Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Rabu, 13 April 2011

Kekuasaan Mutlak Milik Allah SWT


Tafsir Surat Ali Imran [03] ayat 26

Firman Allah SWT: 
Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imran 26). 

Tafsir

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan Allah berfirman katakanlah hai Muhammad, dengan mengagungkan Rabb-mu dan bertawakkal kepada-Nya, bersyukur serta berpasrah kepada-Nya: “Ya Allah,  segala kekuasaan adalah milik-Mu.  Engkau  berikan kekuasaan kepada siapa saja yang Engkau  kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa saja yang Engkau kehendaki dan Engkau muliakan siapa saja yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa saja yang Engkau kehendaki”.  Engkaulau Sang Pemberi dan Engkaulah Sang Pencegah.  Apa saja yang Engkau kehendaki pasti terjadi.   Dan apa saja yang tidak Engkau kehendaki pasti tidak terjadi.  

Di dalam ayat ini terdapat peringatan dan petunjuk untuk mensyukuri nikmat Allah SWT kepada Rasulullah saw. dan umat ini.  Sebab Allah SWT telah mengubah pangkat kenabian dari kalangan Bani Israil kepada Nabi yang berbangsa Arab, bersuku Quraisy, berasal dari kota Makkah, yang buta huruf, penutup para Nabi secara mutlak.  Dan rasul yang diutus untuk bangsa jin dan  manusia.    Allah mengumpulkan segala kebaikan padanya, dan memiliki keistimewaan yang tidak diberikan kepada nabi dan rasul sebelumnya dalam ilmu Allah dan syariat-Nya, dan penguasaannya atas segala perkara yang ghaib baik yang terdahulu maupun yang akan datang, serta pengungkapannya terhadap hakikat dan kenyataan di akhirat serta, dan penyebaran umatnya ke berbagai penjuru dunia,  di ujung timur maupun barat.    Dan dimenangkannya agama dan syariat-Nya atas seluruh agama dan syariat yang ada.  Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepadanya hingga hari kiamat, selama ada siang dan malam.   

Dalam tafsir Jalalain diterangkan bahwa ayat tersebut turun tatkala Rasulullah saw.menjanjikan kepada umatnya kekuasaan Persia dan Rumawi.  Maka orang-orang munafik mengatakan “haihaata”, amat jauh!  Katakanlah Ya Allah, Pemilik Segala kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki di antara makhluk-Mu dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa saja yang Engkau kehendaki.  Dan Engkau muliakan siapa saja yang Engkau kehendaki dengan memberikan kekuasaan kepadanya dan Engkau hinakan siapa saja yang Engkau kehendaki dengan mencabut kekuasaan darinya.  Di dalam kekuasaan-Mu-lah segala kebaikan.  Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.    

Ibnu Abbas dalam tafsirnya menerangkan bahwa Allah memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang dia kehendaki, yakni nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya.   Dan Allah mencabut kekuasaan dari siapa saja yang Dia kehendaki, yakni mengambil kekuasaan dari penduduk Persia dan Rumawi.   Allah SWT yang memuliakan siapa saja yang Dia kehendaki, yakni Muhammad saw.   Dia menghinakan siapa saja yang dia kehendaki, yakni gembong kaum munafik Abdullah bin Ubay bin Salul dan para sahabatnya serta penduduk Persia dan Rumawi.   Segala kebajikan, yakni segala kemuliaan, kehinaan,   kekuasaan, harta rampasan perang, kemenangan, dan negara adalah di tangan Allah.   Dan Allah Maha Kuasa atas segala kebaikan tersebut.   Ayat ini turun tentang gembong munafiq Abdullah bin Ubay bin Salul dalam ucapannya setelah penaklukan kota Mekkah: Darimana mereka bisa mendapatkan kekuasaan Parsi dan Rumawi?  

As Suyuthi dalam kitab Ad Durrul Mantsur fi Tafsiiri bil ma’tsur mengutip riwayat hadits yang dikeluarkan oleh Abdun  bin Humaid, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim dari Qatadah yang berkata telah berkata kepada kami bahwa Nabiyullah saw. telah meminta kepada Allah untuk menjadikan kekuasaan Persia dan Rumawi untuknya pada umatnya.  Maka Allah menurunkan firman-Nya: Qulillaahumma maalikal mulki…

As Suyuthi (idem) mengutip riwayat yang dikeluarkan oleh Ibnu Mundzir dari Al Hasan yang berkata Jibril telah mendatangi Nabi saw. dan berkata: Hai Muhammad, mintalah kepada Rabb-mu : 

Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.  Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)".(QS. Ali Imran 26-27) 

Kemudian Jibril mendatangi Nabi saw. dan berkata: Wahai Muhammad mintalah kepada Rabb-mu: 

Dan Katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah Aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) Aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. (QS. Al Isra 80).

Lalu Nabi saw. meminta dengan firman Allah maka Allah memberikannya.  

Kesimpulan

Dari uraian tafsir di atas jelas bahwa Allah SWT adalah pemilik segala kekuasaan.  Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan Dia cabut dari siapa saja yang Dia kehendaki.  Allah SWT telah memberikan kekuasaan kepada Nabi Yusuf a.s., Nabi Dawud a.s., dan Nabi Sulaiman a.s. dari kalangan Bani Israil dan juga kepada Nabi Muhammad saw. dan para khalifah rasyidin sesudahnya dari kalangan orang-orang shalih.  Allah SWT juga pernah memberikan kekuasaan kepada Firaun dan Namrud, juga Heraclius dan Kisra.   Namun mereka ingkar, Allah pun mencabut kekuasaan mereka dan memusnahkan mereka.    Allah juga memberikan kekuasaan kepada para dictator abad lalu dan abad ini dari kalangan kaum fasik.  Dan Allah mencabut kekuasaan serta menghinakan mereka.  Oleh karena itu, bagi yang sedang berkuasa hendaknya sadar bahwa jabatan kekuasaan hanyalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan, yang bisa menjadi sesalan dan hinaan.  Kecuali Imam yang adil.  Yang akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT dunia akhirat.  Wallahua’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar