Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Senin, 09 Juli 2012

Taukah engkau bunda, apa kesalahanku?






Tak 'kan kulupakan selama 'ku hidup tangismu yang 'tak kenal henti sejak hari penangkapanku...

Juga di setiap engkau menjengukku. Saat engkau berdiri di depan jendela besuk, air mata itu semakin deras mengalir, walau aku selalu senyum di hadapanmu...

Bunda... Janganlah terpikir dalam hatimu bahwa air matamu adalah barang sepele bagiku atau tidak berarti...Tidaklah begitu...

Semua orang, yang jauh ataupun yang dekat, telah mengetahui akan kecintaan dan baktiku padamu...

Hanya saja, engkaupun telah mengetahui wahai bunda, bahwa din Allah adalah lebih penting bagi kita semua... Tauhidullah adalah lebih kita cintai dari segalanya... Inilah udzurku wahai bunda, bila seandainya sayalah yang menjadi penyebab dari tangis dan kesedihanmu... Maka bersabarlah wahai bunda... 

Saya telah meyampaikan padamu berulang ulang bahwa kasus yang tengah kujalani ini adalah demi da'wah mulia... Demi dinullah dan tauhid...Maka cukuplah hal ini sebagai kebanggaanmu wahai bunda...

Saya melihat, engkau rela melakukan perjalanan jauh melintasi padang pasir, demi menjengukku... Di saat engkau menunggu lama di pintu penjara, engkau mendengar obrolan para wanita seputar kasus anak anak mereka, atau suami suami mereka atau saudara saudara mereka... Sebagian besar seputar masalah pencurian, perkosaan, narkoba, pembunuhan dan lain lain... Perhatikanlah wahai bunda... Betapa rendahnya kasus kasus tersebut, hingga dapat menjebloskan pelakunya ke dalam penjara selama bertahun tahun, memutus hubungan silatur rahim mereka dengan keluarganya, dengan orang orang yang mereka cintai, hingga menciptakan kekacauan yang besar... Hanya demi dunia yang fana... Atau demi syahwat sesaat yang hina...

Adapun kami wahai bunda... Saya telah berulang kali menjelaskan padamu perihal kasus dan tuduhan yang dituduhkan kepada kami. Kasus mulia, tinggi dan patut menjadi kebanggaan. Di zaman dimana sebagian besar orang berlutut menyerah dan tidak menolong din ini. Membungkukkan kepala mereka di hadapan para algojo musuh. Mereka puas dengan hidup hina. Mereka rela diam demi terlepas dari beban perjuangan ini. Maka engkau patut berbangga wahai bunda, atas tugas yang Allah anugerahkan kepada kami. Berdo'alah kepada Allah agar kita tetap tegar, agar Dia mengabulkan amalan kita dan menutup kehidupan kita dengan husnul khotimah. Kami menamai kasus kami ini dengan kasus لا إله إلا الله.

Kami sengaja untuk selalu mengumumkannya, menulisnya pada pintu tempat tidur kami, atau pada lembaran dan dokumen penjara. Agar hal ini menjadi pintu masuk untuk berda'wah kepada petugas keamanan penjara serta yang selain mereka, yang belum memahami kasus ini serta menjelekkannya. Yaitu ketika mereka dengan spontan bertanya: "Apakah لا إله إلا الله adalah sebuah kasus?"

Lalu kami semua menjawab: " "لا إله إلا الله. Begitulah yang mereka anggap".

Kemudian kami menjelaskan kepada mereka bahwa kalimat agung ini memiliki beban tugas, tuntutan tuntutan dan syasat syarat. Kalimat ini mengandung perkara perkara besar yang sebagiannya dapat mengokohkannya dan sebagian yang lain dapat membatalkannya. Yang dituntut tidak sekedar mengucapkannya saja, tapi juga menerapkannya.

Kemudian kami menjelaskan kepada mereka, bagaimana mereka telah bekerja siang malam demi robohnya kalimat ini beserta segala rukun rukunnya. Bagaimana mereka telah menjadi tentara musuh musuhnya, yang memeranginya dan memerangi penganut dan penolong penolongnya. Maka bagaimana mungkin mengucapkan kalimat ini dengan diiringi perbuatan perbuatan diatas dapat memberi manfaat bagi mereka.

Kalimat yang agung ini memiliki bala tentara yang berjihad demi menegakkannya. Yang rela mengorbankan waktu dan umur mereka demi mempertahankannya. Karena kalimat ini mereka dipenjara. Demi kalimat ini, demi menerapkan dan menegakkannya serta demi menegakkan syariatnya, mereka mendapatkan bala' dan disiksa. Dan kami berharap kepada Allah, agar Dia menjadikan kami termasuk dari mereka.

Kalimat inipun memiliki musuh musuh dan lawan lawan. Yang menolong apa apa yang bertentangan dan dapat membatalkan kalimat ini, yang berupa hukum hukum thogut dan din orang orang kafir. Perang diantara kedua kelopok ini terus berlanjut sejak Allah menciptakan makhluq... Dua kelompok yang berselisih... Dua kelompok yang selalu berselisih tentang Rob nya...

Diantara mereka (maksudnya diantara petugas keamanan penjara yang mendengar nasihat beliau ini. Pent) ada yang mengangguk nganggukkan kepalanya saat mendengar hal ini atau yang semisal. Mereka mengakui akan realita yang pahit ini, tetapi mereka beralasan dengan alasan mencari rezki dan nafkah anak anak serta alasan alasan lain yang serupa... Lalu kami menginkari alasan alasan mereka ini, yang dengannya mereka bergabung dan menolong kesyirikan. Bukankah Allah subhanahu wa ta'ala telah memperingatkan:

إن من أزواجكم و أولادكم عدوا لكم فاحذرهم

"Sesungguhnya diantara isteri isteri dan anak anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka waspadalah kalian terhadap mereka". (Surat At Taghobun : 14).

Dan bukankah Allah juga telah berfirman?:

قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملائكة غلاظ شداد لا يعصون الله ما إمرهم و 7فعلون ما يؤمرون

"Periharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, diatasnya terdapat malaikat malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalu melaksanakan apa yang telah diperintahkan kepada mereka". (Surat : 6).

Diantara mereka pula, ada yang semakin angkuh dan sombong serta berterusan di dalam kebatilannya. Maka tidaklah mengherankan bila dada dada musuh musuh Allah tesasa sesak mendengar da'wah agung ini, da'wah yang selalu menyingkap kebatilan mereka dan kebatilan arbaab (rob rob) mereka. Allah ta'ala berfirman:

وإذا ذكر الله وحده اشمأرت قلوب الذين لا يؤمنون بالآخرة وإذا ذكر الذين من دونه إذاهم يستبشرون

"Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, sesaklah hati orang orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, dan apabila nama sembahan sembahan mereka selain Allah yang disebut, tiba tiba mereka bergirang hati". (Surat Az Zukhruf : 45).

Dan tidaklah mengherankan jika mereka marah saat mendengar kami menerangkan kepada mereka hakekat tuduhan yang dituduhkan kepada kami... Sungguh Allah telah berfirman:

إنهم كانوا إذا قيل لهم لاإله إلاالله يستكبرون

"Sesungguhnya mereka, apabila dikatakan kepada mereka "laa ilaaha illaa Allah" (tidak ada ilah selain Allah) mereka menyombongkan diri. (Surat Ash Shoffaat : 35).

Semoga keselamatan bagimu wahai bunda...

Saya telah sering menjelaskan kepadamu bunda, akan tabiat dari jalan ini, dan bahwa ini adalah jalan para Rosul beserta jalan para pengikut dan hawariyyun mereka... Lalu masihkah selau menangis dan meneteskan air mata...?

Saya 'tak akan melupakan tangisanmu saat engkau hendak pamit dari kunjunganmu ketika 'idul adhha al mubarok. Janganlah terdetik dalam hatimu bunda saat melihat senyumku yang berterusan dari balik jendela besuk, bahwa saya mengabaikan dan menganggap remeh tangisanmu... Tidak, tidaklah begitu...

Akan tetapi harapan saya wahai bunda, kiranya engkau dapat mencoba melupakan perihal keadaan saya yang dipenjara, dan agar engkau dapat menyalurkan air mata dan kesedihanmu itu untuk sesuatu yang lebih agung dan lebih tinggi. Di hari itu pula aku membuat qoshidahku ini, untukmu bunda...


دينا جريحا ما عليه بواكيالا تبكني أماه وابك بلوعة
فلأجل ربي استطيب عذابياما كنت يوما رغم حبسي جاثيا
و أنا لربي قد نذرت حياتيافالسجن خير من حياة مذلة
والقوذ ليس بمطفئ أنوارياوالسجن ليس بحابس لي دعوتي
ورنينها يشجي ربوع فؤادياأنا هاهنا حر برغم سلاسلي
شعب يطأطئ للخيانة جاثياأنا هاهنا حر و دون قيودنا


Janganlah engkau menangisiku bunda.
Tangisilah din ini yang ditimpa bala.

Meski di penjara, aku pantang menyerah.
Demi Rob ku, siksaanpun 'kan terasa indah.

Penjara lebih baik dari hidup rendah.
Dan hidupkupun telah ku nadzarkan buat Allah.

Penjara 'tak akan merintangi da'wahku.
Juga belenggu 'tak akan memadamkan cahayaku.

Saya di sini merdeka meski dirantai.
Dan suaranya pun menenteramkan hati.

Saya disini merdeka, sedangkan mereka,
Mengangguk khianat lagi menyerah.


Hingga akhir bait bait qoshidah...

Ku ingat tangisanmu di jendela besuk... Dimana saya selalu bertanya kesana kemari, terkadang tentang keadaan ayah dan pekerjaan beliau... Terkadang pula tentang anak anakku dan kegaduhan mereka... Saya membawa pembicaraan kesana kemari, agar engkau lupa dari duka citamu. Bila percakapan kita mengarah ke masalah thogut atau anak buahnya, engkau menggigit bibirmu memberi isyarat: "Cukup, nanti mereka dengar!"

Ibu... Apa yang kita takutkan dan khawatiri..?

Tidakkah telah kuberitahu bahwa kami telah membuat mereka kenyang mendengar hal ini... Tidak ada satupun yang belum mereka dengar.. Allah... Saya melihat senyum bibirmu di tengah tangisanmu...

Berdo'alah buat keselamatan puteramu 'Ashim yang tengah tertawan. Bait bait syair ini kuhadiahkan buatmu...

أتعرفين جريمتي

ومن فؤادي بل من نزف شريانيمن عتمة السجن بل من نور إيماني1
أعددته في غد الأيام أكفانيأخط دعوتي بدمي علي ورق
تلك التي من أجلها زجوا بجثمانيأتعرفين يا أم أو تهمي
عن دحردعوتي أو من نزع إيمانيومزقوا جسدي من بعدي يئسوا
ولا أذل لطاغوت وخوانلأنني عشت لا أرضي بطاغية
من بطش جلادهم أو ظلم سجانلأنني لم أرتض صمتا يخلصني
براءتي من كفرهم جهرابأوطانيجريمتي أنني لازلت أعللها
فإنها منح من فضل رحمنفلاتقولي أضعت العمر في محن
فالله يرحمهم والله يرعانيولا تقولي صغارك لست ترحمهم
إني رضيت بعيش العز ديدانيفقر عينا ولا تبكي عفلي محني
الحاكمون به عبدوا كأوثانزنزانتي خور من صاحبت في زمن
فبندوقيتي يا أم الصاحب الثانيوإن أودعها يوما وأهجرها



Taukah engkau bunda, apa kesalahanku?

Dari kegelapan penjara dan cahaya imanku.
Dari lubuk hatiku dan danyut nadiku.

Kutulis da'wahku ini dengan darahku.
Yang kusiapkan sebelum datang kematianku.

Tahukah engkau bunda, apa kesalahanku?
Hingga dengannya mereka menghukumku.

Dan menyiksaku karena mereka tak mampu.
Memadamkan cahaya da'wah dan imanku.

Karena ku tak rela hidup bersama thogut.
Merendahkan diri di hadapan penghianat.

Karena ku tak sudi diam tak bicara.
Agar terlepas dari siksaan penjara.

Kesalahanku hanyalah sikap baro'ahku.
Dari kekafiran mereka dalam negeriku.

Janganlah menganggapku hanya buang buang waktu.
Bahkan inilah keutamaan dari Rob ku.

Jangan katakan kulalaikan anak anakku.
Allah lah yang menjaga mereka dan menjagaku.

Bergembiralah dan jangan menangisiku.
Ku rela hidup dengan kebiasaanku.

Selku, sungguh teman terbaikku.
Yang menghukumku diibadahi seperti berhala.

Bila kelak tiba masa bebasku
Maka senapan wahai bunda, teman keduaku.[2]


Abu Muhamad Al Maqdisi
Penjara Al Balqo 1418 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar