Oleh : Alit Rahmat
Menarik untuk diurai, berbagai persoalan ketika Mubaligh menjelaskan berbagai hambatan-hambatan yang dihadapi kaum muslimin dalam menjelaskan wajibnya Syariat Islam, salah satu hambatan yaitu terdapatnya pemikiran –pemikiran yang tidak Islami (wujudu afkari ghoiru al islamiyah) hal ini disebabkan negeri kita yang mayoritas penghuni Islam sedang mengalami kemunduran dan kedangkalan berpikir, Kaum muslimin bangsa kita didominasi oleh pemikiran sekuler yang dibangun atas dasar pemahaman kehidupan yang keliru, atas pemikiran yang terkontaminasi, jadilah pemikiran-pemikiran yang tidak Islami tumbuh subur. Munculah intelektual-intelektual yang sekedar membebek ke ide-ide yang tidak Islami
Kenyataan inilah yang sekarang sedang terjadi di dunia Islam. Kehadiran intelektual atau pemikir liberal di dunia Islam termasuk Indonesia mencerminkan kemunduran berpikir. Para intelektual dan pemikir liberal ini dengan bangganya menyerukan ‘liberalisme’ Islam dari segala aspek. Termasuk pemikiran Islam. Di sisi lain, para pemikir ini demikian ‘alergi’ nya dengan pemikiran Islam seperti syariat Islam. Kemunduran berpikir inilah yang melahirkan sikap inferior (rendah diri) saat menghadapi pemikiran Barat.
Namun bisa dimengerti kenapa perasaan inferior (rendah diri) ini muncul. Pola pendidikan Islam yang ada di dunia Islam memang dalam keadaan yang jumud (stagnan). Di pesantren atau madrasah para pelajar Islam banyak mengkaji tsaqofah Islam klasik seperti bahasa Arab, ilmu hadits dan Al Qur’an, ushul fiqh maupun fiqh. Namun saat berhadapan dengan persoalan-persoalan kemanusiaan kontemporer seperti kemunduran, kemiskinan, kebodohan yang menimpa umat, ternyata ilmu-ilmu yang dipelajari tersebut ‘gagal’ merespon persoalan aktual tersebut. Dari sinilah muncul anggapan yang keliru tentang tsaqofah Islam (ilmu-ilmu Islam) yang dipelajari tersebut. Berkembanglah kemudian tuntutan agar pemikiran Islam tersebut harus dicerahkan dan dibebaskan.
Disisi lain, saat para Mubaligh bersinggungan dengan pemikiran Barat seperti Kapitalisme dan sosialisme, para pelajar Islam ini melihat kemampuan dua Ideologi ini untuk memberikan solusi yang praktis terhadap persoalan kemanusiaan aktual. Tidak mengherankan kemudian kalau banyak pelajar Islam terpikat pada dua ideologi ini. Ada yang secara mentah-mentah kemudian mengadopsi pemikiran Kapitalisme dan sosialisme, namun ada juga yang berupaya untuk mengkaitkannya dengan Islam. Muncul-lah istilah-istilah liberalisme Islam atau sosialisme Islam.
Para Mubaligh Bulan Bintang harus mampu memberikan solusi untuk dijadikan agenda penting dalam menghadapi kondisi terpuruk diatas.
Agenda pertama, membina umat terutama para intelektualnya dengan pemikiran Islam yang mabda’i (ideologis). Dalam hal ini harus dijelaskan kepada umat secara gamblang bahwa Islam memang mampu meyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan mereka secara aktual. Karena itu pemikiran Islam harus dibangun secara mabda’i (ideologis) dengan tetap berbasis kepada aqidah dan syariah Islam. Disinilah letak penting melakukan pengkajian yang lebih detail tentang sistem ekonomi Islam, sistem politik Islam, sistem pendidikan Islam dan yang lainnya. Pemikiran Islam harus disampaikan secara utuh. Tidak terjebak sebatas membahas aqidah saja, atau fiqh ibadah saja atau akhlak saja.
Pembahasan Islam juga harus dikaitkan dengan fakta-fakta aktual sekarang. Setelah dikaji secara mendalam fakta aktual kemudian dijelaskan bagaimana Islam menyelesaikan persoalan tersebut. Sebagai contoh saat terjadi krisis Sembako, BBM, pemikiran Islam harus merespon persoalan ini. Dikaji bagaimana fakta krisis Sembako dan BBM ini dan diberikan solusi Islam tentang persoalan ini.
Targetnya, muncul keyakinan pada umat terutama para pemikirnya bahwa pemikiran Islam memang bisa menjelaskan setiap persoalan kehidupan mereka. Tanpa mereka harus membebek kepada ideologi Barat seperti kapitalisme dan sosialisme. Maka sikap inferior yang melanda pemikir Islam akan hilang.
Ketika umat dengan gamblang melihat ternyata pemikiran Islam berupa syariah Islam mampu menjawab persoalan kemanusiaan, upaya-upaya untuk menjauhkan umat dari syariah Islam dengan alasan liberalisasi akan dengan sendirinya tertolak. Umat akan melihat bahwa para pengkritik syariah Islam, justru menjadi intelektual mandul yang hanya bisa mengkritik tapi tidak bisa memberikan solusi.
Agenda yang kedua adalah menjelaskan kepada umat kepalsuan dan kebobrokan ide-ide selain Islam seperti Kapitalisme dan sosialisme. Dijelaskan pula kepada umat apa bahaya dari ide-ide tadi dan bagaimana pertentangan ide-ide tadi dengan Islam. Disinilah letak penting menjelaskan kepalsuan dan kedustaaan ide sekulerisme, demokrasi, liberal, pluralisme dan turunan-turunan pemikiran kapitalis lainnya. Perlu dijelaskan secara gamblang bahwa sekulerisme telah membawa penderitaan kepada umat manusia. Ide demokrasi yang mengklaim dirinya sebagai representasi suara rakyat, kenyataannya tidak lah seperti itu. Kebijakan-kebijakan yang diambil diparlemen tidaklah mencerminkan kehendak rakyat sebenarnya tapi elit-elit politik yang berkoalisi dengan pengusaha kapitalis. Contohnya, kebijakan BBM yang jelas merugikan rakyat dan tidak dikehendaki oleh rakyat tetap didukung oleh parlemen, lantas apa benar parlemen mencerminkan suara rakyat ?
Demokrasi perlu dijelaskan juga pertentangannya dengan Islam. Sebab demokrasi telah menyerahkan kedaulatan membuat hukum kepada manusia. Sementara dalam Islam, kedaulatan hukum hanyalah milik Allah SWT semata. Demikian juga ide liberalisme, dijelaskan pertentangannya dengan Islam. Bahwa dalam Islam, manusia tidak dibiarkan melakukan apa saja sesuai dengan seleranya, namun setiap muslim wajib terikat pada syariat Islam dalam segala tingkah lakunya.
Tidak berhenti sampai disana perlu dijelaskan pula apa bahaya ide-ide kapitalis ini ditengah-tengah umat. Kebijakan ekonomi liberal misalkan nyata-nyata telah mensengsarakan umat seperti kenaikan BBM, privatisasi pendidikan dan rumah sakit. Ekonomi liberal ini juga hanya memihak kepada para kapitalis (pemilik modal) dengan mengeksploitasi kekayaan alam di dunia Islam, sementara rakyatnya hidup merana. Secara gamblang harus dijelasakan kepada umat kebijakan-kebijakan kapitalis ini hanya menguntungkan penjajahan. Karena itu hubungan-hubungan para propagandis ini dengan penjajah baik dalam pemikiran, modal, konspirasi harus diungkap secara gamblang di tengah-tengah umat. Olwh para Mubaligh
Berbagai kasus yang meresahkan seperti sholat berbahasa Indonesia, wanita jadi Imam dan Khotib jumat, ibadah haji bukan pada Dzulhijjah, termasuk draft counter legal Kompilasi Hukum Islam, dukungan kelompok liberal terhadap pornografi, merupakan implikasi dari paradigma berpikir liberal yang berbahaya.
Kalau kesadaran akan keburukan ide kapitalisme ini sudah terwujud maka berbagai propaganda ide-ide liberal tidak akan laku ditengah-tengah umat.. Umat justru akan melihat yang menyerukan ide-ide liberal ini tidak lain adalah kaki tangan penjajah yang ingin melestarikan penjajahan dan kesengsaraan umat
Agenda yang ketiga; melakukan dakwah yang sifatnya politik dengan mengajak umat untuk menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Penting dipahamkan di tubuh umat, persoalan mereka bukanlah sebatas adanya pemikir-pemikir liberal sebagai agen penjajah Barat yang menghadang penerapan syariah Islam. Tapi semua ini berpangkal dari tidak adanya institusi yang menerapkan syariah Islam secara kaffah sehingga kehidupan Islam bisa diterapkan secara menyeluruh. Yakni tidak adanya Khilafah Islam. Karena itu dakwah Islam haruslah mengarah kepada penerapan syariah Islam secara menyeluruh dalam Negara Republik ini.
Dakwah harus bersifat politis dalam pengertian dakwah harus diarahkan pada pembentukan kekuatan politik umat sehingga umat bisa mengatur diri, keluarga dan kehidupan mereka dalam bernegara berdasarkan syariah Islam. Dakwah bukan sekedar mengajak kesolehan ritual dan individual atau sekedar akhlak saja. Tapi mengarah pada penegakan syariah Islam secara menyeluruh.
Umat juga tidak boleh terjebak pada perdebatan pemikiran yang semata-mata untuk memuaskan intelektual mereka seperti yang terjadi pada propagandis liberal. Mereka membahas Islam bukan untuk dilaksanakan, tapi untuk ditolak penerapannya. Atau sekedar memuaskan intelektual. Tapi pergolakan pemikiran itu harus mengarah pada penerapan syariah Islam secara kaffah dan menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan.
Penerapan syariah Islam secara kaffah dan menyeluruh ini sekaligus nanti akan menjadi jawaban yang paling menyakinkan bagi para propandis liberal yang menolak syariah Islam. Tuduhan-tuduhan palsu mereka tentang syariah Islam akan tampak jelas kebohongannya. Dengan penerapan Islam secara kaffah dan menyeluruh ini akan secara gamblang memberikan gambaran bahwa syariah Islam itu bukan utopis tapi riil keberadaannya. Tertolak juga tuduhan bahwa syariah Islam itu menyebabkan kemunduran, menyengsarakan kelompok minoritas dan wanita. Semuanya akan terbantah secara gamblang kalau Negara republik Indonesia ini berdasarkan landasan Islam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar