Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Rabu, 13 April 2011

Tanggung Jawab Daulah Khilafah Terhadap Perempuan


alt
Nia Kurniawati
Ibu Rumah Tangga, Bandung, Jawa Barat

Pendahuluan

Bulan April identik dengan bulannya perempuan. Hal ini terkait dengan peringatan hari Kartini setiap tanggal 21. Emansipasi perempuan dan kesetaraan gender digaungkan kembali ke tengah kaum hawa di negeri ini.

Setiap tahun hari Kartini diperingati perempuan di Indonesia, begitu pula hari ibu yang jatuh pada tanggal 22 desember. Namun nasib perempuan bangsa ini tak jua beranjak lebih baik, bahkan di beberapa sisi kehidupan perempuan menjadi lebih buruk dari sebelumnya.sementara itu, bisa kita lihat dan rasakan betapa minimnya peran pemerintah dalam menangani  permasalahan ini. Perempuan seakan hidup di tengah rimba belantara. Siapa kuat dia yang menang.

Padahal  jika kita menengok ke belakang, jauh beberapa waktu lamanya, di saat Islam diberlakukan bukan hanya sebagai  aturan ibadah ritual saja, tetapi juga sebagai sebuah aturan dan sistem hidup, kita dapati bahwa ternyata betapa mulianya perempuan, betapa dimuliakannya perempuan, baik oleh anak-anak mereka, suami-suami mereka maupun oleh masyarakat dan negara.

Persoalan perempuan memang kerap menjadi agenda penting untuk diperbincangkan. Terlebih lagi ketika berkembang opini tentang ketidakadilan, ketertindasan dan eksploitasi. Peran dan hak perempuan selama ini di anggap masih berada pada posisi terpinggirkan. Perempuan dinilai sebagai pelengkap atau sub ordinat laki-laki.

Sungguh perbedaan ini merupakan sebuah kenyataan pahit yang tidak pernah terbayangkan oleh kaum muslim di masa lalu dimana mereka hidup aman, nyaman dan sejahtera dibawah naungan Daulah Khilafah Islam.

Tulisan ini mencoba untuk memaparkan mengapa hal ini bisa terjadi dan bagaimanakah Daulah Khilafah Islam memiliki tanggung jawab besar dalam menangani perempuan dan permasalahannya.

Fenomena Perempuan di negeri ini

Nestapa Perempuan Tertindas di Tengah Arus Deras Kapitalisme

Kita tentu saja masih ingat betapa pilunya penderitaan yang dialami oleh Sumiati, TKW asal Dompu NTB yang bekerja di Arab Saudi. Ia babak belur di hajar majikannya. Kakinya hampir-hampir lumpuh. Ditubuhnya terdapat luka bakar, kulit tubuh dan kepala terkelupas, jari tengah retak, alis mata rusak dan bibir bagian atas hilang karena digunting. Juga ada Nirmala Bonat yang terluka sekujur tubuhnya  karena di setrika dan di siram air panas.         

Derita Sumiati dan Nirmala Bonat menjadi derita kesekiankalinya. Sebelumnya ada Siti Hajar yang di hajar majikannya di Malaysia namun di duga mati bunuh diri. Terdapat lebih dari 900 orang TKI meregang nyawa di luar negeri, termasuk kasus terbaru, Kikim Komalasari, TKW asal Cianjur yang ditemukan tewas di tempat sampah di kota Abha, Arab Saudi.

Ada pula TKW yang sampai sekarang tidak ketahuan kabarnya. Mereka lenyap entah kemana. Ada juga TKW yang dijadikan pelacur.

Meski diakui banyak TKW yang sukses, namun nasib malang yang dialami TKW lainnya yang bernasib sial tidak bisa diabaikan begitu saja. Berdasarkan catatan Migrant Care, ada 45.845 kasus dialami para TKI. Ini tentu bukan jumlah yang sedikit karena menyangkut jiwa manusia.

Sayangnya, penanganan kasus TKW ini terlihat tak serius. Munculnya banyak kasus seperti ini merupakan bukti tak terbantahkan lemahnya perlindungan pemerintah terhadap warga negaranya. Direktur Migrant Care, Anis Hidayah, "Saya mencatat SBY paling lemah perlindungan terhadap TKI. Gus Dur bisa tunda eksekusi mati TKI di Arab Saudi dan langsung nelpon Raja Fahd," katanya saat acara diskusi Polemik Trijaya FM dengan tema "Pahlawan Devisa yang Tersiksa" di Warung Daun, Jakarta (20/11/2010).

Selain hal-hal tersebut, tingkat kekerasan yang dialami perempuan di Indonesia sangat tinggi. Sekitar 11,4 % dari total penduduk Indonesia pernah mengalami tindak kekerasan. Tindakan yang paling dominan dialami perempuan adalah jenis kekerasan domestik atau kekerasan dalam rumah tangga semisal penganiayaan, perkosaan, pelecehan atau suami berselingkuh.

Sederetan fakta-fakta di atas telah dijadikan legitimasi oleh para pegiat kesetaraan gender dan para liberalis bahwa kekerasan terhadap perempuan terjadi karena bias gender dari aturan agama tertentu (baca: Islam) sehingga perlu adanya pembelaan dan perlindungan terhadap perempuan.

Perempuan “Bahagia” Dieksploitasi Besar-besaran Atas Nama HAM, Emansipasi dan Kesetaraan Gender.

Perempuan dalam industri kapitalis semakin telanjang saja. Tak afdol rasanya tanpa memasang tubuh molek mereka, baik dalam iklan, musik, sinetron maupun film. Perempuan dalam ideologi kapitalis memang begitu direndahkan. Hanya di nilai dari kemolekan tubuhnya. Setiap inchi bagian tubuh dieksploitasi demi rupiah. Makin seksi, makin berani buka-bukaan, makin tinggi bayaran.

Ajang eksploitasi yang mereka anggap paling bermartabat diantaranya adalah pemilihan “Putri Indonesia”. Meski menuai protes dan belum pernah menang, negeri inipun beberapa kali sempat mengirimkan utusan pada pemilihan “Miss Universe”.

Beberapa tahun ke belakang ada bintang porno Jepang, Miyabi, yang urung datang ke Indonesia karena di tentang oleh ormas-ormas Islam. Ada juga Terra Patrick, bom seks Hollywood yang kedatangannya tidak  sempat terendus masyarakat banyak.

Bisa dibayangkan seperti apa film-film yang mereka lakoni. Hal ini diperparah dengan diproduksinya film-film porno bergenre horor buatan dalam negeri yang dilakoni oleh para seleb “panas” seperti film “Tali Pocong Perawan”, “Goyang Karawang” dan yang terbaru “Dedemit Gunung Kidul” yang mulai menuai kontroversi di tengah masyarakat.

Akhirnya makin menguatlah opini pornoaksi dan pornografi itu wajar. Yang tadinya tabu, kini malah diumbar. Maka semakin berjejalan kaum hawa untuk antre dieksploitasi. Hal ini  melenyapkan harga diri dan martabat dirinya. Mereka sudah termakan racun ideologi kapitalis yang mendefinisikan perempuan ideal adalah perempuan mandiri, bebas berekspresi dan menjunjung tinggi hak asasi.  Perempuan seperti ini memahami kebahagiaan hanya dari materi.

Tentu saja, pihak yang merendahkan perempuan sejatinya memiliki harga diri yang lebih rendah!. Mengeksploitasi tubuh perempuan adalah manusia hina, lembaga hina dan sistem yang hina.

Agenda Liberalisasi dan Penghancuran Keluarga Muslim.

Kaum perempuan yang menjadi ibu adalah tumpuan harapan yang melahirkan generasi masa depan. Ibulah yang berperan meletakkan karakter dasar anak. Keberhasilan peran ibu menentukan kematangan jiwa anak dalam menghadapi masalah di masa depan. Selain ibu berperan secara biologis, ibupun berperan penting dalam pengasuhan, panyusuan, perawatan dan dalam pembinaan anak. Namun ternyata pada saat ini kaum ibu tengah dihadang dengan berbagai serangan yang dilancarkan oleh agen-agan liberalis sekular.

Isu Kekerasan Terhadap Perempuan dan Wacana Feminisme.

Ditinjau dari sudut pandang ideologi, konsep penindasan perempuan berasal dari teori konflik Karl Mark dan Friederich Engels. Dalam bukunya, The Origin of Family, Private, Property and the State, Engels (1884)menceritakan asal mula penindasan perempuan pada sistem kapitalisme. Penindasan bermula dari institusi keluarga inti dengan struktur hierarki suami, istri dan anak-anak. Dalam teori tersebut pria diibaratkan sebagai kaum borjuis dan perempuan sebagai kaum proletar. Hubungan diantara keduanya bersifat eksploitasi, tidak simetris. Gerakan kaum feminis yang mengecilkan arti keluarga relatif berhasil dalam mengubah persepsi terhadap keluarga konvensional pada sebagian besar masyarakat Amerika. Perempuan telah memasuki semua sektor yang dikuasai laki-laki. Merekapun gencar mengkampanyekan ide-ide mereka tidak hanya di Amerika tetapi bahkan ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia.

Pandangan keliru ini terlahir karena tatanan hidup masyarakat mereka adalah tatanan masyarakat kapitalis barat yang muncul akibat pemisahan agama dari kehidupan yang menafikan kewenangan Tuhan dalam mengatur kehidupan dan memposisikan perempuan sebagai second class citizen.

Pandangan keliru ini menghantarkan pula timbulnya anggapan dari kaum feminis bahwa formalisasi syariat akan menimbulkan pengaruh dan akibat negatif pada upaya pemenuhan hak-hak perempuan.

Program-program yang Digulirkan Pemerintah Merupakan pengokohan Ide Liberal.

Pada era globalisasi seperti saat ini, serangan budaya barat menyentuh di segala sisi. Mulai dari makanan, minuman,pakaian, barang-barang konsumtif sampai pola fikir dan gaya hidup. Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia menjadi  incaran kaum kapitalis sekular. Lebih jauh lagi penguasa negeri ini tidak hanya melalui mekanisme pasar bebas, namun juga upaya sosialisasi  ide-ide sekularis liberal dan legalisasi melalui sistem perundang-undangan. Inilah ancaman besar yang tengah menghadang umat Islam. Bila kewaspadaan sirna, maka kehancuran keluarga dan masyarakat muslim tidak terelakkan. Upaya liberalisasi ibu dan anak adalah upaya termudah menghancurkan umat Islam.

Salah satu ide-ide yang digulirkan itu adalah ide Keadilan dan Kesetaraan gender (KKG). KKG  menjadi alat yang ampuh untuk menghancurkan tatanan keluarga-keluarga muslim.

Islam yang menempatkan laki-laki sebagai pemimpin rumah tangga (pengambil kebijakan utama) dan perempuan sebagai ibu dan pengelola rumah tangga akan rusak dengan diterapkannya UU yang berpijak pada KKG. Ketika suami memiliki hak menjadi pemimpin keluarga tetapi ia kesulitan dalam memenuhi nafkah keluarga, maka hal ini dianggap bertentangan dengan KKG. Ketika ibu harus memelihara dan mendidik anak sementara pada saat yang sama ibu harus kehilangan kesempatan bekerja di luar rumah, maka hal seperti inipun dianggap bertentangan dengan KKG.

Selain program KKG, ada juga KRR, yaitu kepanjangan dari Kesehatan Reproduksi Remaja. Tentu saja sasaran utama dari program ini adalah remaja-remaja muslimah. Gagasan ini berawal dari konferensi ICPD (International Conperence Population Development) tahun 1994 di Kairo. Indonesia sebagai peserta diwajibkan menerapkan konsep kespro (kesehatan reproduksi) yang digagas pada pertemuan ini. Maka sejak tahun 1994 hingga kini program itu terus digulirkan melalui DepKes, BKKBN, Depdiknas dan berbagai instansi terkait termasuk LSM dari dalam dan luar negeri.

Hasil penelitian KPA, Komisi Perlindungan Anak di 33 provinsi pada tahun 2008, atau setelah 14 tahun KRR diterapkan, pelaku seks pranikah naik menjadi 62,7%.

Lebih dari itu, KRR ala ICPD sebenarnya bentuk pembunuhan massal (genocide) terhadap umat manusia dengan sasaran utama adalah kaum muslim. KRR adalah alat efektif untuk mengontrol populasi penduduk muslim, sebagaimana halnya program KB. Namun kontrolling pada program KRR jauh lebih berbahaya karena dilakukan sejak usia remaja, dimana lahirnya bayi-bayi muslim dicegah sedini mungkin melalui aborsi, pemandulan dan pengrusakkan alat-alat reproduksi.

Semakin nyatalah penghancuran kaum muslim yang ditujukan pada perempuan melalui penguasa komprador yang menjadi antek Kafir Barat sehingga fungsi negara sebagai pelindung dan pelayan rakyat semakin tergerus. Pemerintah hanya mau menjadi regulator dan fasilitator saja. Inilah karakteristik para penguasa kapitalis. Masyarakat, termasuk para perempuan didalamnya hidup sendiri-sendiri dalam persaingan bebas tanpa batas.

Penerapan Sistem Islam Melalui Daulah Khilafah Islam adalah Solusi Tuntas bagi Permasalahan Perempuan.

 Saat ini seharusnya masyarakat meneliti akar masalah yang sebenarnya. Menggunakan pisau analisis gender untuk membedah masalah perempuan hanya menunjukkan kemalasan berpikir. Kita menerima begitu saja rumusan akar masalah perempuan yang telah dipromosikan barat.

Jika kita telaah secara mendalam, masalah yang menimpa perempuan saat ini adalah masalah yang juga menimpa laki-laki. Semua terjadi karena penerapan sistem kapitalisme, baik di negeri barat maupun di negeri-negeri muslim. Kapitalisme telah gagal memberikan kesejahteraan bagi umat manusia. Hanya menghasilkan ketertindasan dan kesengsaraan.

Kapitalisme juga telah memberikan nilai perempuan tidak lebih hanya sebagi komoditas. Perempuan dieksploitasi agar menghasilkan keuntungan materi dari kemolekan tubuhnya dan daya tarik kemolekan tubuhnya. Kapitalisme benar-benar merendahkan martabat perempuan yang diciptakan mulia oleh Allah

Pandangan Islam Terhadap Perempuan.

Islam memandang bahwa perempuan adalah sosok manusia dengan seperangkat potensi yang ada pada dirinya. Sebagaimana laki-laki, perempuan memiliki potensi berupa akal, naluri serta kebutuhan jasmani yang diberikan Allah pada mereka.

Allah memberikan akal kepada manusia, laki-laki dan perempuan agar mampu memahami petunjuk-petunjuk-Nya. Dengan begitu, masing-masing mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, yang benar dan yang salah. Tentu saja setelah melalui proses berpikir yang benar, yaitu dengan menjadikan wahyu sebagai sandaran utama untuk memahami segala sesuatu. Dengan demikian manusia akan bisa menentukan, mana yang sesuai dengan kententuan Allah, mana yang bertentangan. Bersamaan dengan itu, Allah memberikan penyelesaian bagaimana cara memuaskan naluri dan kebutuhannya dengan seperangkat aturan yang harus dilaksanakan oleh laki-laki dan perempuan.

Sebagai hamba Allah, laki-laki dan perempuan_dengan potensi yang sama dari sisi insaniyah_ telah diberi aturan yang sama. Misalnya kewajiban melaksanakan sholat, da’wah, haji dsb. Semua telah diberi hak dan tanggung jawab yang sama tanpa perbedaan dan tidak bertentangan.

Akan tetapi Allah juga membebankan hak dan kewajiban yang berbeda antara laki-laki dan perempuan semata karena tabiat keduanya berbeda, baik berkaitan dengan fungsi, kedudukan maupun posisi masing-masing dalam masyarakat. Allah telah membebankan kewajiban mencari nafkah dan melindungi keluarga kepada laki-laki karena hal itu berkaitan dengan fungsinya sebagai kepala keluarga. Kewajiban ini tidak dibebankan kepada perempuan_walaupun Islam tidak mengharamkan perempuan bekerja. Sebaliknya, Islam telah menjadikan tugas pokok perempuan sebagai ibu dan pengelola rumah tangga sesuai dengan tabiat keperempuanannya. Perempuan dikaruniai kemampuan untuk hamil, melahirkan, menyusui dan mengasuh anak. Kemampuan ini tidak ada pada laki-laki. Namun perbedaan ini tidak berarti menjadikan yang satu lebih tinggi dari yang lain. Semua ini ditetapkan Allah sesuai dengan fitrah manusia semata demi kemaslahatan dan kelanggengan hidup manusia.

Di lain sisi, Negara Khilafah yang menjadikan Islam sebagai  ideologinya dan halal haram sebagai tolok ukurnya serta filosofi perempuan sebagai kehormatan yang harus dijaga dimana tugas dan fungsi utamanya adalah menjadi ibu dan pengatur rumah tangga. Secara sistemik, sistem ekonomi Islam menetapkan bahwa kewajiban mencari nafkah adalah kewajiban laki-laki yang telah baligh, bukan kewajiban perempuan. Oleh karena itu Daulah akan memacu produktifitas para laki-laki dewasa untuk mencari nafkah, mulai dari penyediaan lapangan pekerjaan, pelatihan skill dan keterampilan hingga permodalan. Jika belum cukup, Daulah akan memastikan mereka bekerja dan mencukupi nafkah keluarga melalui pembinaan. Bahkan jika diperlukan dengan sanksi dan hukuman bagi laki-laki dewasa yang tidak mau memenuhi kewajiban dengan baik dan benar.

Untuk menjamin ketersediaan lapangan kerja, kegiatan ekonomi non riil akan ditutup, diganti dengan sektor ekonomi riil. Dengan demikian, produksi, konsumsi dan distribusi barang dan jasa, baik di bidang industri , pertanian dan perdagangan akan selalu membutuhkan jumlah dan jasa yang besar. Dengan begitu, tidak akan ada lagi pengangguran. Jika semua ini bisa diwujudkan, maka kondisi yang memaksa perempuan untuk bekerja tidak akan ada lagi.     
Selain hal diatas, untuk warga negara yang telah berusia lanjut, tentu saja dalam hal ini termasuk para perempuan, negara tidak hanya akan memberi  tunjangan kepada para lansia yang telah membayar premi asuransi hari tua saja atau para pegawai negeri yang memiliki dana pensiun ala kadarnya, namun negara akan benar-benar menjamin kebutuhan pokok para lansia yang tidak mampu. Bahkan lebih dari itu, negara akan menjamin kebutuhan pangan, papan, sandang, kesehatan mereka karena hal-hal tersebut menjadi bagian dari tanggung jawab negara yang harus menjamin masa tua para lansia papa.

Dari paparan diatas, cukup jelas kiranya, bahwa Islam memandang permasalahan laki-laki dan perempuan sebagai sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Setiap permasalahan yang ada dianggap sebagai permasalahan manusia yang harus dicarikan solusinya berdasarkan syariat Islam dan hanya bisa selesai secara tuntas hanya dalam satu sistem hidup, yaitu sistem Islam dalam wadah Daulah Khilafah Islam. Selain dari sistem dan aturan itu niscaya tidak akan tersolusikan secara benar dan tuntas. Hanya solusi tambal sulam belaka atau malah jauh menjadi lebih buruk lagi.

Sejumlah Fakta Bagaimana Daulah Khilafah di Masa Lalu Menangani Permasalahan Perempuan.

Syariat Islam adalah agama yang memuliakan perempuan. Begitu pentingnya perempuan secara khusus Rasul Muhammad saw. mengingatkan umatnya pada khutbah perpisahan di Arafah sbb: “Takutlah kepada Allah dalam bersikap kepada kaum wanita karena kamu telah mengambil mereka (menjadi istri) dengan amanah Allah dan kehormatan mereka telah dihalalkan bagimu sekalian dengan nama Allah. Sesungguhnya kamu mempunyai kewajiban terhadap istri-istrimu dan istrimu mempunyai kewajiban kepadamu”.

Sejarah telah membuktikan bahwa hanya Khilafah Islamiyahlah yang mampu memberikan kesejahteraan dan perlindungan sempurna pada perempuan. Berikut beberapa fakta betapa Daulah Khilafah sangat memperhatikan dan memuliakan perempuan:

- Pada masa Rasulullah saw., suatu hari, seorang perempuan Arab pergi ke pasar Yahudi Bani Qainuqo’ dengan membawa perhiasan.  Perempuan itu lalu duduk di kedai tukang emas milik seorang Yahudi. Tiba-tiba datang seorang Yahudi dari arah belakang dengan mengendap-endap lalu mengikatkan ujung baju perempuan itu ke punggungnya. Ketika perempuan itu berdiri maka tersingkaplah auratnya dan orang-orang Yahudi tertawa-tawa sambil menghina. Seorang laki-laki muslim yang kebetulan melihatnya menjadi marah. Dia menikam tukang emas itu dan membunuhnya. Pembunuhan ini menyebabkan kemarahan kaum Yahudi. Mereka beramai-ramai membunuh pemuda itu. Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah, beliau bersama-sama kaum muslim mengepung Bani Qainuqo’ dengan sangat rapat hingga kaum Yahudi terusir dari Madinah.

- Khalifah Umar ra.pernah membawakan sekarung gandum dengan tangannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan pokok seorang ibu yang didapatinya kelaparan bersama anak-anaknya.

-  Khalifah Umar pernah meralat kata-kata beliau sendiri di depan khalayak ramai tentang besaran mahar karena mendapat protes dari seorang perempuan. Hal ini menunjukkan, betapa didengarnya suara perempuan jelata oleh seorang penguasa besar sekaliber Umar ra.

- Peristiwa yang hampir sama pada masa Rasul saw. terjadi pada masa Khalifah Al Mu’tashim Billah. Pada saat itu wanita yang dipermalukan tersebut berteriak meminta pertolongan langsung pada sang Khalifah, “Dimana engkau wahai Mu’tashim..?” maka Al Mu’tashim segera mengerahkan pasukannya dengan jumlah yang luar biasa banyaknya.

- Khalifah Harun Ar Rasyid suatu ketika tengah berjalan-jalan dengan menunggang kuda di tengah kota. Tiba-tiba menghampirinya seorang perempuan tua dan menasihati seraya mengingatkan sang khalifah agar menjalankan hukum-hukum Allah dan takut terhadap hisab di hari akhir. Harun Ar Rasyid seketika itu juga menundukkan kepala dengan penuh ketawadhuan di depan perempuan tua itu untuk mendengarkan nasihat.

- Pada masa kekhalifahan, didapati banyak fasilitas untuk warga negaranya, termasuk tentu saja dalam hal ini para perempuan, berupa sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, keamanan dsb yang tentu saja tidak dapat diuraikan satu persatu karena begitu banyaknya.

Apa yang harus dilakukan oleh muslimah?

Seharusnya setiap muslimah merasa prihatin sekaligus greget dengan kondisi perempuan saat ini. Kita para muslimah, harus melakukan upaya pembebasan secara hakiki, yakni membebaskan dirinya dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan kepada Allah. Perempuan harus membebaskan dirinya dari jeratan sistem kapitalisme buatan manusia serta sungguh-sungguh berjuang menerapkan syariah dalam bingkai Daulah Khilafah Islam. Syariah juga menetapkan bagaimana peran strategis perempuan untuk membangun kehidupan yang ideal.

Semangat pembebasan tersebut akan menuntun perempuan memulai langkah pemberdayaan dirinya dengan satu visi : menjadi perempuan unggul sebagai  ummun wa robbatul bait yang melahirkan generasi cerdas, takwa, pejuang syariah dan khilafah dan kesaakinahan keluarga juga sebagai mitra laki-laki dalam membangun masyarakat Islam.

Perempuan bisa memberikan kontribusi yang luar biasa bagi pembangunan peradaban dunia yang ideal dengan bergabung dalam gerakan penyadaran umat agar Khilafah segara tegak. Gerakan tersebut akan menghimpun potensi para anggotanya, termasuk dalam hal ini para muslimah agar berkiprah politik sesuai dengan perspektif Islam guna meraih misi : 1.mengokohkan ketahanan keluarga muslim; 2.melahirkan generasi berkualitas pejuang; 3.membangun muslimah berkarakter kuat dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar; 4.membina perempuan sebagai mitra laki-laki dalam rumah tangga dan perjuangan di tengah umat.

Walhasil, satu-satunya jalan untuk mengangkat perempuan dari nestapa kehidupan agar kembali mulia dan sejahtera adalah dengan kembali pada Islam dan mewujudkan tegaknya Daulah Khilafah Islam yang menaungi para perempuan dari berbagai bahaya dan nestapa.

Memang, memperjuangkan tegaknya syariah dan khilafah di tengah kehidupan yang sekular materialistik bukan hal yang mudah. Perlu keikhlasan, keseriusan, kesungguhan, kesabaran dan istiqomah untuk mewujudkannya. Karena itu, kewajiban kita para muslimah adalah sekuat tenaga mencurahkan segala kemampuan dalam mengikuti jejak langkah da’wah Rasulullah saw. dan para shahabat. Wahai para muslimah, marilah segera kita rapatkan barisan dan mengerahkan segala potensi untuk menunaikan seruan Allah SWT:

“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (TQS. Ali Imron:133). 

Wallahul muwaafiq ilaa aqwamith thoriq

Tidak ada komentar:

Posting Komentar