Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Jumat, 23 Maret 2012

Hari-hari Kemarahan


Presiden SBY menyampaikan di depan kader dan pimpinan Partai Demokrat di Cikeas,  bahwa dirinya dan keluarganya diancam akan dibunuh. SBY juga menyampaikan adanya gerakan yang ingin menjatuhkan dirinya dari kekuasaan.
Kepala BIN (Badan Intelijen Negara) Letjen Marciano menyatakan, aksi demo kenaikan BBM sudah ditunggangi kekuatan yang ingin menjatuhkan Presiden SBY. Ketua Partai Demokrat Anas menyerukan melawan terhadap gerakan yang ingin menjatuhkan Presiden SBY.
Sekarang hari-hari di Jakarta, dan mungkin di seluruh Indonesia, kemarahan rakyat sudah sampai ke ubun-ubun. Karena pemerintah yang dipimpin SBY, seakan sudah kehabisan akal dan tidak memiliki opsi lagi, kecuali harus menaikkan harga BBM. Subsidi harus dihapus. Karena membebani APBN. Subsidi BBM Rp 120 triliun itu sudah tidak dapat ditolerir. Ini akan menggerogoti APBN.
Padahal sekarang BBM belum dinaikan pun, harga-harga kebutuhan pokok sudah melangit. Rata-rata kenaikannya sudah lebih dari 30 persen. Bagaimana sesudah kebijakan pemerintah menaikan BBM itu diputuskan dan dinaikan? Dampaknya pasti langsung kepada rakyat jelata yang miskin. Puluhan juta rakyat jelata, pasti akan sekarat. Mereka tidak akan mampu menghadapi kenaikan harga-harga kebutuhan pokok yang naik.
Golongan kelas menengah ke bawah langsung bangkrut. Bertambah melarat. Bagaimana nasib tukang sayur, pedagang asongan, kuli bangunan, tukang ojek, buruh, buruh tani, para pemulung, dan para jelata lainnya? Puluhan juta rakyat jelata hanya akan menghadapi kematian secara perlahan-lahan. Tidak akan mampu bertahan hidup lagi. Menghadapi kebijakan pemerintah SBY yang menaikkan harga BBM.
Rencana pemerintah yang akan mengalihkan subsidi BBM itu kepada rakyat dalam bentuk tunai langsung, tak akan berdampak apapun terhadap kehidupan rakyat. Bahkan, cenderung rencana pemerintah yang akan membagikan bantuan langsung tunai (BLT), berdasarkan pengalaman yang lalu, malah digunakan oleh Partai Demokrat, mendapatkan dukungan rakyat. Dengan cara membagi-bagikan BLT kepada konstituennya. Sekarang sual dana pengalihan subisidi ini sudah menjadi rebutan partai-partai politik. Tetapi, BLT itu seperti obat generik, yang tidak akan dapat mengobati penyakit rakyat yang melarat, dan sudah akut itu.
Kenaikan BBM pasti akan memiliki multi efek, yang dampaknya sudah dapat dilihat mulai dari sekarang. Kehidupan rakyat semakin susah. Kehidupan semakin sulit. Inflasi semakin meningkat. Pabrik-pabrik akan gulung tikar. Karena kenaikan BBM itu, pasti memiliki efek domino. Ketua APINDO (Assosiasi Pengusaha Indonesia), Sofyan Wanandi, sudah menjelaskan, dampak dari kenaikan BBM, dan akan diikuti kenaikkan tarif dasar listrik (TDL), langsung menghancurkan sektor manufaktur.
Kalau pabrik-pabrik tutup, maka pengangguran akan bertambah banyak. Semakin banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran. Ini akan menimbulkan kelas orang melarat baru. Seperti dikemukakan oleh Gubernur Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X, menegaskan kenaikan BBM, jangan sampai menimbulkan generasi baru yang lebih miskin, dan tanpa masa depan.
Bila rakyat sudah tidak dapat lagi menanggung beban hidup yang mereka pikul, rakyat sudah tidak banyak memiliki pilihan. Akan memilih antara hidup dan mati. Maka rakyat yang sudah diambang sekarat itu, pasti akan mengeluarkan segala yang dimilikinya, termasuk nyawanya sendiri. Rakyat akan hilang rasa takutnya. Mereka akan memilih lebih baik mati. Daripada hidup dalam kondisi yang sangat menderita. Di dera kemiskinan, ketidak adilan, dan penderitaan yang melingkupi kehidupan mereka.
Seperti yang dihadapi rakyat di dunia Arab, yang akhirnya mereka memilih memberontak terhadpa para penguasa di negerinya. Mereka sudah tidak dapat lagi bertoleransi dengan segala penderitaan yang mereka hadapi. Akibat kezaliman para penguasa di negeri mereka. Para penguasa di dunia Arab yang berkuasa puluhan tahun, dan melakukan segala kezaliman, tak terperikan terhadap rakyatnya.
Rakyat di dunia Arab, mereka menghadapi para penguasa yang zalim, merampas hak-hak hidup mereka, mematai-matai, menangkap, menjebloskan ke dalam penjara, menyiksa, dan bahkan membunuhi mereka. Para penguasa itu juga mengkorup dan merampok uang negara miliaran dolar, dan mereka simpan di bank-bank di luar negeri. Sementara rakyatnya dibiarkan miskin.
Maka pilihan mereka, hanyalah melakukan pemberontakan melawan penguasa yang zalim. Mereka melakukan revolusi dan memberontak dengan kekuatan, seperti terhadap tiran di Mesir-Mubarak, Zine al-Abidin di Tunisia, Ali Abdullah Saleh di Yaman, Muammar Gadafi di Libya, dan sekarang rakyat di Suriah sedang berperang dengan rezim Bashar al-Assad. Ribuan orang sudah tewas. Tetapi, mereka terus berjuang, dan ingin mengakhiri kelaliman yang amat sangat Bashar al-Assad.
Hari-hari ini dipenuhi oleh kemarahan rakyat. Di mana-mana aksi demo berlangsung, yang menolak kenaikan BBM. Jika para pemimpin negeri ini masih bebal, dan tidak mendengarkan suara dan aspirasi rakyat, tidak tertutup kemungkinan gerakan rakyat ini akan menjadi sebuah perlawanan dan pemberontakan. Inilah kemarahan rakyat. Akibat pemerintah tidak lagi mau mendengarkan nasib mereka, terutama nasib rakyat jelata. Wallahu'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar