Arti Kemenangan.
pertama : Bahwa seorang mujahid apabila ia telah keluar berjihad, maka berarti ia telah meraih kemenangan dalam menghadapi jiwanya dan dalam menghadapi delapan hal yang ia cintai yang telah disebutkan oleh Allah dalam ayat (yaitu dalam ayat 24 dari surat At Taubah. pent) serta hal hal yang bercabang hal itu.
kedua : Dan apabila seorang mujahid telah keluar (untuk berjihad), maka ia telah meraih kemenangan dalam menghadapi syetan yang menyertainya yang telah disebutkan dalam sebuah hadits bahwa syetan tersebut menghadangnya di jalan jihad agar mencegahnya dari jihad.
Ketiga : Dengan keluarnya untuk berjihad, maka ia telah meraih kemenangan, karena ia telah menjadi golongan yang telah disebutkan oleh Allah ta'ala:
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا وإن الله لمع المحسنين
"Dan orang orang yang berjihad untuk mencari keridhoan Kami, benar benar Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar benar beserta orang orang yang bebuat baik." (Al Ankabuut:69).
Mendapatkan petunjuk (hidayah) adalah kemenangan terbesar, karena merupakan langkah pertama menuju surga.
Keempat : Dengan keluarnya ia menuju jihad, maka ia telah meraih kemenangan dalam menghadapi orang orang yang melemahkan semangat (menggembosi) dari kaumnya, serta dalam menghadapi orang orang yang menghalang halangi dari berjihad dengan segala cara dan tipu daya.
Kelima : Kemenangan seorang mujahid juga berupa ketegarannya di atas jalan jihad, meskipun ia sangat lelah dan ditimpa godaan serta ditelantarkan oleh banyak orang. Allah ta'ala berfirman:
يثبت الله الذين امنوا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفي الاخرة ويضل الله الظالمين ويفعل الله ما يشاء
"Allah meneguhkan orang orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan dunia dan di akherat, dan Allah menyesatkan orang orang yang zalim dan Dia berbuat apa yang Dia kehendaki." (Ibrahim : 27)
Maka barang siapa yang teguh di atas jalan jihad dan terus menjalankan syi'ar ini serta menjadi golongan yang disebutkan dalam ayat ini, maka hal ini adalah kemenangan yang hakiki.
Keenam : Kemenangan seorang mujahid juga berupa kesiapannya untuk mengorbankan jiwa, waktu dan hartanya demi prinsip prinsipnya dan demi menolong aqidah dan Din nya. Karena pengorbanan untuk Din ini adalah merupakan sebuah kemenangan, baik kemenangan (militer) menjadi miliknya atau milik musuhnya.
Ketujuh : Dan diantara makna kemenangan adalah pertolongan Allah untuk memenangkan hamba hamba-Nya secara hujjah dan bayan. Dengan perantara jihad, maka kebenaran (al haq) menjadi nampak dan tinggi, sebagaimana kemenangan yang telah diraih oleh Al Ghulam (baca kisah ashhabul ukhdud. pent).
Kedelapan : Diantara bentuk kemenangan yang Allah berikan kepada para mujahidin adalah dibinasakannya musuh musuh mereka dengan malapetaka dari sisi Allah, dan sebab dari malapetaka tersebut adalah jihadnya para mujahidin, sebagaimana yang telah terjadi pada kaum kaum para Nabi dahulu.
Kesembilan : Diantara bentuk kemenangan adalah menjadinya jihad sebagai penyebab kemiskinan orang orang kafir dan matinya mereka di atas kekafirannya serta tidak adanya petunjuk bagi mereka. Ini termasuk kemenangan terbesar. Tindakkan mereka yang memerangi Din dan para mujahidin, menjadi sebab kesesatan dan keterpurukan mereka ke dalam kekafiran sampai mati, sebagaimana yang telah terjadi pada diri fir'aun atas do'a Nabi Musa dan Nabi Harun 'alaihimassalam.
Kesepuluh : Diantara bentuk kemenangan adalah Allah menjadikan sebagian hamba hamba-Nya sebagai syuhada. Allah ta'ala berfirman:
وتلك الأيام نداولها بين الناس وليعلم الله الذين امنوا ويتخذ منكم شهداء والله لا يحب الظالمين
"Dan masa kejayaan itu Kami pergilirkan diantara manusia, dan supaya Allah membedakan orang orang yang beriman (dengan orang orang yang kafir) dan supaya Dia menjadikan sebagian diantara kalian sebagai syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang orang zalim. (Ali 'Imran:140).
Setiap orang yang beramal dan bersusah payah untuk Allah ta'ala adalah untuk dapat masuk surga, sedangkan jihad adalah jalan pintas untuk dapat masuk surga, dan kesyahidan adalah kemenangan terbesar yang lazim untuk didapatkan oleh seorang mujahid.
Kesebelas : Diantara bentuk kemenangan juga adalah kemenangan di lapangan, menang di medan tempur. Ini yang telah diketahui maknanya oleh setiap orang, dan banyak dari mereka yang membatasi kemenangan hanya pada bentuk ini saja, ini menunjukkan adanya kekacauan dalam pemahaman. Harus memperhitungkan semua bentuk bentuk kemenangan yang telah disebutkan diatas beserta segala sesuatu yang semakna dengannya.
Arti Kekalahan.
Pertama: Mengikuti millah dan hawa nafsu orang orang kafir.
Allah ta'ala berfirman:
ولن ترضي عنك اليهود ولن النصاري حتي تتبع ملتهم قل إن هدى الله هو الهدى ولئن اتبعت أهواءهم بعد الذي جاءك من العلم ما لك من الله من ولي ولا نصير
"Orang orang yahudi dan orang orang nashrani sekali kali tidak akan senang kepada kamu sampai kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu". (Al Baqarah:120).
Allah ta'ala berfirman dalam ayat yang lain:
ولئن اتبعت أهواءهم من بعد ما جاءك من العلم إنك إذا لمن الظالمين
"Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka setalah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang orang zalim". (Al Baqarah:145).
Ketika seorang muslim murtad dan mengumumkan sikapnya untuk mengikuti millah yahudi atau nashrani atau apapun millah kafir yang lain seperti sekulerisme atau ba'atsiyah atau komunisme atau hadatsiyah (atau demokrasi atau pancasila. pent), baik mengikuti secara keseluruhan ataupun sebagian saja, sesungguhnya hal ini termasuk kekalahan yang paling besar, hatta walaupun orang tersebut berhasil mendapatkan keridhoan (kerelaan) dari yahudi atau nashrani atau dari millah millah kafir yang lain, dan walaupun ia berhasil mendapatkan kemakmuran, kepemimpinan dan kekuasaan yang mana hal itu semua tidak akan ia dapati bila ia tidak mengikuti mereka.
Kedua: Mudahanah kepada orang orang kafir.
Allah ta'ala berfirman:
فلا تطع المكذبين، ودوا لو تدهن فتدهنون
"Maka janganlah kamu taati orang orang yang mendustakan (ayat ayat Allah) itu. Mereka menginginkan agar kamu bersikap lunak, maka merekapun akan bersikap lunak". (Al Qalam:8-9).
Larangan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada Rosul-Nya shollallahu 'alaihi wa sallam dari sikap mentaati (mengikuti) orang orang yang mendustakan ayat ayat Allah (yaitu orang orang kafir Mekah) karena hal tersebut bertentangan dengan al haq. Al Qurthubi rohimahullah berkata dalam tafsir beliau (18:230): "Dia (Allah) telah melarang beliau dari sikap condong kepada orang orang musyrikin. Mereka (orang orang musyrik) telah menyeru beliau agar beliau membiarkan mereka (dalam keyakinan mereka, tidak mengkafirkan dan tidak mencelanya. pent) agar mereka juga membiarkan beliau (dalam berdakwah. pent). Maka Allah Ta'ala menerangkan bahwa sikap condong kepada mereka adalah sebuah bentuk kekafiran, Allah berfirman:
ولولا أن ثبتباك لقد كدت تركن إليهم شيئا قليلا
"Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir hampir condong sedikit kepada mereka". (Al Israa:74).
Beberapa kaum telah sesat, mereka menyangka bahwa mudahanah (sikap condong / lunak / cari muka / menjilat. pent) yang diharamkan adalah mudarah (sikap lembut dalam berbicara. pent) yang diperbolehkan, sehingga mereka membuka pintu hazimah (kekalahan) karena kebodohan atau pura pura bodoh, menyangka bahwa yang mereka buka adalah pintu mudaroh syar'iyyah."
Untuk menjelaskan hal ini maka kami katakan: Bahwa pembahasan mudaroh berbeda dengan pembahasan mudahanah. Mudaroh diperbolehkan sedangkan mudahanah tidak. Mudaroh adalah sikap lembut dalam berbicara di hadapan orang yang tidak sepandapat, sikap halus dan ramah, dan tidak mengandung sikap menyetujui dan mengakui kebatilan atau yang serupa dengannya. Bila terdapat pengakuan atau persetujuan kepada kebatilan, maka perbuatan ini telah berubah menjadi mudahanah. Dalam hadits بئس أخو العشيرة Rosulullah sama sekali tidak menyetujui kebatilan sedikitpun, dan beliaupun tidak melakukan kemaksiatan (dan mustahil beliau melakukannya), akan tetapi hanya untuk mencegah kejelekan dan yang lainnya dengan cara yang masyru' yang tidak bercampur dengan kemaksiatan. Banyak hadits hadits yang memuji sikap mudaroh kepada manusia, karena terkadang hal tersebut termasuk dari akhlak yang baik.
Perbedaan antara mudaroh dan mudahanah adalah, bahwa mudaroh adalah sikap mengorbankan dunia untuk mendapatkan dunia atau Din atau kedua duanya, dan ini hukumnya mubah dan bisa jadi mustahab. Sedangkan mudahanah adalah sikap meninggalkan Din untuk kepentingan dunia. Dari keterangan diatas , menjadi jelas lah akan kekalahan (hazimah) banyak kaum yang menisbatkan diri mereka kepada Islam sekarang ini ketika mereka ber-mudahanah kepada musuh musuh Allah subhanahu wa ta'ala, menipu diri mereka sendiri, dan menipu manusia dan berkata bahwa hal tersebut adalah mudaroh yang syar'i, padahal itu tidak lain hanyalah kekalahan telak dan mudahanah buta yang menjadikan al haq menjadi kebatilan, dan kebatilan menjadi al haq, mengorbankan Din untuk kepentingan dunia dan kepentingan personal yang hina. Maka nilai kemenangan apa lagi yang masih tersisa setelah kekalahan telak ini.
Ketiga: Condong dan cenderung kepada orang orang kafir dan orang orang ahlul bathil.
Allah ta'ala berfirman:
وإن كادوا ليفتنونك عن الذي أوحينا إليك لتفتري علينا غيره وإذا لاتخذوك خليلا، ولولا أن ثبتناك لقد كدت تركن إليهم شيئا قليلا، إذا لأذقناك ضعف الحيات وضعف الممات ثم لا تجد لك علينا نصيرا
"Dan sesungguhya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu mengarang ngarang yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka menjadikan kamu sebagai sahabat setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir hampir condong sedikit kepada mereka. Kalau sudah demikian, sungguh Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu pula (siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami." (Al Israa' : 73-75)
Barangsiapa yang condong atau mentaati orang orang kafir atau orang orang zalim, meskipun ia diancam dengan neraka dan azab di akherat, dengan sikap condong dan taatnya ia kepada orang orang kafir ini, berarti ia telah mengumumkan bahwa ia telah kalah telak, dan bahwa prinsip prinsip yang sebelumnya ia pegang telah hilang tanda tandanya akibat sikap kecondongan ini, walaupun ia masih mengaku ngaku tidak akan menyimpang dari prinsip prinsipnya. Akan tetapi sikapnya yang condong dan taat kepada orang orang zalim atau kafir ini telah mendustakan pengaku ngakuannya tersebut dan menjelaskan bahwa dia telah kalah. Tidak ada nilai bagi suatu prinsip bila didustakan oleh amalan, keadaannya tidak lebih dari pengaku ngakuan palsu dan hitam di atas putih belaka. Berpegang teguh kepada prinsip tidak akan selaras dengan sikap condong kepada apa yang diinginkan oleh orang orang zalim dan orang orang kafir, ini sejatinya adalah kekalahan yang memalukan.
Barang siapa yang mentadabburi makna makna kemenangan dan kekalahan diatas, maka jelas baginya kebodohan orang yang mengklaim akan kalahnya Imaroh Islam dan amirul mu'minin Al Mula Umar hafidhohullah, bahkan mereka telah menang terhadap dunia internasional. Allah telah memberi keutamaan kepada mereka sehingga mereka dapat meraih banyak dari bentuk bentuk kemenangan. Allah telah merahmati dan menjaga mereka dari ditimpa kekalahan. Kita memohon kepada Allah agar Dia meneguhkan para mujahidin, dan agar Dia menganugerahkan kepada mereka kemenangan di medan tempur. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas hal tersebut.
Seorang muslim harus berpegang teguh kepada aqidah dan prinsip prinsipnya serta selalu mengikrarkan bahwa dia adalah mulia dan dialah yang menang meski ia ditimpa rasa lelah dan luka, Allah ta'ala berfirman:
ولا تهنوا ولا تحزنوا وأنتم الأعلون إن كنتم مؤمنين، إن يمسسكم قرح فقد مس القوم قرح مثله وتلك الأيام نداولها بين الناس، وليعلم الله الذين آمنوا ويتخذ منكم الشهداء والله لا يحب الظالمين
"Janganlah kalian bersikap lemah dan janganlah kalian bersedih hati, padahal kalianlah orang orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kalian orang orang yang beriman. Jika kalian mendapat luka maka sesungguhnya kaum kafirpun mendapat luka yang sama. Dan masa kejayaan itu Kami pergilirkan diantara manusia, dan supaya Allah membedakan orang orang yang beriman (dengan orang orang yang kafir) dan supaya Dia menjadikan sebagian diantara kalian sebagai syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang orang zalim. (Ali 'Imran:139-140).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar