Markas : Jl. Peta No. 49 Tlp/Fax 022-5224189 Bandung.40243 /dpwpbbjabar@gmail.com

Rabu, 14 Maret 2012

SUMARGONO, DA’I DAN POLITISI BERSIH

Oleh : Muhsin MK
[Ketua Dewan Da’wah Jabar Bidang Da’wah].

       Awal perjumpaan dengan Allahuyarham Dr. Ahmad Sumargono, tahun 1980 an di Dewan Da’wah pada masa keterlibatanya dalam gerakan Komite Solidaritas Dunia Islam [KISDI]. Walau tidak ikut menjadi pengurus KISDI, yang dibentuk atas anjuran Buya Mohammad Natsir, namun sesama aktifis da’wah, akhirnya bisa saling mengenal, dan kerap menyapa bila bertemu muka, dan biasa memanggil dengan panggilan, “Ustadz”.
      Selama Allahuyarham aktif dalam KISDI sebagai pimpinannya, berbagai kegiatan tabligh akbar diadakan, terutama dalam membela ummat Islam yang tertindas di seluruh duinia. Sebenarnya KISDI merupakan kelanjutkan dari Komite Solidaritas Muslim Bosnia [KSMB} yang para ustadz di Dewan Da’wah ikut terlibat dalam mengisi tabligh akbar di beberapa masjid dalam penggalangan dana untuk membantu perjuangan Ummat Islam di Bosnia Herzegovina yang menjadi korban pembantaian orang Kafir Serbia Yugoslavia. Karena ummat Islam yang menderita dan dizalimi tidak hanya di Bosnia, tetapi juga antara lain di Palestina, di Pathani, Kashmir, Mindanau, Afghanistan, membuat KSMB dirubah menjad KISDI, sehingga gerakannya lebih luas lagi.
Tiada hari tanpa da’wah    
    Sebagai sarjana ekonomi, Sumargono juga tidak tinggal diam dalam melaksanakan da’wah ekonomi, selain sebagai pimpinan berbagai perusahaan, juga aktif dan membentuk lembaga pengumpulan dana ummat. Terakhir, setelah memperoleh gelar Doktor Ilmu Pemerintahan, dia dilibatkan sebagai Komisaris Lembaga Perjalanan Haji Hudaya Safari dam Badan Usaha lainnya yang berada di bawah naungan Dewan Da’wah Pusat bersama-sama dengan Ir, H. Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan RI saat ini.
    Sekalipun dia sedemikian sibuk dengan urusan bisnis dan perkerjaan, namun dia masih bisa membagi bagi waktunya, antara lain untuk da’wah bil lisan, memberikan khutbah dan ceramah di berbagai tempat dan daerah. Khutbah dan ceramah ini seakan sudah menjadi bahagian dari hidupnya, apalagi dia memiliki pengetahuan agama yang cukup, didukung pengetahuan umum yang luas, serta vokal dan retorika khas Betawi, sehingga dirinya merasa “menderita”, manakala dia tidak menjalaninya.
    Pernah dia bercerita dalam suatu kesempatan di rumahnya, yakni tentang panitia pelaksana shalat ‘Id sudah memintanya mengisi Khutbah Idul Fitri di Surabaya, dan dia pun sudah bersiap siap untuk menghadirinya, namun tiba tiba menjelang datang hari raya itu si panitia menggagalkannya secara sepihak, sehingga membuatnya bukan hanya kecewa, melainkan juga tidak betah jika pada waktu hari raya itu tidak mengisi khutbah. Dalam keadaan seperti itu Allah memberinya jalan keluar, secara tiba tiba pula sahabatnya, Anwar Shaleh ketika sama sama menjadi Pengurus Pusat Partai Bulan Bintang bertemu dan memintanya mengisi khutbah di Pesantren Arafah, Kabupaten Bandung Barat.
     Itulah sebabnya dia mempunyai kenangan tersendiri dengan sahabatnya itu yang tidak bisa dilupakannya, sampai sampai saat dia mendirikan Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia [GPMI], maka didirikan pula Cabang GPMI Bandung Barat yang papan namanya dipasang di depan jalan Pesantren, dan beberapa ustadznya menjadi pengurus. Dia sendiri dalam aktifitas bisnisnya menjadi Direktur sebuah perusahaan milik H. Abdul Aziz, orang Persatuan Ummat Islam [PUI], yang merupakan teman seperjuangan Anwar Saleh, sehingga menambah eratnya hubungan persaudaraan diantara mereka.  Apalagi kemudian mereka berdua sama sama berjuang dalam partai politik PBB.
Sosok fundamentalis Islam
      Di PBB kami juga kerap bertemu, baik pada saat berada dalam kegiatan partai, maupun di rumahnya, bukan saja berhubungan dengan masalah Pemilu, melainkan juga masalah yang berkaitan dengan Ummat Islam di Indonesia dan dunia. Rumahnya yang berada di Komplek Dokter, di Keluruhan Susukan, dekat Kampung Rambutan, Jakarta Timur, di bagian belakangnya di bangun berlantai empat, selain digunakan untuk kantor GPMI, juga untuk kegiatan pelatihan dan pertemuan pertemuan. Terakhir kami mengadakan pertemuan di rumahnya bersama Mashadi, mantan anggota DPR RI dari PKS yang kemudian tidak bersimpatik lagi dengan PKS; KH Kholil Ridwan, salah satu Ketua MUI Pusat; Bambang Setio, dari Majlis Syuro PBB, Zaitun Ketua Wahdatul Islam dan Amin Djamalauddin Ketua LPPI, pada saat membahas keadaan ummat Islam paska Pemilu 2009, dan terpuruknya perolehan suara partai Islam.
       Dari pertemuan itu Sumargono tampak masih bersemangat dalam perjuangan menegakkan syari’at Islam di Indonesia, bahkan dia pernah berpolemik dengan Deny ZA, didikan “Yahudi Tengik Wiliam Lidle” dari Amerika Serikat, dan pendiri Lembaga Survey Indonesia [LSI] yang Islamopobia. Karena sedemikian beraninya menyampaikan pemikiran pemikiran politik tentang perjuangan penegakan syari’at Islam membuat namanya dikenal sebagai tokoh: “Islam Fundamentalis”. Dia sendiri tidak merasa berkecil hati dicap oleh kelompok sekuler itu, malah dia dengan “bangga” menulis buku tentang hal itu dengan judul: “Saya seorang Fundamentalis”.
      Wajarlah jika Sumargono seorang fundamentalis, karena sejak remaja hingga masa tuanya selalu berkecimpung dalam pergerakan Islam, dimulai dari pengajian yang diikutinya antara lain, dengan ustadz Sobari, yang dikenal salah satu tokoh Negara Islam Indonesia [NII] di Jakarta, dan dia pun pernah mengikutinya, Kemudian pada jaman mahasiswa dan mudanya aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Islam [HMI] dan Pemuda Al Irsyad, dan semasa dewasa hingga tua tetap berkirah dalam gerakan Islam, baik dalam KISDI, Dewan Da’wah, dan ajhirnya menidirikan organisasi Islam GPMI, di samping menjadi pengurus Partai Politik Islam, PBB, dan diakhir hayatnya tercatat sebagai pengurus PPP.
Semoga khusnul khatimah
     Mungkin Allah sedemikian sayang pada hambanya yang satu ini, hingga sebelum maksimal terlibat dalam PPP menghadapi Pemilu 2014, sebab dia menyatakan keluar dari PBB karena kekecewaannya, di samping juga melihat PBB yang semakin lemah, padahal pernah menjadikannya sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan DKI Jakarta, tentu tidak ingin ada yang mengatakannya sebagai kutu loncat, maka Dia [Allah] menjemputnya pada malam Jum’at yang merupakan hari suci ummat Islam.
       Apalagi disaat berkesempatan berbincang bincang selepas dirinya mendapat gelar doktor di rumahnya, bahwa dia menyatakan tidak akan terjun lagi ke dunia politik karena usia sudah tua, dan akan menekuni bidang akdemik dan perguruan tinggi yang belakangan dirasakan lebih menarik dan menantang, apalagi cukup banyak permintaan, baik menjadi dosen maupun sebagai pimpinan perguruan tinggi. Dia pun bersama beberapa temannya mendirikan lembaga kajian: “Pusat Kajian Srategis Politik dan Pemerintahan [PKSPP].
     Benar benar Allah memanggilnya dalam keadaan khusnul khatimah, karena sosok pribadi Ahamad Sumargono yang pemurah, di sampung mudah diundang dan diminta memberi ceramah dan khutbah dan luas pergaulannya dengan kelompok Islam manapun, kecuali dengan yang sesat menyesatkan.
       Dengan Taufiq Kemas, tokoh PDIP yang menjadi lawan politiknya saja dia sedemikian akarab, hingga suami Megawati itu dimasukkan sebagai penasehat GPMI yang didirikannya, apalagi dengan sesama teman seperjuangan dalam politik dan da’wah. Kepemurahannya sungguh dirasakan, dia tidak segan segan memberikan sedekah kepada siapa saja, baik pada saat menjadi anggota DPR, maupun menjadi orang biasa, bahkan jika ada acara, rapat, pelatihan dan pertemuan pertemuan dirumahnya dia tidak segan segan menyediakann konsumsinya beberapun banyaknya tanpa meminta bantuan orang lain, sehingga meski ruimahnya yang ada di bagian belakang komplek dokter itu banyak aktifis muslim tua muda yang mampir di tempat tersebut termasuk penulis.
      Selamat jalan pemimpin fundamentalis, kami akan meneruskan perjuanganmu dan semoga Allah menerima segala amal ibadah dan mengampuni dosa dosamu. Amin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar