JAKARTA, KOMPAS.om- Perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II adalah hak prerogatif Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Artinya, Presiden Yudhoyono-lah yang akan menjadi penentu terakhir nasib menteri menjelang dua tahun pemerintahannya, 20 Oktober mendatang.
Namun, Presiden Yudhoyono tentu saja tak sendirian. Menurut Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi dan Politik Daniel Sparringa, dalam pesan singkatnya, Selasa (20/9/2011) lalu, Presiden Yudhoyono dibantu Wakil Presiden Boediono. "Mereka berdua yang membahasnya secara terbatas," tandas Daniel.
Akan tetapi, menurut sumber Kompas lainnya di lingkungan pemerintahan, Selasa malam, ada sejumlah nama yang dilibatkan untuk memberikan pertimbangan dalam penilaian dan mengevaluasi kabinet. "Untuk mengukur kinerja dan hasil kerja para menteri, Presiden membaca lebih dulu hasil evaluasi Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pemerintah (UKP4) yang dipimpin Kuntoro Mangkusubroto," tandasnya.
Selanjutnya, untuk menilai menteri-menteri lainnya, Presiden meminta bantuan untuk memberikan pertimbangan. Sebut saja, menteri yang berasal dari partai politik, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, yang juga Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN), ikut dilibatkan. Juga Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, serta Sekertaris Kabinet Dipo Alam, ikut dilibatkan dalam pembahasan kocok ulang kabinet tersebut.
Djoko belum berhasil dikonfirmasi, juga Dipo Alam yang masih ikut dalam rombongan Presiden Yudhoyono. Namun, Sudi yang ditanya Rabu (21/9) pagi ini hanya berkomentar dan tersenyum, "Ikut atau tidak ikut 'kan saya tidak boleh berbicara... hehehe."
Sedangkan Hatta Rajasa yang dikonfirmasi tertawa, "Ah, siapa yang bilang? Itu (membantu), bisa saja. Akan tetapi, keputusan, kan, ada tangan di Presiden."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar