentral Ormas Islam. Dari Dewan Da’wah (Dr. Anwar
Harjono SH), Persis (Bambang Setyo MSc), Syarikat Islam Indonesia (KH. Ohan
Sujana), PUI (H. Anwar Saleh), Muhammadiyah (Hartono Marjono, SH), Keluarga
Besar PII dan GPI (KH. Abdul Qadir Jaelani) dan lainnya. PBB dirancang di
Masjid Al-Furqan, Jl. Kramat Raya 45, Jakarta Pusat, dahulu Kantor pusat Partai
Islam Masyumi, dan dideklarasikan di Masjid Agung Al Azhar, yang didirikan dan
dibangun oleh para tokoh Masyumi.
Sejarah mencatat, Dr. Amin Rais MA yang
pertama kali diminta menjadi Ketua Umum PBB dan Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra
sebagai Sekretaris Jendralnya. Namun yang terjadi adalah, Amin Rais tidak
bersedia memimpin PBB. Dia mendirikan partai “sekuler multi agama”, dengan
alasan yang sinis, “Partai Islam ibarat baju yang sempit”. Dr. Anwar Harjono,
SH, merasa kecewa atas sikapnya itu. Yusril lah yang dikukuhkan sebagai Ketua
Umum, dan HMS Ka’ban sebagai Sekjennya.
Jatuh bangun PBB
Dalam Pemilu 1999, PBB berhasil meraih 13
kursi. PBB terbesar ke 3. Trio Yusril, Hartono dan Hamdan Zulfa (sekarang Hakim
Mahkamah Konstitusi) membuat DPR RI hidup dan dinamis. Ketiganya memberi solusi
konstitusi di dalam sidang sidang DPR RI. Bahkan dalam sidang MPR RI, PBB
mendapat perhatian luar biasa dengan sikap tegasnya dalam amandemen Undang
Undang Dasar(UUD) 1945. PBB menghendaki Pasal 29 ayat 1 dalam UUD 45
dikembalikan pada rumusan Piagam Jakarta. Yakni Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan Syari’a Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Namun mayoritas anggota MPR
RI yang nota bene Muslim, diantaranya dari Partai Keadilan (Sekarang PKS)
menolaknya. Meski demikian, juru bicara PBB, KH. Najih Ahjat, dengan tegas
menyatakan, “Kami tidak akan surut, sampai mati tetap memperjuangkannya”.
Ketika itu ada hal yang menarik perhatian
publik. Dalam Sidang Umum MPR RI, saat Pemilihan Presiden, Yusril nyaris
terpilih menjadi Presiden atau Wakil Presiden RI. Namun karena berbagai desakan
dan pertimbangan, masih ada kesempatan di lain waktu, jabatan Presiden
diberikan kepada Abdurrahman Wahid dan Megawati sebagai wakilnya. Yusril pun
menyatakan dengan jiwa besarnya, “Kami tidak ingin mengecewakan NU untuk yang
kedua kaii, dan untuk menjaga persatuan ummat Islam”.
Yusril sendiri kemudian diangkat menjadi
Menteri Kehakiman dan HAM. Namun karena sikap kritis dan teguh pendirian
menolak kebijakan Gus Dur yang bertentangan dengan Konstitusi, membuat dirinya
diberhentikan. Namun dalam Era Megawati, yang menggantikan Gus Dur setelah diberhentikan
sebagai Presiden, dia diangkat kembali menjadi Menteri Kehakiman sampai akhir
pemerintahan.
Dalam Pemilu 2004, PBB tidak lolos
Eelecotaral Treshoold (ET), walau mendudukan wakilnya 11 orang. PBB berhasil membentuk
fraksi bersama partai partai kecil lain dengan nama Fraksi Bintang Demokrasi
Nasional (FBDN) dan menjadi Ketuanya. Walau gagal dalam Pemilu legislatif,
namun PBB berhasil menang mengusung Susilo Bambang Yudoyono (SBY) bersama
Partai Demokrat (PD) dan Partai Kebangsaan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dalam
Pemilu Presiden menjadi Presiden RI. Yusril diangkat menjadi Menteri Sekretaris
Negara (Mensekneg) dan HMS Ka’ban sebagai Menteri Kehutanan (Menhut). Namun
dalam perjalanan pemerintahan SBY, atas desakan kelompok sekuler, neo liberal
dan Islamofobia yang didukung Barat, Yusril didepak dari kabinet, dianggap
membahayakan kepentingan mereka.
Dalam Pemilu 2009, PBB tidak lolos
Parliamentary Treshoold (PT) 2,5%, sehingga tidak berhasil masuk di DPR RI.
Peristiwa ini merupakan pukulan cukup menyakitkan bagi PBB. Masalahnya bukan
pada kurangnya kesungguhan dan pengorbanan para kader dan pimpinan partai dalam
berjuang, tapi karena PBB dipecundangi oleh partai besar. Karena PBB tidak
dapat mengawal suara, maka sejumlah suara berpindah tangan ke partai besar.
Kejadian ini memang cukup memukul semangat dan motivasi kader dan pimpinan
untuk melanjutkan perjuangan, namun PBB masih bersyukur. Di beberapa daerah PBB
masih memiliki wakil wakilnya di DPRD I dan DPRD II yang cukup besar significan.
Potensi yang ada ini tentu menjadi modal penting dalam membangun dan
membangkitkan kembali keberadaan partai untuk menghadapi Pemilu 2014.
Hikmah dan harapan
Dalam kondisi PBB tidak duduk di
parlemen dan pemerintahan, tiba tiba Yusril dijadikan bulan bulanan
pemerintahan SBY. Melalui tangan Jaksa Agung Hendarman Supanji, dirinya ditetapkan sebagai tersangka “Korupsi
Sismibakum (Sistem Pelayanan Administrasi Badan Hukum)”. Namun Yusril pun tidak
tinggal diam. Dia melakukan perlawan keras dan hati dan otaknya terhadap
kezhaliman rezim SBY. Tuduhan korupsi itu dipandang sebagai kezhaliman yang
merusak nama baik diri, partai dan profesinya. Tuduhan itu tidak terlepas,
karena Yusril dianggap lawan politik saingan berat SBY.
Menghadapi tuduhan Yusril mengatakan, “Mati
satu mati semua, ente jual ane beli”. Genderang perang hukum pun ditabuh.
Dengan kepiawaiannya dalam bidang hokum dia melihat, posisi Hendarman lemah
sebagai Kejagung. Kedudukannya tidak didukung Surat Keputusan (SK) pengangkatan
yang kedua, padahal masa kabinet SBY I sudah berakhir.
Yusril menggugat keabsahan jabatan
Hendarman ke Mahkamah Konstitusi (MK). Gugatannya diterima. Hendarman
terguling. Namun kasus Sismibakum tidak otomatis berhenti dan terus dilanjutkan
oleh wakil Jaksa Agung, Darmono. Orang ini pun bernafsu akan mengajukan Yusril
ke pengadilan. Cekal pun dijatuhkan hingga dua kali 6 bulan. Yusril kembali
menggugat ke MK. Gugagatnnya dikabulkan. Cekal lepas. Sehingga dia dapat
berpergian ke luar negeri.
Meski begitu cap sebagai tersangka kasus
korupsi tetap masih menempel pada diri Yusril. Terjadi periswa diluar dugaan,
dia diminta bertemu oleh SBY di rumahnya, Cikeas. Setelah itu, walau dia tidak
meminta SBY ikujt campur mendesak Kejagung agar mencabut kasusnya, kasusnya sebagai
tersangka korupsi Sismibakum dinyatakan dicabut (SP1), karena “tidak cukup alat
bukti”. Disinilah kemenangan dan keberhasilan dirinya, sehingga dia pun mengatakan,
“Hukum menang atas kekuasaan”.
Momentum Meraih Kemenangan
Peristiwa yang dialami Yusril Ihza
Mahendra, Ketua Majlis Syuro PBB ini, merupakan momentum yang sangat penting
bagi PBB untuk kembali bangkit. Kemenangan Yusril atas kezhaliman rezim SBY dan
sympati masyarakat terhadap dirinya yang semakin meluas dapat dijadikan momentum
untuk meraih kembali kesempatan emas yang hilang dimasa lalu.
Pada Hari Bangkit PBB ke 14 inilah
hendaknya kita jadikan sebagai gunung pijak untuk melompat jauh ke depan dengan
mengusung ikon PBB, Yusril, sebagai gerbong perubahan pada bangsa yang sedang
sakit ini. Hari Bangkit harus kita maknai dengan semangat baru dan tekad kuat
untuk menggerakkan, membesarkan dan memperjuangkan PBB agar berhasil meraih
kemenangan dalam Pemilu 2014 dan Pemilihan Presiden yang akan datang.
Memang PBB tidak masuk parlemen dan
pemerintahan pada era SBY sekarang ini. Namun hal itu bukanlah sebuah
kegagalan, melainkan sebuah ibrah (pelajaran) yang sangat berharga. Sebab
apalah artinya kita masuk dalam parlemen dan pemerintahan yang bobrok sekarang
ini dengan terjadinya berbagai krisis dan pelanggaran konstitusi, serta
maraknya kasus korupsi?
Oleh karena karena itu kepada segenap para
kader, eksponen dan pemimpin PBB mulai saat ini dan saat menghadapi Pemilu 2014
dan pemilihan Presiden nanti hendaknya lebih focus pada tugas masing masing di
setiap jenjang kepemimpinan. Hendaknya tetap berusaha melakukan kerja keras,
kerja sama dan kerja cerdas dalam melaksanakan jihad menegakkan syari’at Islam
di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Kita ingin dapat melanjutkan
perjuangan para pendahulu kita pendiri Negara ini dalam merumuskan Piagam
Jakarta yang memasukkan kata-kata “atas berkat rahmat Allah dan syari’at Islam”
di dalam Mukadimah dan Batang Tubuh Undang Undang Dasar 1945, hanya kemudian
ada yang mencoretnya.
Melalui Hari Bangkit ke 14 ini mari kita
mulai mempererat ukhuwah, memperkuat soliditas dan solidaritas, meningkatkan
kesungguhan dan disiplin berpartai, mempergiat berbagai kegiatan PBB yang pro
rakyat. Kita juga harus mempertinggi semangat jihad dan perjuangan, serta memperbesar
pengorban harta dan jiwa, dengan landasan iman, ilmu, amal dan tawakal kepada
Allah Subhanhu Wa Ta’ala. Semoga dengan semua itu PBB berhasil mencapai
kemenangan dan kejayaan, serta dalam meraih cita citanya yang mulia. Amien, Insya
Allah. (17 Juli 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar