Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Rabu, 16 November 2011

Etalase Pejabat


KEBERANIAN Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas melontarkan kata perlente kepada pejabat pemerintah dan anggota dewan perlu diacungi jempol.
Meski tidak bisa digeneralisir, namun sindiran Busyro atas sikap pejabat yang kerap bergaya perlente itu nyata adanya. Bukan hanya sang pejabat, tetapi juga istri dan anak.

Pada suatu kesempatan, sekira tiga atau empat tahun lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meninjau suatu daerah cukup terpencil di sudut Tanah Air. Persiapannya cukup menarik untuk diperhatikan.

Pemerintah daerah setempat, membangun gedung baru, jalanan diperbaiki, panggung, nyanyian, dan hiburan dipersiapkan. "Penyambutan" dilakukan sangat serius, maklum saja baru kali pertama itu presiden  menginjak daerah itu sejak Indonesia merdeka.

Yang unik adalah memperhatikan perilaku pejabat setempat. Mereka menyambut tamu dari "kota" itu dengan wah, bahkan berlebihan.

Rombongan diservis bak pemilik daerah. Menu restoran dipesan sampai habis. Belum lagi utamanya para istri pejabat. Tas-tas merek kenamaan menggantung di tangan kanannya.

Di lain kesempatan dan lokasi, seorang anggota dewan dan istri tengah berbelanja di mal kenamaan di Jakarta. Mereka mematut-matutkan baju merek asing. Setelah membeli mereka santap makan malam di sebuah restoran makanan cepat saji milik Amerika Serikat. Pada kesempatan itu, anak-anak mereka datang lalu makan malam bersama.

Berbeda lagi dengan perilaku salah satu pejabat yang tengah berbelanja di sebuah supermarket. Dibantu beberapa ajudan berseragam hitam, ada enam buah troly mengangkut barang belanjaannya. Kasir pun ditutup khusus untuk menghitung total belanjaan.

Orang disekeliling pun bertanya-tanya, "Siapa sih Pak?" tanya pengunjung kepada salah satu sekuriti yang membantu mendorong troly. "Pejabat belanja," ucapnya singkat.

Itu merupakan perilaku nyata pola pejabat Tanah Air. Tingkah laku mereka ini baru bagian dari pola belanja.

Belum lagi gaya mereka tampil di muka publik. Baju yang licin, tas, jaket, sepatu berbahan kulit, harum, dan pergi kemana-mana naik mobil mewah, plus pengawalan patwal di kala macet.

Tentunya ini sangat kontradiktif dengan situasi nyata masyarakat Indonesia pada umumnya. Jika disandingkan, potret pejabat di Indonesia dengan masyarakat Indonesia kebanyakan, tentu menggambarkan kesenjangan sosial yang sangat njonplang. Sudah sepatutnya para pejabat mengontrol diri dan tidak show off. Karena jika tidak dikendalikan bisa membibit tindak kejahatan.

Jadi, benar juga sindiran Busyro Muqodas. "Yang jelas mereka sangat perlente, mobil dinas Crown Royal Saloon yang jauh lebih mewah dari mobil perdana menteri negeri tetangga. Mereka lebih mencerminkan politisi yang pragmatis-hedonis," ucap Busyro dalam pidatonya.

Kalimat itu simpel namun menohok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar