Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Rabu, 12 Oktober 2011

AKSELERASI PENGADERAN MELALUI PROGRAM KOLABORASI


Renungan Pengalaman Dadan Dania, Ketua BP2W PBB Jawa Barat
Ibtida
DPP Partai Bulan Bintang cukup sering melakukan pembinaan kepada para anggota DPR dan DPRD, akan tetapi hasilnya dapat dikatakan NOL BESAR. Anggota DPR dan Anggota DPRD tersebut tidak menunjukkan perilaku yang simpatik di hadapan kader-kader Partai Bulan Bintang. Alih-alih menguatkan komitmen malah ada mantan Anggota DPR dan DPRD yang pindah partai. Kalau ada anggota DPRD yang saat ini menunjukkan performans yang baik, itu memang sejak awal sudah baik. Ketiadaan perubahan tersebut sudah tentu dikarenakan adanya kesalahan dalam proses, karena tidak mungkin DPP hanya bermaksud mengumpulkan kontribusi saja dari anggota DPRD.
Lantas dimana letak kesalahannya?. Kita sering mendengar hadits berikut ini: “Barang siapa melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangan, bila tidak mampu maka dengan lisan, bila masih juga tidak mampu, maka ubahlah dengan seluruh kemampuan yang ada pada diri termasuk hati nurani …. !” Hadits popular tersebut mengingatkan kepada kita bahwa esensi da’wah adalah perubahan. Tidaklah bermakna da’wah bila tidak menimbulkan perubahan. Bila suatu aktivitas tidak menimbulkan perubahan kea rah yang lebih baik maka aktivitas tersebut tidak termasuk kategori da’wah. Jika aktivitas yang di’azam sebagai proses da’wah ternyata tidak melahirkan perubahan maka pasti ada yang salah dalam  da’wah tersebut.
Dalam hadits tersebut terkandung anasir Man, Roa, Munkar, Yughoyir dan Yad, Lisan serta Qolbih.
Kemunkaran adalah obyek yang harus diubah menjadi kemashlahatan. Man adalah subyek yang mesti melakukan perubahan melalui berbagai cara dengan diawali proses roa. Semakin tinggi kualifikasi Man maka semakin baik proses roa yang dilakukan. Roa adalah proses preparasi da’wah. Roa dalam bentuk sederhana bisa sekadar highlight, melihat sekilas pintas. Bila Man memiliki kompetensi yang lebih tinggi maka Roa sekurang-kurangnya dilakukan dalam bentuk observasi. Lebih tinggi lagi roa dilakukan dalam bentuk survey dan bahkan dalam kondisi yang sangat serius roa dilakukan melalui proses riset. Kualitas Roa sangat berpengaruh terhadap proses taghyir, karena dari hasil roa itulah dapat diidentifikasi kualitas kemunkaran sehingga kita dapat merancang strategi dan system untuk melakukan perubahan. Kaderisasi adalah proses peningkatan kapasitas MAN supaya lebih kuat dalam melihat dan lebih sakti dalam memberantas kemungkaran.
Inventarisasi Kemunkaran
Kemunkaran yang kasat mata adalah miskinnya bangsa di dalam negara yang kaya raya dengan sumber daya alam, sehingga tidak sedikit rakyat yang menjadi babu di saudara-saudara Osama dan pejabat menjadi kacung Obama. Rakyat menguras keringat di tanah Syam dan pejabat menjilat Paman Sam.
Partai Bulan Bintang kurang berperan dalam menurunkan tingkat kemunkaran tersebut karena daya taklif PBB rendah karena kurangnya kader PBB yang terlibat dalam proses pelahiran kebijakan. Sedikitnya jumlah kader yang duduk dalam jabatan politik dikarenakan rendahnya perolehan suara dalam PEMILU. Mengapa suara PBB sedikit? Karena kita tidak ikut menghitung perolehan suara sehingga tidak tahu kesahihan distribusi perolehan suara yang diumumkan oleh KPU.
Mengapa kita tidak ikut terlibat dalam penghitungan suara? Karena jumlah kader yang kompeten lahir-batin sangat sedikit sehingga tidak mampu mengisi kursi saksi di TPS dan bahkan PPK, tempat hasil akhir perolehan suara ditentukan.
Untuk mengubah kemungkaran di dalam NKRI maka perlu diubah dulu kemunkaran di internal PBB. Kemunkaran tersebut antara lain adalah ketiadaan SDM yang dapat terlibat aktif dalam proses penghitungan suara. Dalam beberapa pengalaman PEMILU kita abai mengenai hal itu, Segala upaya Partai yang dilakukan setiap saat adalah untuk mendapat dukungan public dalam mewujudkan visi dan menjalan kan misi. Dukungan tersebut antara lain berupa suara pemilih. TPS adalah tempat yang paling menentukan tetapi seringkali kita menitipkan tempat dan saat yang menentukan tersebut kepada orang yang baru dibina beberapa hari menjelang pelaksanaan pemungutan suara. Ini adalah kemungkaran yang harus diubah.
Dari uraian di atas setidaknya terinventarisir kemunkaran internal Partai Bulan Bintang yaitu
1.      Jumlah SDM yang memiliki semangat juang di tingkat TPS sangat rendah
2.      Infrastruktur Partai di tingkat kecamatan masih lemah
3.      Daya jangkau pembinaan Dewan Pimpinan Cabang di tingkat Kabupaten masih pendek sehingga hanya sebagian kecamatan saja yang terbina dengan intens
Fokus Aksi dan Akselerasi Kaderisasi
Kiat apa yang perlu dilakukan untuk mengakselerasi peningkatan kuantitas dan kualitas kader di tingkat TPS? Partai Bulan Bintang telah memiliki pedoman kaderisasi yang dilengkapi dengan Pedoman Pesantren Modern Terbuka. Dengan modal dan bekal kedua buku tersebut, sebenarnya telah cukup bagi kita membina kader menjadi sosok yang berkualitas, tinggal kita menetapkan focus aksi sehingga proses kaderisasi lebih terarah kepada sasaran jangka pendek yang dapat dijadikan pijakan bagi pencapaian sasaran jangka panjang.
Fokus aksi tersebut antara lain
1.      Peningkatan kuantitas Pembina kader di tingkat Provinsi sekurang-kurangnya dua kali jumlah Kabupaten dan Kota. Untuk Jawa Barat jumlah minimum 52 orang
2.      Peningkatan kuantitas Pembina Kader tingkat DPC sekurang-kurangnya sejumlah Kecamatan yang ada di wilayah kerjanya. Di Jawa Barat seluruhnya butuh 630 orang
3.      Penguatan kemampuan fasilitasi fungsionaris partai di tingkat Kecamatan sekurang-kurangnya sejumlah desa dan kelurahan yang ada, untuk Jawa Barat butuh 6.000 orang
4.      Pembinaan kader inti tingkat pedesaan sekurang-kurangnya 5 orang per desa/kelurahan, di jawa barat butuh 30.000 orang
Bagaimana prosesnya? Bila berkemungkinan, ya dengan menerapkan Pedoman yang telah dibuat oleh Partai. Tapi selain pengaderan terstruktur sebagaimana yang berlaku di partai perlu juga dilakukan upaya-upaya suplemen. Berikut ini ada beberapa pengalaman kolaborasi sebagai upaya akselerasi kaderisasi dan rekrutmen.
Pengalaman Akselerasi Kaderisasi di lingkungan Organisasi
World Bank, pernah membiayai P3T, Program Pelatihan Pekerja Terampil. Sebagai konsultan dan fasilitator pada waktu itu saya bukan hanya melibatkan activist PII dan GPI menjadi peserta, tetapi juga sebagai Nara Sumber dan Instruktur. Demikian juga ketika program tersebut ditindaklanjuti dengan program lembaga yang menjadi mitra Worl Bank, antara lain melatih Pimpinan Pusat PRSSNI dan Pimpinan Wilayah PRSSNI Jawa Barat. Instruktur sepenuhnya diserahkan kepada Brigade PII di bawah kepemimpinan Hana Popay karena pelatihan menggunakan model Outbound.
Ketika Saya dan kawan-kawan mendapat amanat mengelola Pelatihan bagi Penggiat Pesantren Sekitar Hutan, salah satu Proyek Padat Karya Sektor Kehutanan (PPSK), Semua peserta adalah kader PII dan GPI yang orang tuanya memiliki/mengelola pesantren. Peserta bukan sekedar mendapat akomodasi dan transport, tetapi mendapat bantuan 50 juta untuk pesantrennya. Semua pesantren diminta membuat kolam sebagai embung-embung, uang tersebut dapat digunakan untuk keperluan lain karena seluruh pesantren yang menerima bantuan telah memiliki kolam.
WHO beserta institusi yang konsen dalam masalah lingkungan pernah melakukan Sosialisasi Penanggulangan Bencana Berbasisi Keperansertaan Masyarakat. Saya mendapat tugas mengelola pelatihan di Bidara Cina, Pekerjaan ini pun dishare ke komunitas Menteng Raya 58.
Ada banyak aktivitas lainnya yang dapat menjadi program magang bagi para kader agar dapat terakselerasi peningkatan kapasitas sebagai instruktur dan Pembinaan kader lainnya. Selain saya banyak rekan-rekan yang lain yang melakukan hal yang sama, men-share kesempatan dan pendapatan kepada para kadernya di lingkungan organisasi.
Bukan hanya pelatihan-pelatihan pvocasional dan social yang saya share, pelatihan politik juga demikian. Dalam pelatihan Capacity Building DPRD Kota Bandung tahun 2002, yang ditarik memanajemeni dan menjadi Narasumber adalah kader GPI Jawa Barat, antara lain sdr. Arif Ruyani, Ketua DPC Kota Bandung saat ini. April tahun 2010 yang lalu saya menangani pelatihan DPRD Kabupaten Cirebon di Hotel Red Top Jakarta, EO dan Instrukturnya anak-anak MENTENG.
Pengalaman Akselerasi Kaderisasi di lingkungan Partai
Tahun 1999 Saya dan kawan-kawan mendapat Proyek Voter Education dari UNDP. Untuk empat Kabupaten, yaitu Bogor, Sukabumi, Garut dan Ciamis sepenuhnya menyewa fasilitas kader Bulan Bintang, Panitia Lokal dan Nara Sumber setempat Kader Bulan Bintang. Tim Instruktur Regional dari PBB antara lain: Ujang Sahrudin, Damanhuri, Tati Setiati, Zaki Robby Cahyadi, Alit Rahmat. Nara Sumber Lokal yang ditampilkan adalah Nurdin Toha, Ketua DPC PBB Ciamis pada waktu itu dan KH Aos Saeful Azhar Ketua DPC PBB Kabupaten Garut. Untuk Garut dan Ciamis peserta seluruhnya kader Bulan Bintang, tetapi di Bogor dan Sukabumi Kader PBB dan unsure masyarakat karena Pemantau UNDP ikut hadir selama acara berlangsung.
Tahun 2007-2008 anggota ada pekerjaan Pelatihan Kader Pemberdayaan Desa se Kabupaten Cianjur sebanyak 3 angkatan. Karena jumlah peserta dalam tiap angkatan mencapai 200 orang maka dilakukan TOT kepada penggiat dan Fungsionaris Partai, tercetak 20 orang instruktur. Pelatihan dilaksanakan dengan peserta sepenuhnya direkrut oleh PAC Partai Bulan Bintang dan DPC PBB Kabupaten Cianjur. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa memberikan penilaian positif karena pelatihan berjalan konstan, artinya peserta sejak awal hingga bubar jumlahnya tetap. Selain itu panitia dapat menghadirkan Nara Sumber yang berkualitas, antara lain Prof. DR. H. Maman Abdurrahman MA, Direktur Pasca Sarjana UNISBA dan Anggota MPR RI Drs. H Anwar Saleh, ditambah Mubaligh Kondang, Syarifin Maloko, SH dan Master Pemberdayaan Desa, Nia Kurniasari, ST., MT. 600 kader yang direkrut dan 20 orang instruktur tersebut terus dibina dan Alhamdulillah jumlah kursi PBB di DPRD Kab. Cianjur bertambah satu menjadi tiga.
Tahun 2010 Departemen Bekerjasama dengan ITMI menyelenggarakan Pelatihan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam se Jawa Barat di Wisma Taridi Kiara Condong. Sdr. Hendi Rustandi (Wakil Sekretaris DPC Kota Bandung) menjadi Koordinator Instruktur. Acara dibuka oleh Kepala Kantor Kementrian Provinsi Jawa Barat
Fungsionaris DPC PBB Kab. Bandung Barat tahun 2010 mendapat bantuan social dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam bentuk Program Pelatihan Agronomi bagi kader petani se Bandung Barat. Peserta yang direkrut kader Bulan Bintang dari tiap Kecamatan sebanyak 120 orang dengan Instruktur Sdr. Arif Ruyani, Hendi Rustandi, Taufik (DPC Kota Bandung) dan Agus Ishak (Ketua DPC PBB Kab. Bandung Barat) Acara dibuka Oleh Bupati Bandung Barat
Tanggal 6 s.d. 9 Oktober 2011 yang baru lalu, di PUSPIPTEK dan Great Western Hotel Serpong dilaksanakan Technopreneur Camp, Pelatihan Wirausaha Industri Inovatif. Saya yang diminta memimpin pelatighan memandatkan kembali kepada tim instruktur PBB Kota Bandung, Arif Ruyani, Hendi Rustandi, Taopik, Erin dan Eneng Humairoh dibantu fungsionaris komunitas Menteng yang tidak ke Balikpapan. Pesertanya 160 orang dari PII, GPI, Pemuda Persis, HIMA PERSIS, KAMMI dan BEM. Kader Pemuda Bulan Bintang terlibat menjadi peserta dengan mandate dari OKP tersebut di atas kecuali KAMMI. Kegiatan dibiayaai oleh Kantor MENKO Perekonomian dan acara dibuka langsung oleh Hatta Rajasa.
Ikhtitam
Dari uraian di atas, rekrutmen kader dan pembinaannya sebenarnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan biaya pihak lain, dalam hal ini Pemerintah, CSR Perusahaan dan Lembaga Internasional. Peluang itu ada, terbukti setiap tahun saya menerima order. Masalahnya, setelah dapat order berani tidak kita mendelegasikan kepada kader PBB yang lain?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar