Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Rabu, 06 April 2011

Tipuan dan Kontekstualisasi Misi Kristen (2)


Dengan alasan melaksanakan Amanat Agung Yesus melalui strategi kontekstualisasi, para misionaris Kristen semakin gila-gilaan menjala aqidah dengan jurus-jurus tipuan.

Mereka menerbitkan  brosur (leaflet), buku, majalah, komik, qasidah dll yang dikemas dengan gaya dan idiom Islam. Tak segan-segan, buku-buku dan brosur itu juga disebarkan ke masjid dan mushalla secara terselubung.

Brosur-brosur yang sudah banyak tersebar antara lain: brosur Dakwah Ukhuwah yang disusun dalam 3 judul berseri, antara lain: “Rahasia Jalan Ke Sorga”, “Membina Kerukunan Umat Beragama”, dan “The Secret Path To Heaven.” Brosur Shiraathal Mustaqiim, disusun berseri 4 judul antara lain: “Keselamatan”, “Siapakah Yang Bernama Allah”, “Stop”, dan “Injil Barnabas.” Brosur Al-Barokah, disusun 2 judul berseri, antara lain: “Dajjal & Kiamat” dan “Allahu Akbar Maulid Isa Almasih.”

Brosur lipat berjudul “Mutiara Al-Qur’an Memberi Petunjuk bagi Penderita Sakit Parah” dan brosur “Orang Sakit dan Tabib Akbar.” Kedua brosur ini disebarkan di beberapa rumah sakit di Jakarta, menargetkan para pasien yang sangat berharap kesembuhan. Brosur ini banyak memuat ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits yang diracik sedemikian rupa untuk menggiring pembaca agar memperoleh kesembuhan dengan berdoa kepada sang Tabib Akbar yaitu Isa Almasih alias Yesus Kristus. Brosur-brosur lainnya masih banyak, insya Allah akan dibedah di rubrik ini pada edisi lain.

Untuk anak-anak SD yang gemar membaca komik, mereka menyusun komik ukuran saku berjudul “Siapakah Isa AS  itu?” Dalam komik ini semua istilah kristiani diganti dengan istilah-istilah Islam sehingga anak-anak Muslim mudah terkecoh dan menganggap komik itu sebagai bacaan yang bagus untuk mereka. Apalagi, pada halaman pertama dan halaman terakhir dikutip masing-masing dengan sebuah ayat Al-Qur’an. Padahal isinya mengecoh pembaca untuk diarahkan kepada pemahaman bahwa Yesus adalah tuhan dan juruselamat.

Selain melalui brosur, para misionaris juga berusaha menyusupkan Bibel ke rumah-rumah Islam dengan tipuan yang lihai. Misalnya, buku “30 Zabur Pilihan” terbitan Pustaka Marwa. Umat Islam banyak terkecoh buku ini karena menganggapnya sebagai cuplikan dari kitab Zabur peninggalan Nabi Daud alaihissalam. Padahal, buku ini berisi ayat-ayat Bibel yang diambil dari kitab Mazmur dengan kemasan gaya Islam.

Buku Mutiara Hikmah Nabi Sulaiman yang diterbitkan oleh Galang Press Yogyakarta juga banyak mengecoh umat Islam. Di berbagai toko buku (Gramedia, Kharisma, Gunung Agung, dll),buku tersebut dipajang di rak buku-buku Islam, berbaur dengan buku-buku kisah para nabi dan rasul. Padahal isi buku ini adalah ayat-ayat Bibel yang diambil dari kitab Amsal dengan editing bahasa untuk dimiripkan dengan style buku Islam. Hal yang paling mengecoh adalah perubahan “Salomo” yang biasa dipakai oleh umat Kristen, diganti dengan nama “Nabi Sulaiman alaihissalam” yang biasa dipakai dalam akidah Islam.

Saking halusnya pengelabuan buku ini, hanya orang yang memiliki pengetahuan perbandingan agama saja yang bisa membuktikan bahwa buku ini adalah ayat Bibel berwajah Islam.

Majalah yang sangat licik adalah Majalah Tinelo News. Bayangkan, nama-nama rubriknya benar-benar islami, misalnya rubrik “Tali Silaturrahim.” Dalam rubrik ini dimuat komentar dan tulisan pembaca Muslim yang ngefans kepada majalah itu. Nama-nama redaksinya pun memakai nama Islam, misalnya: Zulkarnain, Hasan, Ka’dua, Aminah, dll. Dalam majalah tersebut banyak dibahas ayat-ayat Al-Quran dan hadits nabi. Selain itu redaksi juga mengadakan kursus Islamologi tertulis (koresponden) gratis. Salah satu tulisannya berjudul “Tuntunan Menuju Shiraatal Mustaqiim.” Umat Islam mana yang mengira majalah seperti ini adalah majalah Kristen? Sungguh terlalu!!

Bagi kalangan Muslim yang menyukai seni, para misionaris juga punya jurus kontekstualisasi tersendiri. Mereka membuat lagu-lagu qasidah yang mendendangkan ketuhanan Yesus dalam bahasa Arab dengan irama padang pasir yang indah di telinga. Umat Islam yang awam bisa jadi santapan empuk pengelabuan Kristen ini. Perhatikan judul-judulnya:  Isa Almasih Qudrotulloh, Allahu Akbar, Laukanallohu Aba’akum, Isa Kalimatullah, Ahlan Wasahlan Bismirobbina, Nahmaduka Ya Allah, dll. Dalam pengantar album Qasidah tersebut ditulis: “Syukron Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan...dst”

Tak puas menipu umat Islam dengan buku, brosur, komik dan kaset-kaset qasidah, para misionaris juga menipu umat Islam dengan mendirikan agama Islam ”Palsu” bernama ”Islam Hanif.” 

Dalam buku Alkitab Menubuatkan Islam Hanif Akan Masuk Surga, seorang Kristen Advent asal Minahasa yang kini tinggal di kawasan Koja Jakarta Utara ini merekayasa Agama Islam Hanif untuk menggelincirkan akidah umat ke dalam kekristenan. Ayat-ayat Al-Qur’an ditafsirkan sedemikian rupa untuk mendukung ide ”Islam Hanif,” meski Robert tak bisa baca Al-Qur’an. Ia hanhya menafsirkan terjemah ayat Al-Qur’an untuk disesuaikan dengan doktrin Kristen Advent. 

Beberapa tahun yang lalu, Robert mengaminkan dirinya sebagai ”Waraqah bin Naufal” baru untuk mendukung kenabian Moshaddeq, nabi palsu sekte Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Kini Moshaddeq sudah dipenjara, tapi Robert belum. Kapan gilirannya?.[Ahmad Hizbullah]



Menghalalkan tipuan demi Ayat Palsu Bibel 


alt
Untuk merehabilitasi ”tipuan aqidah,” mereka pakai istilah ”kontekstualisasi misi.” Sebagai justifikasinya, mereka tambal borok-borok kebohongan dengan surat-surat Paulus kepada jemaatnya (1 Korintus 9:20) bahwa misi kepada suatu kaum harus dilakukan dengan berpura-pura dan berpenampilan seperti kaum yang dijadikan target. Berdusta untuk misi tidak dianggap sebagai suatu dosa karena Paulus membolehkan kebohongan sebagai sarana meninggikan kemuliaan Tuhan (Roma 3:7). Baca Suara Islam edisi sebelumnya.

Untuk memperkuat pijakan misi kontekstualisasi, para misionaris menisbatkan teologinya kepada Yesus Kristus dengan istilah ”Amanat Agung Yesus,” yaitu misi untuk menjadikan segala bangsa sebagai murid Yesus. Mereka berpijak pada ayat berikut:

 “Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat dia mereka menyembahnya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepadaku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Injil Matius 28:16-20).

Ayat Amanat Agung ini sangat populer di kalangan Kristen, sehingga setiap Penginjil pasti hafal ayat tersebut. Ayat ini menjadi obat kuat yang mujarab bagi misi Kristen. Mereka begitu gigih berpegang teguh pada ayat tersebut meskipun harus ditebus dengan nyawa mereka dengan harapan mendapatkan kehidupan baru di sorga. 

Namun sungguh malang, mereka tidak menyadari atau mungkin membutakan diri bahwa ayat “amanat agung” itu adalah doktrin palsu di atas kepalsuan ayat. 

Dalam Bibel yang ada saat ini, bila mengacu pada King James Version, Revised Standard Version, dll., Injil Matius berakhir pada pasal 28:20. Padahal Injil Matius seharusnya berakhir pada ayat 28:15 yang berbunyi:

“Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.”

Kalimat “cerita ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini” menunjukkan dan merupakan penutup Kitab Matius yang menjadi cerita selama puluhan tahun. Karena Gereja ingin menambah doktrinnya, mereka tanpa malu menambah ayat-ayat palsu yang termuat dalam Matius 28:16-20 tersebut, tanpa mempedulikan meski tambahan ini terasa janggal bagi pembacanya.

Hugh J. Schonfield, nominator pemenang Hadiah Nobel tahun 1959, dalam bukunya The Original New Testament, mengatakan sebagai berikut: “This (Matthew 28:15) would appear to be the end of the Gospel (of Matthew). What follows (Matthew 28:16-20) from the nature of what is said, would then be a latter addition” 

“Ayat ini (Matius 28:15) nampak sebagai penutup Injil (Matius). Dengan demikian, ayat-ayat selanjutnya (Matius 28:16-20), dari kandungan isinya, nampak sebagai (ayat-ayat) yang baru ditambahkan kemudian.”

Robert Funk, Professor Ilmu Perjanjian Baru, Universitas Harvard, dalam bukunya The Five Gospels, mengomentari ayat-ayat tambahan ini sebagai berikut:

“The great commission in Matthew 28:18-20 have been created by the individual evangelist... reflect the evangelist idea of launching a world mission of the church. Jesus probably had no idea of launching a world mission and certainly was not the institution builder. (It is) not reflect direct instruction from Jesus.”

“Perintah utama dalam Matius 28:18-20 diciptakan oleh para penginjil... memperlihatkan ide untuk menyebarkan ajaran Kristen ke seluruh dunia. Yesus sangat mungkin tidak memiliki ide untuk mengajarkan ajarannya ke seluruh dunia dan (Yesus) sudah pasti bukan pendiri lembaga ini (agama Kristen). (Ayat ini) tidak menggambarkan perintah yang diucapkan Yesus.”

Agresivitas misi Kristen adalah fenomena yang aneh bin ajaib. Mereka menghalalkan tipuan untuk misi, padahal perintah misi itu adalah sebuah kepalsuan yang ditopan oleh sebuah ayat palsu palsu. Penipuan dan kepalsuan adalah dua hal yang sangat buruk di mata Tuhan, ini yang harus disadari oleh para misionaris Kristen! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar