Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Rabu, 13 April 2011

Berbohong Atas Nama Allah


Tafsir Al Qur'an Surat Al An'am ayat 93:

Allah SWT berfirman: 

Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" di hari Ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, Karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (Perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. (QS. Al An’am 93). 

Tafsir     

Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa Allah berfirman: Tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang membuat kebohongan atas nama Allah dengan mengaku-aku mendapatkan kenabian padahal tidak pernah mendapatkan pangkat kenabian.  Atau dia berkata telah diwahyukan kepadaku padalah dia tidak pernah mendapatkan wahyu sedikit pun.  Ayat ini turun tentang Musailamah al Kaddzab dan orang yang mengatakan akan kuturunkan seperti yang diturunkan Allah.  Mereka adalah orang-orang yang melecehkan. Mereka berkata: Kalau kami mau pasti kami katakana seperti itu.  Wahai Muhammad, kalau sekiranya  engkau melihat ketika orang-orang zalim tersebut mengalami sekaratul maut dan para malaikat membentangkan tangannya kepada mereka untuk memukul dan menyiksa mereka.  Para malaikat itu berkata mencemooh: Keluarkanlah diri kalian kepada kami untuk kami bawa.  Pada hari ini  kalian dibalas dengan adzab yang menghinakan lantaran kebohongan yang kalian ucapkan terhadap Allah dengan mengaku-aku mendapatkan kenabian dan wahyu.  Dan kalian begitu sombong untuk beriman kepada ayat-ayat kami”.

Dalam tafsir al Wajiz dikatakan bahwa para  pembohong itu, yakni Musailamah dan Abdullah al Ansy yang mengaku-aku mendapatkan wahyu dan kenabian, pada saat sakaratul maut, nyawa mereka ditarik keluar oleh para malaikat dengan paksa, sebab mereka enggan mengeluarkan nyawa mereka lantaran itu menjadi siksaan yang luar biasa kepada mereka.  

Dalam Tafsir Ibnu Katsir diterangkan bahwa menurut Qatadah ayat tersebut turun tentang Musailamah Al Kaddzab dari Bani Hanifah yang mengaku-aku sebagai nabi dan mendapat wahyu dari Allah.  Dia pernah mengirim dua orang utusan kepada Rasulullah saw.  Maka baginda rasulullah saw. berkata kepada kedua utusan Musailamah itu: Apakah anda berdua bersaksi bahwa Musailamah itu seorang Nabi?  Mereka berdua menjawab: Ya.  Maka Rasulullah saw.Maka Rasulullah saw. bersabda: “Kalaulah tidak ada kebiasaan umum bahwa para utusan itu tidak boleh dibunuh, pasti kupenggal leher kalian berdua!”  (HR. AL Bukhari dalam AL Maghazy bab wafd bani Hanifah wa hadits Tsumamah Juz 8/89).

Ibnu Katsir menerangkan bahwa pada saat sakaratul maut para malaikat memukuli para pembohong itu di bagian muka dan belakang mereka dalam mencabut nyawa mereka.  Dan berkata kepada para pembohong itu: Keluarkanlah nyawa kalian.  Para pembohong itu enggan mengeluarkan nyawa mereka.  Padahal orang-orang mukmin sangat senang bertemu dengan Rabb mereka.  
Bentuk-bentuk  Kebohongan atas nama Allah 

Disamping bentuk kebohongan atas nama Allah berupa klaim palsu seseorang atau pengikutnya bahwa dirinya adalah Nabi dan mendapatkan wahyu dari Allah seperti yang  dilakukan oleh Musailamah al Kaddzab dan Abdullah Al Ansy, maupun Mirza Ghulam Ahmad dari India dan Haji Salam atau Lia Eden dari Indonesia, juga ada bentuk-bentuk perbuatan lain yang disebut oleh Allah sebagai  kebohongan  terhadap Allah SWT dan dinyatakan oleh Allah SWT sebagai perbuatan yang paling zalim.  Sebanyak delapan kali Allah SWT menyebutkan hal itu di dalam Al Quran.  Antara lain Allah SWT berfirman: 

Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan. (Al An’am 21).

Dalam Tafsir Jalalain diterangkan bahwa bedusta terhadap Allah dalam ayat ini adalah membuat-buat pernyataan bahwa Allah punya sekutu dalam ketuhanannya.  Jenis ini seperti yang dilakukan oleh kaum Nasrani dengan menyatakan Isa sebagai putra Allah, atau sekutunya, atau Allah itu sendiri.  

Bentuk lainnya  adalah membuat syariat sendiri seperti yang dilakukan oleh bangsa Arab Jahiliyah dengan membuat kategori hewan-hewan ternak yang mereka haramkan. Mereka membuat istilah Bahiirah untuk unta betina yang telah beranak lima kali dan anak kelima itu jantan, lalu unta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh diambil air susunya.  Saaibah untuk unta betina yang dibiarkan pergi kemana saja lantaran sesuatu nazar. seperti, jika seorang Arab Jahiliyah akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, Maka ia biasa bernazar akan menjadikan untanya saaibah bila maksud atau perjalanannya berhasil dengan selamat. Washiilah untuk seekor domba betina melahirkan anak kembar yang terdiri dari jantan dan betina, Maka yang jantan Ini disebut washiilah, tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala.  Haam untuk unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi, Karena telah dapat membuntingkan unta betina sepuluh kali. Perlakuan terhadap bahiirah, saaibah, washiilah dan haam Ini adalah kepercayaan Arab Jahiliyah.

Allah mengecam budaya dan hokum Arab jahiliyyah itu dalam firman-Nya: 

Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya? apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan Ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan ?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.  (QS. Al An’am 144).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan bahwa ayat di atas menjelaskan tentang kebodohan bangsa Arab pra Islam yang suka membuat-buat kebohongan atas nama Allah dengan mengharamkan binatang-binatang ternak mereka dengan membuat istilah-istilah dan kategori ternak-ternak yang diharamkan seperti : bahirah, saibah, washilah, dan haam.   Padahal Allah tidak pernah mengharamkannya sama sekali.   Semua adalah makhluk-Nya yang Dia ciptakan untuk anak Adam, baik untuk dimakan, dikendarai, mengangkut barang, maupun untuk diambil susunya, dan kemanfaatan lainnya.  Sebagaimana firman Allah : 

Dia menciptakan kamu dari seorang diri Kemudian dia jadikan daripadanya isterinya dan dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain Dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan? (QS. Az Zumar 6).

Dan Allah SWT menegaskan bahwa Dia SWT tidak pernah membuat hokum-hukum dan kategori-kategori binatang yang diharamkan seperti yang dibuat oleh kaum Quraisy.  Dia SWT berfirman : 
Allah sekali-kali tidak pernah mensyari'atkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah dan haam. akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. (QS. Al Maidah 103).

Kesimpulan

Mengaku-ngaku Nabi padahal bukan Nabi atau mengakui seseorang sebagai Nabi padahal dia bukan Nabi adalah satu bentuk kebohongan atas nama Allah yang merupakan tindakan yang paling zalim dan akan mendapatkan adzab yang luar biasa pedihnya.  Perbuatan demikian hakikatnya sama dengan perbuat syirik, yang sangat dimurkai dan disebut oleh Allah SWT sebagai kezaliman yang besar (lihat QS. Luqman 13).  Selain itu, yang termasuk perbuatan bohong atas nama Allah adalah membuat syariat, hukum, perundangan, atau adat istiadat dan konvensi yang mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah atau sebaliknya.  Kalau bangsa Arab pra Islam yang  membuat onta-onta khusus seperti bahirah, saibah, washilah, dan ham dicap sebagai bohong atas nama Allah, maka siapa pun  yang membuat-buat hukum yang menyimpang dari hukum Allah SWT, apalagi dengan dalih bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum kafir Barat sekuler pada hari ini pada hakikatnya adalah melakukan kebohongan atas nama Allah. Na’udzubillahi mindzalik !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar