Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Senin, 12 Desember 2011

Pengamat: 2012 SBY Tumbang

Pengamat: “2012 SBY Tumbang!”
JAKARTA – KabarNet: Kenyataan makin sulitnya hidup rakyat sesungguhnya mengkonfirmasi bahwa krisis ekonomi 2012 sudah terjadi dimulai dari sekarang. Namun pemerintah masih sering membohongi rakyat dengan menggunakan angka-angka statistik yang bertolak belakang dengan kenyataan yang ada. Berita yang disiarkan oleh media dipenuhi dengan pernyataan-pernyataan yang menunjukkan bahwa Rakyat Indonesia sedang marah dan sudah tidak percaya lagi kepada pemerintah. Artinya, Rezim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada hakikatnya sudah selesai. Karena tak satu pun rezim yang dibangun dengan kebohongan mampu bertahan.
Begitulah kesimpulan yang bisa ditarik dari sebuah diskusi bertajuk “Krisis Ekonomi dan Jatuhnya Pemimpin” yang diadakah di Rumah Perubahan, pada hari Selasa (15/11/2011). Dalam dialog tersebut hadir ekonom senior nasional yang juga tokoh penggiat wacana perubahan DR. Rizal Ramli, anggota F-PKB DPR Lily Wahid, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, dan Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti.
Dalam diskusi tersebut, Ray Rangkuti memprediksikan bahwa Presiden SBY akan ‘goyang’ pada tahun 2012. Pada kenyataannya, partai-partai politik anggota Sekretariat Gabungan (Setgab) yang semula sangat diandalkan untuk mendukung kekuasan Presiden SBY, pada akhirnya akan menyadari bahwa keberadaan mereka hanya dimanfaatkan untuk melanggengkan kekuasaan rezim SBY. Hal itulah yang menjadikan sebab bahwa Setgab tersebut sebenarnya tidak kokoh.
“Kalau kita perhatikan, sesungguhnya tidak ada satu kekuatan pun yang kini berpendapat SBY harus dipertahankan sampai 2014. Saya kira, pada 2012 SBY akan benar-benar jatuh. Bukan semata-mata karena soal kesejahteraan, tapi karena dia tidak sesuai dengan janji-janjinya dan ekspektasi rakyat. Seperti, memberantas korupsi, kasus Century yang tidak kunjung tuntas, dan lainnya. SBY banyak berbohong. Tidak ada satu pun rezim yang dibangun dengan kebohongan yang mampu bertahan. Dan, pada 2012 ini kebohongan-kebohongan itu akan ‘mengejar’ para pelakunya,” demikian Ray Rangkuti menandaskan.
SBY akan tumbang karena krisis ekonomi 2012
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon berpendapat bahwa krisis ekonomi bisa menjatuhkan sebuah rezim yang sedang berkuasa. Hal ini pernah terbukti dengan tergulingnya Soeharto dari kekuasaannya yang lebih dari 30 tahun. Walaupun ketika itu IMF, Bank Dunia serta para analis dalam negeri dan luar negeri beramai-ramai mengatakan bahwa fundamental ekonomi Indonesia kuat. Krisis ekonomi yang sama sesungguhnya kini juga sudah terjadi.
Fadli mengatakan bahwa SBY telah banyak melakukan kebohongan. Angka-angka statistik yang diandalkannya seperti pertumbuhan ekonomi, kurs rupiah, jumlah penduduk miskin yang terus turun, memang terlihat bagus. Namun pada prakteknya dalam kehidupan sehari-hari rakyat semakin susah.
“Survei internal Partai Gerindra menunjukkan masalah utama yang dihadapi rakyat adalah naiknya harga yaitu 30%. Setelah itu masalah sulitnya pekerjaan dan korupsi yang merajalela. Ke depan, harga-harga akan makin kacau karena pemerintah menganut sistem ekonomi neolib. Ini akan memicu kemarahan rakyat. SBY sudah selesai!” pungkas Fadli Zon.
Opini yang sama juga dilontarkan oleh DR.Rizal Ramli. Mantan Menko Perekonomian ini memberikan contoh pada tahun 1996, dimana tidak ada satupun pihak yang menduga bahwa presiden Suharto akan jatuh. Bahkan sebaliknya banyak analis dari dalam dan luar negeri memuji-muji fundamental ekonomi Indonesia. Hanya ECONIT yang ketika itu menerbitkan kajian berjudul 1997 sebagai Tahun Ketidak-pastian. Pada kenyataannya prediksi itu benar. Krisis ekonomi terjadi dan berdampak luar biasa bagi Indonesia yang sekaligus menjadi penyebab jatuhnya rezim Suharto.
Saat ini dunia, khususnya Amerika dan Eropa, juga sedang dilanda krisis. Padahal, kedua kawasan ini menjadi pasar utama bagi tujuan ekspor Indonesia. Sementara itu, beratnya beban hidup serta korupsi yang sistemik dan massif menurunkan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Namun sayangnya pemerintah sekarang tidak kunjung belajar dari kesalahan yang pernah terjadi di masa lalu. Indikasi tentang hal dilihat dari masih belum berubahnya sistem ekonomi neo-liberal yang dianut oleh pemerintah ke sistem ekonomi kerakyatan yang sesuai dengan konstitusi Indonesia.
Krisis ekonomi bisa menjatuhkan pemimpin. Itu sudah terjadi di Yunani, Italia, Irlandia, dan banyak negara lain. Pada saat yang sama, pemerintah selalu membanggakan besarnya cadangan devisa yang US$110 miliar. Tidak pernah dijelaskan, dari jumlah itu berapa yang benar-benar dimilik negara. Padahal, negara hanya punya 25%. Sisanya adalah uang panas milik swasta yang sewaktu-waktu bisa ditarik kapan saja mereka mau. Kalau sudah begitu Indonesia bisa collaps. Ditambah dengan kepercayaan rakyat yang turun, pemerintah memang bisa jatuh,” tutur DR.Rizal Ramli.
SBY tidak punya rasa empati
Menurut pandangan anggota F-PKB DPR Lily Wahid, Presiden SBY terbukti tidak memiliki rasa empati terhadap penderitaan rakyat. Di tengah himpitan harga berbagai barang kebutuhan dan jasa yang terus melonjak, SBY justru malah sibuk membuat lagu. Seharusnya dia mengambil perannya sebagai Presiden dan kepala negara untuk menyelematkan rakyatnya dari keterpurukan.
Saya kira ini tanda-tanda semakin dekatnya kejatuhan SBY. Indonesia seperti apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu di kemudian hari? Tidak mungkin kita serahkan masa depan Indonesia kepada pemerintah sekarang yang benar-benar neolib. Untuk itu, mari kita bergandeng tangan untuk melakukan perubahan, tentu saja dengan tetap berdoa kepada Allah SWT,” papar Lily yang juga adik kandung mendiang Presiden KH.Abdurahman Wahid (Gus Dur). [KbrNet/Adl]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar