INILAH.COM, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan pada 2012 tren bencana alam akan di dominasi oleh jenis bencana hidrometeorologi.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan secara global terjadi peningkatan tren bencana alam sebesar 350 persen, dalam waktu tiga dasawarsa terakhir.
Peningkatan tersebut, terutama dalam bencana hidrometeorologi, atau bencana yang dipengaruhi oleh aspek cuaca, seperti banjir, tanah longsor, puting beliung dan kekeringan.
"Bencana jenis ini 80% terjadi di Indonesia. Kita bisa melihat puting beliung kenapa sampai meluas. Daerah yang sebelumnya tidak terkena sekarang dengan mudah bisa terkena puting beliung," ucap Sutopo, disela-sela kegiatan pelatihan penanggulangan bencana, di Lido, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (14/3/2012).
Dia menjelaskan penyebab semakin mendominasinya jenis bencana ini, karena perubahan lingkungan dan faktor regional, berupa perubahan iklim secara global. Saat ditanya wilayah mana saja di Indonesia yang berpotensi tinggi terkena jenis bencana ini, Sutopo tidak menyebut secara rinci. Dia hanya mengatakan ada sebanyak 154 wilayah Kabupaten dan kota yang beresiko tinggi terkena bencana ini.
"Ada hampir 154 Kabupaten dan Kota yang beresiko tinggi, seperti Jakarta itu ancamannya banjir, Bogor dan Cianjur, tanah longsor, Tuban dan Lamongan itu banjir. kekeringan juga ada beberapa, puting beliung ada beberapa, itu semua ada," jelasnya.
Sutopo melanjutkan, BNPB sudah memetakan potensi bencana di tiap wilayah. Peta bencana ini kemudian disebar ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk mendetailkan peta tersebut sesuai dengan undang-undang.
"BNPB memang siapkaan peta risiko, peta bahaya, peta kerentanan, peta kapasitas dan kita di distribusikan ke BPBD," katanya.
Namun demikian dia mengatakan meski kecenderungan bencana alam yang terjadi berjenis hidrometeorologi, namun bukan berarti bencana alam jenis lain tidak harus di waspadai. Karena pada dasarnya di Indonesia mempunyai 13 jenis bencana, yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik daerah dan wilayah masing-masing.
"Tiap daerah juga beda ancaman bencananya, sesuai karakterisitik daerag. Misal Sumatera Barat, tsunami dan gempa bumi, Sekarang bagaimana tingkatkan kesiap siagaan dan kurangi risiko bencana.
Tiap daerah nanti akan merumuskan untuk antisipasi bencana tersebut, misal jakarta ancaman utama banjir ,kita fokus banjir yg kita tangani tetapi yg lain kita juga tangani. Jadi penanganan sesuai karekteristik bencana di suatu daerah," jelasnya lagi.[mah]
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan secara global terjadi peningkatan tren bencana alam sebesar 350 persen, dalam waktu tiga dasawarsa terakhir.
Peningkatan tersebut, terutama dalam bencana hidrometeorologi, atau bencana yang dipengaruhi oleh aspek cuaca, seperti banjir, tanah longsor, puting beliung dan kekeringan.
"Bencana jenis ini 80% terjadi di Indonesia. Kita bisa melihat puting beliung kenapa sampai meluas. Daerah yang sebelumnya tidak terkena sekarang dengan mudah bisa terkena puting beliung," ucap Sutopo, disela-sela kegiatan pelatihan penanggulangan bencana, di Lido, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (14/3/2012).
Dia menjelaskan penyebab semakin mendominasinya jenis bencana ini, karena perubahan lingkungan dan faktor regional, berupa perubahan iklim secara global. Saat ditanya wilayah mana saja di Indonesia yang berpotensi tinggi terkena jenis bencana ini, Sutopo tidak menyebut secara rinci. Dia hanya mengatakan ada sebanyak 154 wilayah Kabupaten dan kota yang beresiko tinggi terkena bencana ini.
"Ada hampir 154 Kabupaten dan Kota yang beresiko tinggi, seperti Jakarta itu ancamannya banjir, Bogor dan Cianjur, tanah longsor, Tuban dan Lamongan itu banjir. kekeringan juga ada beberapa, puting beliung ada beberapa, itu semua ada," jelasnya.
Sutopo melanjutkan, BNPB sudah memetakan potensi bencana di tiap wilayah. Peta bencana ini kemudian disebar ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk mendetailkan peta tersebut sesuai dengan undang-undang.
"BNPB memang siapkaan peta risiko, peta bahaya, peta kerentanan, peta kapasitas dan kita di distribusikan ke BPBD," katanya.
Namun demikian dia mengatakan meski kecenderungan bencana alam yang terjadi berjenis hidrometeorologi, namun bukan berarti bencana alam jenis lain tidak harus di waspadai. Karena pada dasarnya di Indonesia mempunyai 13 jenis bencana, yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik daerah dan wilayah masing-masing.
"Tiap daerah juga beda ancaman bencananya, sesuai karakterisitik daerag. Misal Sumatera Barat, tsunami dan gempa bumi, Sekarang bagaimana tingkatkan kesiap siagaan dan kurangi risiko bencana.
Tiap daerah nanti akan merumuskan untuk antisipasi bencana tersebut, misal jakarta ancaman utama banjir ,kita fokus banjir yg kita tangani tetapi yg lain kita juga tangani. Jadi penanganan sesuai karekteristik bencana di suatu daerah," jelasnya lagi.[mah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar