- Kalau dulu kawan, sekarang lawan. Kalau dulu Yusril Ihza Mahendra kawan politik, sekarang menjadi lawan politik SBY . Bahkan Yusril siap melawan SBY habis-habisan, karena dirinya dijadikan sebagai tersangka dalam kasus korupsi Sistim Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) yang dinilainya sarat dengan muatan politik.
“Dengan ditetapkannya sebagai tersangka dalam kasus Sisminbakum, saya siap melawan habis-habisan. Mengapa saya dijadikan tersangka, sedangkan Boediono tidak jadi tersangka dalam kasus korupsi Century yang jauh lebih besar senilai Rp 6,72 triliun ? Seandainya Boediono dulu ditangkap sebelum dilantik, SBY tidak akan bisa dilantik menjadi Presiden. Kalau sekarang SBY jadi Presiden, besok bisa didakwa jadi koruptor,” tegas Yusril didepan peserta Rakernas I PBB di Jakarta, (17/7/2010). Rakernas dibuka Ketua Umum DPP PBB dan mantan Menteri Kehutanan, Dr MS Kaban MSc.
Menurut Yusril, SBY meniru pola Orla dan Orba dalam membungkam lawan-lawan politik. Kalau zaman Orla, untuk menghabisi lawan politik dengan isu kontra revolusi, Orba menggunakan isu subversib dan SBY dengan isu korupsi. Jadi KPK seperti Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) pada zaman Orba, yang dipergunakan sebagai alat untuk memenjarakan lawan politik pemerintahan Orba.
Yusril juga menilai SBY sebagai pribadi yang tak tahu diri dan tak tahu berterima kasih. Bayangkan, jika Yusril pada waktu itu sebagai Ketua Umum dan Kaban sebagai Sekjen PBB tidak bersedia tanda tangan untuk mendukung pencalonan SBY-JK sebagai Capres-Cawapres pada pemilu 2004, niscaya keduanya tidak akan bisa maju sebagai presiden. Sebab SBY-JK hanya didukung Partai Demokrat dan PKPI. Tanpa dukungan PBB, KPU tidak akan menerima pencalonan SBY-JK karena tidak memenuhi syarat dukungan parpol.
“Tanpa tandatangan saya dan Kaban, SBY dan JK tidak akan bisa maju sebagai Capres-Cawapres 2004. Tetapi sekarang, saya yang telah berjasa pada SBY dengan berhasil mendudukkannya di kursi RI-1, justru nasib akan dibuatnya seperti Anwar Ibrahim di Malaysia, bahkan lebih buruk lagi. Habis saya, nanti Kaban akan menyusul di penjara,” tandas Yusril dengan nada berapi-api yang disambut tepuk tangan meriah dari 500 pimpinan PBB seluruh Indonesia yang hadir pada acara Milad ke 12, Pelantikan DPP PBB serta Rakernas I tersebut.
Yusril merasa, walau nanti dirinya dipenjara satu tahun atau satu hari sama saja. Sebab hak-hak politiknya sebagai warga negara telah dimatikan. Daripada hak politiknya dimatikan, lebih baik setelah nanti keluar dari penjara, dirinya akan hijrah ke negara lain dengan meninggalkan Indonesia. Sebab politik rezim SBY ternyata lebih buruk daripada Orba dalam menghabisi lawan-lawan politiknya. (Lim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar