Allah SWT berfirman:
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?. (QS. Al Jatsiyah 23).
Dalam tafsir Jalalain dijelaskan bahwa dalam ayat tersebut Allah SWT meminta kepada nabi Muhammad saw. Mengabarkan tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Dan Allah SWT membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya, yaitu Dia Maha Tahu bahwa orang tersebut memang ahlud dlolalah (ahli kesesatan)sebelum diciptakannya. Dan Allah SWT telah mengunci pendengaran dan hatinya, sehingga dia tidak bisa mendengar hidayah dan tidak memikirkannya. Dan Allah menjadikan tutup yang gelap di atas penglihatannya sehingga dia tidakbisa melihat hidayah. Maka siapa yang bisa memberi hidayah setelah Allah membiarkan mereka sesat?. Apakah mereka tidak mengambil pelajaran?
Dalam tafsir Al Wajiz diterangkan bahwa orang kafir itu menjadikan apa saja yang disukai hawa nafsunya sebagai agamanya. Maka tidaklah sesuatu disukai oleh hawa nafsunya, melainkan dia lakukan. Dan Allah membiarkan dia dalam kesesat an berdasarkan ilmu-Nya sebelum Dia menciptakannya bahwasanya dia itu sesat. Orang yang sesat itu mengingkari hari kebangkitan setelah kematian dengan mengatakan bahwa hidup itu hanya ada di dunia saja.
Ibnu Abbas r.a. dalam tafsirnya menerangkan : Hai Muhamad, tahukah engkau orang-orang yang menyembah tuhan-tuhan sesuai hawa nafsunya. Setiap kali hawa nafsunya menyukai sesuatu maka dia menyembahnya. Orang itu adalah An Nazhar, atau Abu Jahal, atau Harits bin Qais. Dan Allah membiarkannya sesat dari iman sebagaimana Dia tahu bahwa orang itu adalah masuk golongan sesat (ahlud dlolalah). Dan Allah menutup pendengarannya agar dia tidak mendengar kebenaran (al haq). Juga Allah menutup hatinya supaya tidak bisa memahami kebenaran. Juga Allah memasang tutup agar tidak bisa melihat kebenaran. Siapa yang bisa memberinya petunjuk kepada agama Allah setelah Allah biarkan dia dalam kesesatannya. Apakah mereka tidak mengambil pelajaran dari Al Quran bahwasanya Allah itu satu dan tiada sekutu baginya?.
At Thabari dalam tafsirnya mengatakan bahwa tahukah kamu orang yang menjadikan kehendak hawa nafsunya sebagai agamanya?. Tidaklah hawa nafsunya menyukai sesuatu, melainkan maka dia lakukan. Sebab dia tidak beriman kepada Allah dan tidak mengharamkan apa yang diharamkan Allah dan tidak menghalalkan sesuatu yang dihalalkan oleh Allah. Agama hanyalah sesuai dengan kehendak nafsunya lalu dia kerjakan. Adalah Quraisy menyembah batu putih, yakni Uzza hingga suatu masa ketika mereka mendapati batu yang lebih baik. Maka ditinggalkanlah sembahan lama itu lalu menyembah yang lain. Maka turunlah firman Allah afaraita manittakhadza ilaahahu hawahu.
Dengan kecenderungan hawa nafsu yang bisa berubah-ubah, maka sembahan orang-orang seperti itu pun berubah-ubah seiring dengan perubahan kecenderungan hawa nafsunya. Padahal yang berhak disembah hanyalah Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi dan manusia serta siapa saja yang ada di dalamnya.
Efek dari menjadikan hawa nafsu sebagai sembahan
Orang yang menuhankan hawa nafsu memperturutkan hawa nafsunya yang rendah. Allah SWT mengumpamakan mereka seperti anjing. Allah SWT berfirman:
Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS. Al A’raf 176).
Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan anjing itu menjulurkan lidahnya pada segala keadaan, baik anda mengusirnya atau tidak. Ibnu Juraij berkata: anjing itu terputus hatinya, tidak punya hati. jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian juga orang yang meninggalkan petunjuk, tidak punya hati dan hatinya terputus. Al Qutaibiy mengatakan bahwa setiap sesuatu menjulurkan lidahnya dan hanya menjulurkan tatkala haus, kecuali anjing yang menjulurkan lidahnya dalam segala keadaan. Maka Allah membuat perumpamaan kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah seperti anjing. Jika engkau nasihati dia tersesat, dan jika engkau biarkan tersesat juga.
Orang yang menuhankan hawa nafsu akan memperturutkan hawa nafsu. Dan orang yang mengikuti hawa nafsu keadaannya melewati batas. Allah SWT berfirman:
“dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya Telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (QS. Al Kahfi 28).
Dalam kitab Fathul Qadir diterangkan bahwa orang yang mengikuti hawa nafsu adalah orang yang mengutamakan hawa nafsu daripada kebenaran, sehingga dia memilih syirik daripada tauhid. Maka urusan orang seperti itu adalah melampaui batas yang lurus.
Orang yang memperturutkan hawa nafsu akan binasa. Allah SWT berfirman:
Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa". (QS. Thaha 16).
An Nasafi dalam tafsirnya mengatakan janganlah kamu dipalingkan dari amal untuk hari kiamat, atau untuk menegakkan sholat, atau dari iman kepada hari kiamat. Khitab ayat ini untuk Musa a.s. tapi maksudnya adalah untuk umatnya. Janganlah kalian dipalingkan oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan mengikuti hawa nafsunya dalam menyalahi perintahnya, maka engkau akan binasa.
Orang yang mengikuti hawa nafsu diumpamakan oleh Allah seperti binatang ternak. Allah SWT berfirman:
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). (QS. Al Furqan 43-44).
Kesimpulan
Dengan demikian jelaslah kesesatan dan kebinasaan orang-orang yang mengklaim dirinya terbebas dari petunjuk dan aturan Allah SWT lalu mengklaim bahwa mereka punya kebebasan sebagai HAM mereka dalam berganti-ganti agama (hurriyatul aqidah) termasuk kebebasan tidak beriman kepada Allah SWT, kebebasan untuk berperilaku (hurriyatus syakhshiyyah) seks bebas dan bermaksiat ria, kebebasan berpendapat (hurriyatur ra’yi) termasuk untuk menistakan Nabi Muhammad saw. dan mendiskreditkan Islam serta membuang syariat-Nya, hingga kebebasan merampok harta masyarakat (hurriyatut tamalluk) dengan baju konsesi yang dijamin undang-undang. Semua itu muncul dari faham pemujaan hawa nafsu bahkan telah menuhankannya. Na’udzubillah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar