Senin, 04/04/2011 14:15 WIB | email | print
Oleh Ali Mustofa
Kala itu masa generasi terbaik, generasi yang mampu memberikan cahaya terang di tengah pekatnya kegelapan. Pengukir sejarah perjuangan gemilang. Gagah dengan kewibawaan Islam dan kokoh karena kekuatan iman.
Pertempuran Uhud, bersinar nama Thalhah Ubaidilah, “si burung elang perang uhud”, itulah julukan yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepadanya. Kisah hebat yang tentunya sebagai pelajaran bagi generasi berikutnya.
Diceritakan, ketika tentara Muslim terdesak mundur dan Rasulullah saw dalam bahaya akibat pasukan pemanah tidak disiplin dalam menjaga pos-pos di bukit, pasukan musuh bagai kesetanan merangsek maju untuk mengejar para mujahidin dan Rasulullah saw. Semua musyrikin berusaha mencari Rasulullah. Dengan pedang-pedang mereka yang tajam dan mengkilat, mereka terus mencari, para sahabat dengan sekuat tenaga melindungi.
Mereka pun rela terkena sabetan, tikaman pedang, tusukan tombak dan anak panah. Tetapi para sahabat tetap bertahan melawan kaum musyrikin Quraisy. Hati mereka berucap dengan teguh, “Aku korbankan ayah ibuku untuk engkau, ya Rasulullah!” Pertempuran pun terus berlanjut. Tak terpikir oleh mereka untuk mundur sebagai pengecut. Hanya ada dua pilihan, hidup mulia atau mati sebagai syuhada.
Thalhah adalah salah satunya. Diayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri. Ia melompat lincah ke arah Rasulullah SAW yang tubuhnya berdarah. Dipeluknya Beliau SAW dengan tangan kiri dan dadanya. Sementara pedang yang ada ditangan kanannya ia ayunkan ke arah lawan yang mengelilinginya. Ia tak akan membiarkan senjata-senjata tajam musuh mengenai tubuh kekasihnya, meskipun dengan itu dirinya menjadi menderita.
Alhamdulillah, Rasul SAW pun selamat. Kaum musyrikin pergi meninggalkan medan perang. Mereka mengira sang nabi SAWtelah tewas, padahal tidak, meskipun dalam keadaan luka-luka. Para sahabat menjadi lega, sebelumnya mereka sangat khawatir telah terjadi apa-apa dengan seseorang yang paling dikasihinya itu.
Kemudian Rasul SAW dipapah oleh Thalhah menaiki bukit yang ada di ujung medan pertempuran. Tangan, tubuh dan kakinya diciumi oleh Thalhah, seraya berkata dengan nada lembut, “Aku tebus engkau Ya Rasulullah dengan ayah ibuku.” Nabi SAW tersenyum dan Bersabda: “Keharusan bagi Thalhah adalah memperoleh…”Yang dimaksud Rasulullah SAWadalah memperoleh surga.
Sungguh, peristiwa yang sangat luar biasa, suatu ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah berkata, “Perang Uhud adalah harinya Thalhah. Pada waktu itu akulah orang pertama yang menjumpai Rasulullah. Ketika melihat aku dan Abu Ubaidah, baginda berkata kepada kami: 'Lihatlah saudaramu ini.' Pada waktu itu aku melihat tubuh Thalhah terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah dan jari tangannya putus.” Subhanallah!
Sebuah pelajaran berharga dari sahabat Thalhah, pahlawan Islam yang gagah berani, rela berkorban apa saja demi Allah dan Rasul-Nya, untuk kemuliaan agamanya. Karena ia tahu, nilai dunia itu tak ada apa-apanya, akhiratlah masa depan yang sesungguhnya. Berbahagialah Thalhah, ia mendapatkan tempat yang mulia disisi-Nya. Semoga kita bisa meneladani sikap sahabat Thalhah.
Saat ini dunia Islam sedang dijajah dan dihinakan, apakah kita hanya diam dan berpangku tangan, ataukah kita mau untuk bangkit berjuang demi kemuliaan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar