Oleh: BM Wibowo (Sekjen DPP Partai Bulan Bintang)
Dengan luas daratan 1,86 juta km2, Indonesia termasuk Negara terbesar
bersama China, Rusia,Kanada, Amerika Serikat, Brazil, Argentina,
Australia, India, dan beberapa Negara Afrika. Tetapi kelebihan Indonesia
adalah luas lautannya, yang menjadikannya diantara Negara dengan
penguasaan terluas di dunia. Maka menjadi aneh bila di negeri bahari
ini nasib nelayan tak kunjung membaik, petani garam sengsara, dan ikan
impor serta garam impor terus datang menyerbu. Lebih menggenaskan, kita
tidak mampu memastikan apakah ikan yang diimpor dengan harga lebih murah
itu bukan berasal dari laut Indonesia yang dicuri kapal-kapal asing?
Pokok masalahnya adalah kita kedodoran menjaga segala kelebihanyang
dimiliki. Punya hutan luas tak mampu melestarikan.Punya lahan luas tak
terpikir mendistribusikan kepada petani, malah membagi-bagikan kepada
konglomerat. Punya tambang luas lupa mencegah pencemaran karena silau
iming-imingnya investor.
Logikanya, bila menjaga milik sendiri saja tak mampu, bagaimana
memainkan peran lebih luas menekan Negara lain, seperti China di
Kepulauan Spratley atau Australia di Celah Timor? Solusinya pada kemaun
para pemimpin bangsa, kesungguhan mengangkat nasib rakyat, visi serta
mimpinya untuk menjadikan Indonesia Negara yang disegani. Pemimpin yang
biasa-biasa saja, menjalankan birokrasi sebagai rutinitas dan kebanggan,
malah berpikir besar dan strategis, takut tekanan Negara lain, akan
menghilangkan kesempatan dan momentum. Ketika tersadar, nasi telah
menjadi bubur, terlambat karena semua potensi telah dikangkangi oleh
pemodal asing, dan kita tak punya apa-apa lagi. Bungkusnya besar isinya
kosong melompong. Kita mencari pemimpin dengan mimpi besar untuk
mewujudkan kemajuan besar sebagai bangsa dan Negara besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar